Bermalam di Istana IKN: Jokowi tak bisa tidur
2024.07.29
Nusantara

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan tidak nyenyak tidur saat menginap di Istana Kepresidenan di Ibu Kota Nusantara ketika Kepala Negara mencoba berkantor di area yang masih dalam pembangunan tersebut.
Pengalaman Presiden mungkin hanya reaksi sesaat akibat belum beradaptasi dengan lingkungan baru, namun tidak demikian dengan penduduk setempat yang terus menerus cemas akibat takut digusur, kehilangan rumah dan mata pencaharian mereka karena proyek pembangunan ibu kota baru ini.
“Nggak nyenyak. Saya ngomong apa adanya,” kata Jokowi kepada wartawan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) pada Senin (29/7).
Namun, secara umum Jokowi merasa puas terhadap kemajuan pembangunan IKN, terutama menyaksikan ribuan pekerja bekerja tanpa lelah untuk menyelesaikan proyek monumental tersebut.
Presiden juga mengatakan bahwa pembangunan IKN merupakan proyek jangka panjang yang diperkirakan akan memakan waktu 10 hingga 20 tahun.
“Ini bukan pekerjaan hanya setahun-dua tahun. Banyak berpikir kita ini ngejar-ngejar. Nggak," kata Jokowi.
Pada 2019, Jokowi mengumumkan rencana untuk mendirikan ibu kota baru, guna mengatasi masalah kepadatan penduduk, polusi, dan ancaman tenggelamnya Jakarta.
Beberapa analis mengatakan keputusan Jokowi untuk memulai tugas resminya dari IKN mungkin merupakan cara mempromosikan proyek andalan yang akan menjadi legasinya, sebelum ia lengser pada Oktober setelah dua periode menjabat sebagai Presiden.
Didampingi influencer
Dalam kunjungannya ini selain didampingi sejumlah menteri, Jokowi juga datang bersama sejumlah selebriti dan influencer dari Jakarta. Bersama Jokowi dan Ibu Iriana, para influencer ini ikut melakukan test berkendaraan di jalan tol IKN hingga makan malam bersama di Nusantara.
“Tadi sudah diajak jalan-jalan sama Pak Jokowi ke sekitar Istana, masuk ke dalam Istana masyaallah. Ini kalau memang udah jadi keren banget. Ini jadi kebanggaan monumental!” kata influencer papan atas Raffi Ahmad, yang mengatakan akan selalu mendukung pemerintah, seperti dikutip di laman presidenri.go.id.
Sementara pasangan YouTuber Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah merasa nyaman “glamping” di IKN bersama Kepala Negara.
“Kita dengar plan-nya Bapak Jokowi ini akan go green, terus high teknologi, terus disini katanya semuanya mobil listrik, kendaraan umum listrik. Insyaallah itu luar biasa banget!” kata Atta Halilintar, youtuber dengan follower lebih dari 31 juta itu.
Namun kedatangan Presiden yang membawa para influencer itu juga menuai berbagai kecaman secara online.
“Kurang Jahanam apa lagi Rezim @jokowi ini ? Gagal bawa investor ke IKN dia malah bawa influencer kesana untuk berpoya² sambil menikmati makan malam dan menghamburkan pajak yang dipungut dari rakyat …,” ujar pemilik akun X @Nicho_Silalahi
Proyek raksasa senilai lebih dari Rp500 triliun yang pertama kali didengungkan Jokowi dalam pidato kenegarannya pada Agustus 2019 itu telah terganggu oleh sejumlah penundaan, dari pandemi COVID-19, kendala pembebasan lahan dan investasi yang mandek.
Para analis mengkritik pembangunan proyek mercusuar itu sebagai terburu-buru dan hanya didorong oleh ambisi politik Jokowi.
IKN, yang dijadwalkan selesai pada tahun 2045, direncanakan menampung sekitar 1,9 juta penduduk, di lahan seluas 260.000 hektar.
Jokowi telah menunda menandatangani Keputusan Presiden untuk memindahkan ibu kota, mungkin untuk menyerahkan tugas ini kepada penggantinya, Prabowo Subianto.
Prabowo, yang memenangkan pemilihan presiden pada Februari didampingi wakilnya Gibran rakabuming Raka, yang juga adalah putra Jokowi, berjanji melanjutkan proyek ambisius tersebut tetapi belum tampak ingin mempercepat proyek ini karena masalah pendanaan, kata pengamat.
Ia, kata para pengamat, lebih memprioritaskan program makan siang gratis yang merupakan salah satu janji kampanye dalam pemilu Februari.
Pembangunan digenjot
Jalanan berdebu menuju Nusantara dipenuhi truk-truk yang mengangkut material bangunan, dan meski kota mulai terbentuk, banyak bangunan masih belum selesai.
Istana Kepresidenan memiliki dua sayap Garuda raksasa, yang mengapit bagian mukanya. Bagian akhir ke-4.650 sayapnya itu, baru saja rampung, menandai terpasangnya bagian terpenting dari bangunan tersebut.
Sayapnya, yang dirancang oleh pematung terkenal Nyoman Nuarta, berbobot 1.398,3 ton dan mencapai tinggi 77 meter, dengan lebar 177 meter.
Di dekat Istana Kepresiden, sejumlah kantor pemerintahan juga sedang dibangun.
Di luar kompleks pemerintahan, proyek infrastruktur penting lainnya sedang digenjot penyelesaiannya.
Taman Peringatan (Memorial Park), sebagai penghormatan terhadap sejarah bangsa, hampir selesai, dengan dua sayap pelindung besar sudah terpasang.
Patung para pendiri bangsa, Soekarno dan Muhammad Hatta, diharapkan selesai sebelum Hari Kemerdekaan, di mana upacara peringatan 17 Agustus tahun ini akan dilakukan di dua tempat, di Nusantara dan Jakarta.
Pembukaan lahan sedang berlangsung untuk kompleks keagamaan yang akan menampung berbagai tempat ibadah, dengan tujuan untuk mendorong inklusivitas dan keberagaman di ibu kota baru, kata para pejabat. Masjid nasional sudah dalam tahap pembangunan.
Selain itu, otoritas IKN terus melakukan pembangunan bandar udara. Landasan pacu dan menara pengawas sudah rampung. Jalan akses menuju bandara juga sedang dibangun dan diperkirakan selesai pada Agustus.
Keresahan warga lokal
Namun, proyek ibu kota baru tersebut menimbulkan berbagai gejolak pada warga lokal.
Meskipun IKN membawa manfaat ekonomi bagi wilayah tersebut, masuknya pekerja dari daerah lain di Indonesia, memunculkan kekhawatiran tentang perampasan tanah, meningkatnya biaya hidup, dan masalah lingkungan.
Jubaidah, 37, ibu lima anak dari desa Pemaluan, menyuarakan keprihatinan yang diamini banyak orang di komunitasnya.
“Ya, pastinya (kami) bakalan digusur karena belum ada sosialisasi lagi masalah lahan (pengganti),” kata Jubaidah kepada BenarNews. Ia tidak tahu ke mana harus pindah jika ia terkena penggusuran.
Lahan seluas satu hektar milik Jubaidah, yang digunakan untuk budidaya kelapa sawit, akan diakuisisi untuk membangun jalan bagi IKN.
Meskipun pemerintah telah menjanjikan kompensasi, jumlah yang ditawarkan tidak cukup untuk membeli lahan baru di area tersebut, yang harganya telah meroket akibat proyek tersebut.
Jubaidah merasa khawatir akan hilangnya komunitasnya dan lingkungan alam. “Sebenarnya sih…gak suka kota, lebih enak ini ya, sepi ya.”
“(Dulu) ketika saya membuka pintu di pagi hari, udaranya segar dan sejuk. Sekarang hanya ada mobil dan debu," kata Jubaidah.
Sementara itu Pandi, mantan Ketua RT Desa Sepaku, menyampaikan kekhawatiran serupa tentang dampak proyek tersebut terhadap masyarakat.
"Bagi saya, ini bukan kemajuan. Kemajuan hanya untuk kelompok tertentu, seperti orang-orang pemerintah," katanya kepada BenarNews di rumah kayunya yang sederhana. "Masyarakat justru merasa dirugikan oleh pembangunan ini," kata Pandi.
Dia mengatakan pembangunan bendungan di tengah permukiman warga telah mengakibatkan perubahan aliran sungai dan penurunan mata pencaharian warga setempat.
"Dulu kami bertani, tetapi dengan adanya peraturan yang melarang pembukaan lahan, hal itu menjadi lebih sulit. Bendungan juga telah menutup aliran air untuk persawahan, sehingga warga tidak dapat lagi menanam padi," kata Pandi.
Kekhawatiran tentang potensi penggusuran juga membayangi masyarakat. Banyak warga mengatakan bahwa kurangnya dokumen legal untuk tanah mereka membuat mereka rentan terhadap penggusuran.
"Kami tidak punya kekuatan hukum terkait status kami di sini," kata Pandi.
"Kami selalu khawatir akan diusir suatu hari nanti." Dia mengatakan dan masyarakatnya telah mengajukan petisi kepada pemerintah untuk melindungi pemukiman dan lahan pertanian mereka, tetapi permintaan mereka tetap tidak ditanggapi.
Ketika ditanya tentang kunjungan Jokowi ke Nusantara, Pandi menjawab, "Saya cuek saja. Kebijakan pemerintah tidak pernah berpihak kepada rakyat."
Juru bicara otoritas ibu kota Nusantara menolak berkomentar.
Menteri Agraria dan Tata Ruang Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan bulan lalu bahwa otoritas Ibu Kota Nusantara telah menyiapkan berbagai skema untuk mengatasi masalah tersebut, termasuk relokasi, pengelolaan dampak sosial, dan kompensasi finansial.
Jubaidah mengaku ia menerima pembayaran bulanan sebesar Rp9 juta rupiah dari seorang kontraktor karena menyewakan sebagian rumahnya sebagai akomodasi bagi para pekerja konstruksi.
Namun demikian ia tetap khawatir dan berharap dapat menemukan cara untuk tetap tinggal di tanahnya dan melanjutkan cara hidup tradisionalnya.
Bagi Jubaidah, dia hanya ingin seperti dulu. "Kalau kita masih punya tanah, kita bisa nanam sayuran atau apa saja."
Pizaro Gozali Idrus di Jakarta turut berkontribusi dalam laporan ini.