Polisi Tangkap Lima Terduga Anggota JAD dan JI

Pakar mengatakan walaupun organisasi itu sudah dilarang bukan berarti mereka lumpuh; ideologi mereka masih hidup.
Tria Dianti
2022.02.10
Jakarta
Polisi Tangkap Lima Terduga Anggota JAD dan JI Tentara Nasional Indonesia dari unit antiteror dalam sebuah pelatihan kontra-terorisme di Banda Aceh pada 2 Februari 2022.
AFP

Anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap dua terduga anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD)  dan tiga orang yang diduga terkait Jemaah Islamiyah (JI) di tempat terpisah, kata juru bicara kepolisian Kamis (10/2).

Dua tersangka anggota JI ditangkap Rabu di Yogyakarta, sementara tiga terduga anggota JAD dicokok di Bengkulu pada hari yang sama, kata kepala penerangan Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan.  

“Dua terduga teroris itu berinisial RAU (32) ditangkap di Yogyakarta dan SU (52) ditangkap di Sewon Bantul Yogyakarta,” kata dia dalam press konferensi di Jakarta.

Ramadhan menjelaskan RAU dan SU diduga sudah berbaiat berulang kali ke ISIS, termasuk ke Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin kelompok itu yang tewas dengan bom bunuh diri dalam serbuan tentara Amerika Serikat tahun 2019.

SU pernah ikut latihan militer JAD Yogyakarta dari tahun 2016 sampai 2019 dan menyatakan keinginan untuk melakukan penyerangan terhadap kantor polisi di Yogyakarta, kata dia.

JI di Bengkulu

Sementara itu di Bengkulu, polisi menangkap tiga terduga anggota JI, yang salah satunya merupakan ketua cabang Bengkulu berinisial CA, kata Ramadhan.

Ramadhan menyebutkan CA ditangkap bersama rekannya M dan R.

“Mulanya CA merekrut anggota baru yaitu M dan R. Kemudian ketiganya memiliki peran aktif melakukan perekrutan anggota JI di Bengkulu,” katanya.

Ramadhan menjelaskan, ketiganya tersebut diketahui telah berbaiat kepada JI sejak tahun 1999. Ketiganya juga terkoneksi dengan kelompok JI lainnya di Sumatera seperti Palembang, Riau dan Sumatra Utara.

“Para tersangka berperan aktif dalam melakukan penggalangan dana hingga memfasilitasi tersangka teroris lain yang masuk dalam daftar pencarian orang untuk bersembunyi dari kejaran aparat,” kata Ramadhan.

Pada akhir Januari, Densus diketahui juga menangkap dua orang yang diduga berperan dalam bidang pendanaan JI di wilayah Tapanuli, Sumatera Utara.  

Kepala Bagian Bantuan Operasional Densus 88, Kombes Aswin Siregar, mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan interogasi dan penyidikan semua tersangka. Ia enggan memberi tahu apa rencana tersangka teroris yang ditahan.

“Semua tersangka merupakan hasil penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh Densus 88. Dari berbagai sumber fakta hukum yang dapat dijadikan alat bukti dalam penyidikan,” ujarnya kepada Benarnews.

Setidaknya 370 tersangka anggota kelompok militan ditangkap oleh Densus 88 sepanjang tahun 2021.

Dari 370 orang tersebut, 194 diantaranya merupakan bagian dari jaringan JI, 129 dari Anshar Daulah (AD), lima orang JAD dan 16 orang dari Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

Peneliti senior Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR), Muhammad Taufiqurrahman mengatakan kedua tersangka JAD tersebut dikenal sering melakukan pelatihan militer di Gunung Merbabu, Gunung Andong (Magelang) dan Pantai Gunung Kidul di Jawa Tengah.

“Terlibat juga latihan bikin bom. Jadi memang mereka anggota aktif di JAD. Kelompok JAD Yogya ini juga menargetkan pospol (pos polisi) di Yogya dan sejumlah cafe dan bar yang ada di pinggiran daerah Prawirotaman, Yogya,” ujarnya.

Ia mengatakan JAD menargetkan turis asing di Yogya karena merasa turis asing warga dari negara yang menyerang ISIS di Suriah seperti dari AS dan Australia. “Balas dendam atas negara sekutu dalam perang ISIS, cafe itu dilihat sebagai tempat maksiat, minum-minum. Sementara kalau target pospol karena polisi thogut (sebutan para militan kepada mereka yang dinilai tidak percayaTuhan) dan tangkapi anggota JAD,” ujar dia.

Ia mendata, ada 29 anggota JAD yang aktif di Yogya, 17 diantaranya sudah ditangkap. Sementara anggota dan simpatisan JAD tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Jumlahnya, ujar dia, berkisar 1000 orang yang aktif sebagai anggota JAD.

Dampak kematian pemimpin ISIS

Pakar terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Stanislaus Riyanta mengatakan setelah kematian pemimpin ISIS Abu Ibrahim al-Hashemi al-Quraishi, JAD akan menjadi gerakan lokal, bukan gerakan global.

“Setiap kelompok termasuk JAD akan beraksi di wilayah masing-masing. Ini justru berbahaya bagi Indonesia, karena fokus JAD akan di Indonesia bukan global lagi,” ujar dia.

Ia memperkirakan jaringan anggota JAD cukup banyak, dan tersebat di seluruh Indonesia, mereka juga punya pendukung dan simpatisan.

“JAD cukup berbahaya, mereka bisa menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan, bahkan secara perorangan mereka juga bisa melakukan aksi teror, apalagi ini jumlahnya ribuan termasuk para pendukungnya,” kata dia.

“Meskipun secara organisasi JAD sudah dilarang bukan berarti mereka terus lumpuh, ini bukan sekedar organisasi, tapi ideologi yang sangat sulit berubah,” lanjutnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.