Indonesia Siap Mediasi Konflik Arab Saudi-Iran

Ismira Lutfia Tisnadibrata
2016.01.07
Jakarta
menlu-1000 Menlu Retno Marsudi bersama para mantan menlu, Alwi Shihab (kiri), Hassan Wirajuda (kedua dari kiri) dan Marty Natalegawa (kanan), usai pernyataan pers tahunan 2016 di Kementerian Luar Negeri, 7 Januari 2016.
Dok.Direktorat Media dan Informasi Deplu

Indonesia telah menawarkan diri untuk membantu tercapainya perdamaian di Timur Tengah, seiring meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut akibat memanasnya hubungan antara Arab Saudi dan Iran.

Ketegangan kedua negara yang berujung dengan putusnya hubungan diplomatik antara keduanya terjadi menyusul eksekusi terhadap ulama Syiah, Nimr Al-Nimr di Arab Saudi bersama 46 orang lain 2 Januari lalu.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dalam pernyataan pers tahunannya di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa salah satu peristiwa yang mengkhawatirkan pada awal tahun ini adalah memburuknya hubungan Arab Saudi dan Iran.

"Sebagai negara yang memiliki hubungan baik dengan kedua negara tersebut, Indonesia telah menawarkan diri untuk ikut membantu upaya penyelesaian secara damai," ujar Retno.

Dijelaskan bahwa Indonesia secara proaktif telah melakukan komunikasi dengan berbagai negara seperti Malaysia, Uni Emirat Arab, Qatar, Turki, Rusia dan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Indonesia akan terus menjalin komunikasi intensif dengan beberapa negara lainnya, terutama kedua negara yang bersitegang.

"Dalam komunikasi tersebut, Indonesia meminta kepada para pihak untuk menahan diri sehingga situasi tidak memburuk," ujar Retno, sambil menambahkan Indonesia menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah.

"Perdamaian di Timur Tengah akan sangat dipengaruhi oleh hubungan Arab Saudi dan Iran," tegas Menlu perempuan pertama di Indonesia itu.

Sudah tepat

Menanggapi pernyataan tersebut, politisi Partai Golkar, Tantowi Yahya mengatakan bahwa langkah yang diambil Retno sudah tepat karena Indonesia tak memihak pada salah satu pihak yang bertikai.

"Kita berharap bahwa kedua negara berdamai. Tapi berdamai itu tidak bisa terjadi sendiri, harus ada mediatornya dan saya melihat posisi kita di situ sangat strategis," ujar Tantowi di sela-sela pernyataan tahunan menteri luar negeri.

Menurut anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) tersebut, Indonesia mempunyai ketergantungan dengan kedua negara itu karena Indonesia mempunyai hubungan baik dengan keduanya.

Selain itu, Indonesia juga mempunyai kepentingan untuk menjaga situasi di kawasan tersebut agar tidak semakin memanas karena banyak pekerja migran warga negara Indonesia di sana, terutama di Arab Saudi.

"Kalau konflik ini tidak bisa dihentikan, tensi keamanan akan meningkat, yang tentu berdampak langsung maupun tidak terhadap keamanan tenaga kerja kita yang ada di sana," ujar anggota Komisi I yang membidangi hubungan luar negeri, pertahanan dan komunikasi informatika tersebut.

Namun, Tantowi mengingatkan agar Indonesia ekstra hati-hati dalam menyikapi konflik Arab Saudi-Iran agar langkah yang diambil tidak merusak hubungan dengan salah satu bahkan keduanya.

"Kita harus menggunakan kedekatan yang kita punya dengan kedua negara tersebut. Tidak banyak negara seperti Indonesia yang dikenali diterima baik oleh Arab Saudi maupun Iran. Jadi kelebihan ini harus kita kapitalisasi dengan sebaik-baiknya karena Indonesia berpotensi menjadi juru damai yang diharapkan dari kedua negara," papar Tantowi.

Mantan Menlu Marty Natalegawa juga menyuarakan pendapat yang sama dalam hal peran Indonesia menengahi konflik kedua negara Islam tersebut.

"Ini suatu upaya yang perlu dilakukan dengan penuh sensitivitas. Kadang dengan upaya yang lebih informal karena dengan itu, kemungkinan berhasilnya akan lebih tinggi," ujar Marty kepada BeritaBenar.

Marty yang juga hadir pada paparan tahunan Kementerian Luar Negeri menyebutkan bahwa informal dalam hal ini adalah pihak-pihak yang ingin difasilitasi mungkin saja tidak ingin terlalu dipublikasi.

"Jadi kadang-kadang itu yang membuat kontribusi bisa dicapai, dengan cara yang informal," jelasnya.

Sebelumnya, sejumlah kalangan di tanah air telah meminta pemerintah untuk ikut mengambil peran dalam memediasi konflik Iran dan Arab Saudi. Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Selasa 5 Januari lalu, menemui Presiden Joko “Jokowi” Widodo untuk membicarakan masalah tersebut.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.