“Terkubur sudah mimpi besar kami”
2023.03.30
Jakarta
Para pemain dan pencinta sepak bola Tanah Air, Kamis (30/3) menyatakan kekecewaan dan frustrasi mereka karena impian untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 kandas setelah federasi sepak bola internasional, FIFA, mencabut hak Indonesia sebagai tuan rumah di tengah kontroversi penolakan partisipasi tim Israel.
Pengumuman FIFA sehari sebelumnya yang menghapus Indonesia sebagai tuan rumah turnamen U-20 “dikarenakan oleh situasi saat ini”, merupakan pukulan besar kedua dalam dunia sepak bola di Indonesia setelah 135 orang tewas pada tragedi di Stadion Kanjuruhan enam bulan lalu.
“Terkubur sudah mimpi besar kami. Orang tua saya tidak bisa lagi menceritakan ke teman-temannnya kalo punya anak yang sangat membanggakan karena bisa main di piala dunia,” tulis Arkhan Fikri, salah seorang pemain Garuda Muda - sebutan untuk tim Indonesia yang sejatinya dipersiapkan untuk mengikuti FIFA U-20, di akun Instagramnya.
Jika menjadi tuan rumah, tim Indonesia secara langsung bisa ikut berlaga walaupun gagal dalam kualifikasi turnamen ini, namun dengan dibatalkannya Indonesia sebagai tuan rumah, maka pupus juga harapan Garuda Muda untuk bertanding dalam kejuaraan tingkat dunia itu yang rencananya diadakan di enam wilayah di Indonesia pada 20 Mei – 11 Juni.
Pemain tim nasional sepak bola Indonesia U-20 lainnya, Hokky Caraka, mengatakan kejadian ini harus menjadi pembelajaran ke depan.
“Harapan saya ke depannya sekarang hanya bisa berdoa supaya Indonesia tidak kena sanksi baru tapi malah dapat kayak turnamen-turnamen baru dari FIFA jadi kita bisa setidaknya berlaga di sana atau berkarier di sepak bola,” kata Hokky dalam sebuah video di kanal YouTube Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
“Kalian juga tahu kita kerja kerasnya seperti apa. Jadi tolonglah kalau mau berpendapat jangan seenaknya sendiri soalnya kita para pemain ini yang kena dampaknya,” ucapnya, “bukan cuma pemain, tapi semua unsur sepak bola karena kita gak tahu ke depannya dapat apa dari FIFA.”
Presiden Joko “Jokowi” Widodo yang mengatakan memahami kekecewaan masyarakat Indonesia, karena dirinya pun kecewa, meminta semua pihak untuk menghormati keputusan FIFA dan meminta masyarakat tidak menghabiskan energi untuk saling menyalahkan.
“Sebagai bangsa yang besar kita harus melihat ke depan, jangan melihat ke belakang. Jadikan hal ini sebagai pembelajaran berharga bagi kita semuanya, bagi persepakbolaan nasional Indonesia,” kata Jokowi seperti dirilis di laman Presiden Republik Indonesia, Kamis.
Sebelumnya Jokowi telah mengutus ketua PSSI Erick Thohir untuk melobi FIFA agar tetap bisa mempertahankan keberadaan Indonesia sebagai tuan rumah dalam turnamen untuk pemain di bawah usia 20 tahun itu, dengan mengatakan bahwa penerimaan atas partisipasi Israel tidak akan mengurangi komitmen Indonesia dalam mendukung Palestina terkait konflik Israel-Palestina.
"Saya sudah berjuang maksimal. Setelah menyampaikan surat dari Presiden Jokowi, dan berbicara panjang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino. Kita harus menerima keputusan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu," ujar Erick Thohir dari Doha, Qatar.
Gelombang protes menolak pertisipasi Israel di turnamen FIFA U-20 dilakukan sejumlah pihak di Tanah Air pada bulan ini, khususnya dari kelompok Muslim konservatif seperti Persaudaraan Alumni 212 – yang terdiri atas Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) – dan politisi khususnya dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrasi Perjuangan Pejuangan (PDIP).
FIFA menunda penarikan undian pertandingan yang rencanaya akan berlangsung pada 31 Maret di Bali setelah pertengahan bulan ini Gubernur Bali I Wayan Koster, politisi dari PDIP, melayangkan surat protes menolak tim Israel bermain di wilayahnya, dengan mengatakan kebijakan politik Israel terhadap Palestina yang tidak sesuai dengan kebijakan politik Pemerintahan Republik Indonesia.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seminggu yang lalu juga menyatakan dukungan atas kebijakan partainya, PDIP, untuk menolak partisipasi Israel.
Indonesia merugi besar
Pengamat sepak bola Anton Sanjoyo menilai keputusan FIFA yang membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan Piala Dunia U-20, menunjukkan bahwa negara ini belum mampu menghelat turnamen sepak bola bertarap internasional.
“Yang belum terkuak adalah apa konsiderans FIFA sebenarnya. Dugaan saya memang faktor keamanan setalah ada penolakan terhadap tim Israel oleh sebagian masyarakat Indonesia,” kata Anton kepada BenarNews, Kamis.
Pengamat lainnya, Tommy Welly, menyebut Indonesia akan mengalami kerugian besar setelah pembatalan status tuan rumah Piala Dunia U-20 tersebut.
Tak cuma kerugian material yang besar untuk merenovasi sejumlah stadion yang disiapkan, Indonesia juga akan kehilangan kepercayaan dunia internasional untuk dapat menggelar kegiatan olahraga taraf global pada masa mendatang.
“Kerugian yang tak ternilai itu sebenarnya imaterial. Kesempatan kita untuk mengakselerasi kemampuan di level internasional,” kata Tommy kepada BenarNews.
Tommy menilai pembatalan akan mengganggu kondisi psikologis pesepak bola muda Indonesia yang telah mendambakan kesempatan berlaga di piala dunia.
“Mimpi anak muda kita berantakan. Mimpi yang sudah di depan mata kemudian raib. Psikologis mereka pasti sangat terpukul,” ujar Tommy.
Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali mengatakan para politikus dan kelompok yang menyuarakan penolakan sehingga membuat status tuan rumah Indonesia dicabut harus meminta maaf karena telah mempermalukan Indonesia di mata internasional akibat gagal menjaga komitmen yang diberikan FIFA.
“Mereka juga harus bertanggung jawab secara moral dan meminta maaf kepada pemain muda yang telah kehilangan mimpi tampil di Piala Dunia,” kata Akmal.
“Ini adalah kejadian yang menyakitkan bagi bangsa Indonesia, dimana kepentingan politik telah mengorbankan kepentingan masyarakat banyak.”
Anton menilai hikmah di balik kerugian imaterial tersebut harus memacu Indonesia untuk membenahi sepak bola lebih baik lagi.
“Saya melihat investasi stadion yang sudah dilakukan bisa untuk generasi berikutnya agar lebih aman,” kata Anton.
Hal senada juga disampaikan Erick Thohir– yang juga menteri BUMN.
“Ini saatnya kita harus membuktikan kepada FIFA untuk bekerja lebih keras untuk melakukan transformasi sepak bola, menuju sepak bola bersih dan berprestasi," kata Erick.
PDIP sesalkan keputusan FIFA
PDIP menyesalkan keputusan FIFA yang membatalkan status tuan rumah Piala Dunia U-20.
“Ini tentu menjadi pelajaran berharga. Sikap yang kami sampaikan sejak awal, tidak pernah menolak Piala Dunia U-20 digelar di Indonesia,” kata Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya, Kamis.
Menurut Hasto, apa yang partainya sampaikan adalah hal yang fundamental guna menyuarakan kemanusiaan dalam hubungan antarbangsa dengan menolak kehadiran Israel serta potensi kerentanan sosial dan politik yang akan ditimbulkan oleh kehadiran tim Israel.
“Sikap kami ini sama dengan FIFA ketika mencoret Rusia dari babak playoff Piala Dunia, jadi ada presedennya,” kata Hasto.
Ia mengatakan telah melakukan komunikasi dengan pemerintah tentang sikap PDIP dan potensi kerentanan social-politik jika Israel tetap bertanding di Indonesia, sejak Agustus 2022.
“Kesadaran sejarah juga harus terus diperkuat. Untuk diingat, Stadion Gelora Bung Karno lahir sebagai penolakan terhadap Israel,” kata dia.
Sakit hati
Pelatih Tim Nasional U-20 Indonesia Shin Tae-yong mengatakan sakit hati terhadap keputusan ini karena para pemain juga sudah lelah dengan persiapan yang memakan waktu tiga tahun 6 bulan.
“Sangat disayangkan apalagi sampai menghilangkan harapan dan impian pemain. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi,” ujarnya dalam siaran langsung di Kompas TV.
Salah satu penggemar sepak bola, Gerry Eka Asmara, 35 tahun, mengatakan pembatalan piala dunia U-20 ini membawa banyak dampak tidak hanya di persepakbolaan tapi juga di olahraga lain.
“Indonesia akan susah mendapat kepercayaan lagi di masa depan untuk menggelar event olahraga Internasional, diberi sanksi dan dikucilkan dari sepak bola internasional,” ujarnya.