Jokowi Ajak Arab Saudi Sebarkan Islam Toleran

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menyambut baik ajakan pemerintah untuk bekerja sama dengan Arab Saudi dalam menyebarkan Islam moderat.
Tia Asmara
2017.02.16
Jakarta
170216_ID_arab_1000.jpg Presiden Joko Widodo menyambut Ketua Majelis Syura Kerajaan Arab Saudi, Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al Sheikh di Istana Merdeka, Jakarta, 16 Februari 2016.
Dok. Biro Pers Istana

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengajak Ketua Majelis Syura Kerajaan Arab Saudi, Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Al Sheikh untuk bersama menyebarkan nilai-nilai Islam yang penuh toleransi.

Hal itu disampaikan Jokowi ketika mengadakan pertemuan dengan Abdullah di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis, 16 Februari 2017.

Wakil Menteri Luar Negeri, M. Fachir mengatakan dalam pertemuan itu, Indonesia juga mengajak parlemen Arab Saudi untuk bekerja sama memerangi terorisme.

“Beliau (Jokowi) secara khusus mendorong kedua parlemen bekerjasama memerangi terorisme dan menyebarkan Islam yang toleran, yang damai, yang rahmatan lil alamin,” ujar Fachir kepada wartawan usai pertemuan.

"Ketua Majelis Syura ini mempunyai perhatian khusus mengenai terorisme. Beliau ada mengarang buku mengenai 'Terrorism, How to Treat it’,” tambahnya.

Fachir mengatakan parlemen Saudi juga didorong untuk membantu upaya pemerintah kedua negara untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama.

"Hal lain yang juga disampaikan adalah menyangkut isu perlindungan warga kita di sana baik yang melaksanakan haji, umrah, maupun yang bermukim di Arab Saudi yang cukup besar," jelasnya.

Fachir melanjutkan, Jokowi juga berharap Abdullah turut mendukung realisasi sejumlah rencana dan komitmen investasi Arab Saudi di Indonesia. Utamanya masalah penurunan volume perdagangan akibat turunnya harga minyak dunia.

Kunjungan Abdullah ini merupakan bagian permulaan dari rencana lawatan Raja Salman bin Abdul Aziz ke Indonesia, yang dijadwalkan pada 1 hingga 9 Maret mendatang.

"Kunjungan ini (merupakan) kunjungan bersejarah setelah terakhir Sri Baginda Raja Faisal ke Indonesia 46 tahun yang lalu," ucap Jokowi.

Dia meyakini kunjungan Salman ke Indonesia akan membawa dampak positif bagi kedua negara. Ia pun menyebut bahwa hubungan yang akan terjalin akan menghasilkan kerja sama saling menguntungkan.

Abdullah menyatakan kunjungan Salman ke Indonesia menunjukkan perhatian besar pada Indonesia sebagai salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.

"Meski ada berapa sektor yang perlu dimajukan antara dua negara, tetapi sesungguhnya hubungan sejarah antara Arab Saudi dan Indonesia akan terus berlanjut,” katanya.

“Kunjungan ini juga untuk memperkuat kerja sama antara parlemen Indonesia dan parlemen Arab Saudi, termasuk juga untuk membahas sektor yang potensial untuk dimajukan oleh kedua negara."

Menyangkut permintaan Jokowi, Abdullah berjanji akan menyampaikan kepada pihak terkait di Arab Saudi.

Sambut baik

Deputi II Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen. Arif Darmawan mengatakan pihaknya menyambut baik atas dorongan pemerintah untuk bekerja sama dengan Arab Saudi dalam menyebarkan Islam moderat.

“Pada hakikatnya kerja sama dengan organisasi Islam di Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah juga mengarah kepada Islam yang punya toleransi,” katanya kepada BeritaBenar.

Selama ini, kerja sama kedua negara telah berlangsung dalam hal pertukaran informasi intelijen, saling kunjung antara para pejabat tinggi dan teknis dan program pelatihan terorisme internasional.

“Indonesia memiliki ciri khas tentang Islam yang tidak dimiliki oleh negara lain yaitu penyebaran Islam oleh Wali Songo melalui budaya dan adat setempat, dan tidak mengajarkan kekerasan,” katanya.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib mengatakan pemerintah sebaiknya mengandalkan kekuatan Islam moderat dalam negeri dengan memaksimalkan peran ulama.

“Indonesia justru sudah banyak dicontoh dunia dalam penerapan Islam yang toleran dan damai, sebagai salahsatu pendekatan halus terhadap terorisme,” katanya.

Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh di Lhokseumawe, Aceh, Al Chaidar mengatakan penyebaran nilai Islam moderat di Timur Tengah penting karena banyak aliran yang bisa menimbulkan ekstrimisme dan radikalisme di masyarakat.

“Kerjasama ini baik dilakukan, ” katanya.

Dideportasi

Sementara itu, tim Densus 88 di Polda Bali memeriksa seorang pria berinisial AZ alias AM usai diserahkan imigrasi setempat. Pria 44 tahun itu sebelumnya dideportasi dari Jepang.

AZ ditangkap petugas Imigrasi Bandara Internasional Ngurah Rai karena diduga terlibat Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada 15 Februari 2017 setelah tiba dengan pesawat Philippines Airlines PR537 rute Manila – Denpasar, kata juru bicara Ditjen Imigrasi, Agung Sampurno.

Menurut Agung, pria asal Mataram, NTB, itu pertama ke Jepang tahun 1997 dan bekerja sebagai buruh bangunan.

“Kala itu namanya AM, lalu sempat pulang dan kembali lagi ke Jepang tahun 2007,” kata Agung kepada BeritaBenar.

Penangkapannya berawal pada tahun 2016, istrinya berinisial SM – perempuan asal Solo –  mengalami kecelakaan mobil di Jepang.

“Pihak kepolisian Jepang melihat ada foto AM di dompet SM sehingga memanggil AM. Saat pemeriksaan, diketahui dia tinggal secara ilegal, dan menemukan izin tinggal AM palsu,” kata Agung.

AM, tambah Agung, punya rekan pengajian dari beberapa negara di antaranya Pakistan, Srilanka, Iran, dan Turki.

“Menurut pengakuannya, ia ditangkap polisi Jepang sampai dia dideportasi 14 Februari 2017 dengan membeli tiket sendiri,” kata Agung.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.