Jakarta Kembali Kebanjiran, 3 Orang Tewas

BMKG mengatakan banjir tidak lepas dari perubahan iklim global dan lokal akibat dari banyak hal, termasuk kegiatan industri yang tak ramah lingkungan.
Arie Firdaus
2020.02.25
Jakarta
Daan Mogot 01_1000.jpg Pengendara motor mendorong motornya saat melintas banjir di wilayah Daan Mogot, Jakarta, Selasa (25/2/2020). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak dinihari pada hari itu membuat sebagian besar wilayah Jakarta dan sekitarnya terendam banjir.
Afriadi Hikmal/BenarNews

Tiga orang meninggal dunia akibat banjir yang merendam Jakarta sejak Selasa pagi (25/2/2020), menyusul hujan deras yang mengakibatkan sungai meluap, kata polisi.

Dua korban meninggal setelah tersengat listrik di kawasan Cipinang, Jakarta Timur sedangkan seorang lain meninggal akibat kecelakan lalu lintas karena mencoba menerabas banjir di Jalan Majapahit, Jakarta Pusat, kata Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Jakarta Pusat, Komisaris Lilik Sumardi.

"Korban diduga menabrak trotoar dan kepalanya terbentur, meninggal dunia di TKP (tempat kejadian perkara)," kata Lilik kepada BenarNews.

Banjir merendam Jakarta setelah hujan deras turun sejak Selasa dini hari. Ini merupakan banjir besar kedua yang merendam ibu kota sejak awal tahun.

Pada Januari kemarin, banjir dengan ketinggian beragam juga merendam Jakarta dan daerah-daerah sekitarnya setelah hujan deras turun sejak 31 Desember 2019 hingga 1 Januari 2020. Kala itu, 67 orang dilaporkan meninggal dunia dan jumlah pengungsi mencapai 36 ribu orang.

Merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, banjir kali ini setidaknya merendam 294 rukun warga (RW) yang ada di Jakarta --dari total 2.738. Keseluruhan pengungsi mencapai 3.565 orang yang tersebar di 40 titik pengungsian.

"Ketinggian banjir maksimal yang tercatat 200 cm yang terjadi di Kelurahan Cawang, Jakarta Timur," ujar Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, Mohammad Insaf.

Menurut Insaf, jumlah pengungsi itu berpotensi bertambah karena evakuasi masih dilakukan hingga saat ini. Apalagi, hujan lebat diperkirakan masih akan terus turun di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Hal sama diutarakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di sela-sela kunjungannya di pintu air Manggarai, Jakarta Selatan, yang menyebut hujan deras memang telah diprediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan berlangsung hingga Maret mendatang.

"Sekarang kami berfokus pada penanganan karena cuaca seperti ini masih akan terjadi untuk beberapa waktu ke depan," ujarnya Anies tanpa memerinci detail kebijakan yang disiapkan jajarannya, dikutip dari situs berita Kompas.com.

Cuaca ekstrem

Kepala BMKG Dwikora Karnawati dalam keterangan pers mengatakan, cuaca ekstrem berupa hujan deras yang terjadi di kawasan Jakarta dan sekitarnya dipengaruhi oleh badai tropis Ferdinand yang muncul di sekitar Samudera Hindia dan sisi barat Banten.

Selain itu, terang Dwikora, hujan deras juga dipicu pertemuan udara yang polanya memanjang mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

"Fenomena tadi menyebabkan curah hujan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jakarta dan sekitarnya," ujar Dwikora.

Dwikora berharap pemerintah daerah dapat lebih waspada dan menyusun rencana penanganan komprehensif  guna mencegah banjir di masa mendatang. Terlebih, fenomena cuaca ekstrem bakal sering terjadi hingga 2040 dengan siklus yang semakin pendek, namun dengan intensitas yang kian meninggi.

Menurut BMKG, fenomena cuaca ekstrem pertama kali tercatat pada 1918 dan berulang pada 1950 atau berselang 32 tahun.

Cuaca ekstrem selanjutnya terjadi pada 1979, disusul fenomena serupa 17 tahun setelahnya. Kemudian, berulang kembali terjadi pada 2002, 2007, 2008, 2013, 2014, 2015, dan tahun ini.

"Kesimpulannya apa? Kondisi ekstrem ini semakin sering dalam 30 tahun terakhir dan semakin memendek dalam sepuluh tahun terakhir," lanjut Dwikora.

"Dari hasil observasi BMKG, ini tidak lepas dari perubahan iklim global dan lokal yang disebabkan banyak. Mulai dari peningkatan gas emisi rumah kaca, kurangnya penghijauan, sampai kegiatan industru yang tak ramah lingkungan."

Banjir di daerah lain

Selain di Jakarta, banjir juga merendam 1.810 unit rumah di tujuh kecamatan di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Total pengungsi mencapai 796 jiwa.

Sementara di Karawang, Jawa Barat, banjir dengan ketinggian beragam terjadi di 30 desa di 14 kecamatan. Menurut Sekretaris Daerah Karawan Acep Jamhuri, dikutip dari Kompas, banjir disebabkan curah hujan yang tinggi, ditambah drainase yang tersumbat sampah.

Akibat banjir ini, 10.529 rumah warga terendam dengan pengungsi mencapai 9.514 jiwa.

Beberapa hari sebelumnya, banjir bandang juga terjadi di Sungai Sempor di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Banjir ini bahkan berujung petaka setelah sepuluh siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Turi 1 Sleman meninggal dunia karena hanyut saat mengadakan kegiatan susur sungai.

Acara susur sungai ini merupakan bagian kegiatan pramuka yang dilaksanakan di sekolah. Kepolisian belakangan menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus ini yakni IYA (36) yang merupakan guru olahraga SMPN 1 Turi serta R (58) dan DDS (58), selaku inisiator kegiatan.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.