Prototipe Jet Tempur Diluncurkan, Indonesia-Korsel Lanjutkan Kerja Sama
2021.04.09
Jakarta
Korea Selatan dan Indonesia akan meneruskan kerja sama pengembangan pesawat tempur generasi baru, kata Presiden Moon Jae-in dalam acara peluncuran prototipe pertama dari proyek yang dinamai KF-X/IF-X Jumat (9/4), namun belum diketahui detail pembagian pendanaan proyek tersebut.
“Saya juga ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pemerintah Indonesia yang telah mempercayai kemampuan Korea dan menjadi mitra dalam proyek pembangunan bersama ini,” kata Moon dalam acara yang yang dihadiri Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto, di Korea Aerospace Industries (KAI) di Sacheon.
“Kami akan terus bersama sampai produksi selesai dan kedua negara siap menembus pasar di negara ketiga,” tambahnya dalam sambutan yang disiarkan di YouTube.
Prototipe jet tempur KF-X/IF-X itu pertama kali dipamerkan sejak proyek ini digagas pada 2010. K dan I dalam nama protipe tersebut merujuk pada Korea Selatan dan Indonesia.
Prabowo bersama sejumlah pejabat Kementerian Pertahanan Indonesia turut hadir dalam peluncuran tersebut, sementara Presiden Joko “Jokowi” Widodo memberikan pernyataan melalui rekaman video dari Istana Negara, Jakarta.
Pernyataan Moon dan kehadiran Prabowo di acara peluncuran memberi titik terang atas kelanjutan keterlibatan Indonesia dalam kerja sama proyek yang sudah digagas sejak 2010 pada jaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu di tengah spekulasi Indonesia akan mundur dari kesepakatan, sebut laporan kantor berita Korea Selatan, Yonhap.
Proyek pengembangan jet senilai lebih dari 100 triliun rupiah itu terkendala setelah Indonesia menunggak pembayaran cicilan hingga U.S.$420 juta atau sekitar Rp6,2 triliun. Yonhap ketika itu menyebut sumber pemerintahan di Seoul mengatakan kedua negara tengah membahas renegosiasi tunggakan, di tengah spekulasi Indonesia bakal mundur dari proyek tersebut.
Kendati demikian, pihak Indonesia tidak memberi respons yang menegaskan kelanjutan komitmen kerja sama tersebut.
Jokowi dalam sambutannya menyebut prototipe pertama ini sebagai momen penting bagi negara Korea secara umum dan industri penerbangan di negara itu.
“Saya juga berharap kesuksesan peluncuran prototipe peluncuran pertama KFX dapat memberikan manfaat positif pada hubungan kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Korea,” kata Jokowi.
Sementara Prabowo dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Suh Wook, pada Kamis, hanya mengatakan bahwa Indonesia siap membangun hubungan kerja sama pertahanan yang lebih kuat dengan pihak Korea Selatan.
“Menhan RI berharap hubungan bilateral Indonesia-Korea di bidang pertahanan dapat memberikan kontribusi yang positif, tidak hanya untuk kepentingan nasional kedua negara, tetapi juga untuk menjaga keamanan, perdamaian dan stabilitas kawasan,” tulis pernyataan resmi Kementerian Pertahanan Indonesia.
Pada Januari 2016, Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) meneken kesepakatan kerja sama pembiayaan proyek jet tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesian Fighter Xperiment (KF-X/IF-X) dengan perjanjian pemerintah akan menanggung 20 persen dari keseluruhan proyek yang bernilai total sekitar U.S.$7,9 miliar (sekitar 117,4 triliun rupiah).
Staf Khusus Menteri Pertahanan Bidang Komunikasi Publik dan Hubungan Antar-Lembaga, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan kondisi keuangan Indonesia yang terpuruk akibat pandemi COVID-19 membuat kementerian berencana mengajukan renegosiasi pembagian biaya dalam kontrak dengan Korsel.
“Pak Prabowo (Menteri Pertahanan) sudah mempelajari semua proyeknya, karena ketika Beliau masuk (menjabat) masalah ini sudah ada,” kata Dahnil dalam konferensi pers, September tahun lalu.
Indonesia mengajukan penawaran renegosiasi penurunan nilai bagi kontrak sebesar 5 persen dari 20 persen, namun Korsel hanya menyetujui penurunan sebesar 2 persen saja, kata Dahnil ketika itu.
Dahnil menolak memberikan penjelasan detail terkait berapa nilai renegosiasi kontrak yang diajukan untuk saat ini, termasuk langkah lanjutan yang akan diambil pemerintah jika penawaran tidak disetujui oleh Korsel.
Spesifikasi jet tempur
Pakar militer dan pertahanan Universitas Indonesia (UI), Connie Rahakundini Bakrie, menilai permasalahan utama dari kerja sama pengembangan jet tempur ini tidak terletak pada lanjut atau tidaknya komitmen Indonesia.
“Pertanyaan terbesarnya bukan memutus lanjut atau tidak. Kita harus paham aspek life cycle weapon system-nya. Kita mesti tahu Korea ini kerja samanya dengan Korea Aerospace Industry, yang kerja samanya dengan AS yang ikut dengan aturan Defence Technology Security System (DTSS),” kata Connie dalam sambungan telepon dengan BenarNews.
“Ada beberapa core teknologi ini tidak mau diberikan AS ke Indonesia sebelum mereka tahu komitmen dalam kerja sama ini, yaitu teknologi yang kita peroleh tidak boleh kita share dengan orang,” lanjutnya.
Teknologi dasar yang dimaksudnya seperti infrared search and track, electrical optical targeting, dan radio jammer.
Connie mengkritik, Menteri Pertahanan perlu menyesuaikan rencana pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) dengan arah pertahanan Indonesia.
“Kalau ingin jadi poros maritim, jet tempurnya juga harus punya fungsi jelas yang mendukung itu, misalnya harus bisa mendarat atau lepas landas dari kapal induk, berarti sayap lipat, kaki-kaki kuat. Minta KF-X buat yang seperti itu, jangan dipasrahin saja,” katanya.
Dalam jangka waktu yang panjang, Indonesia perlu mengantisipasi terjadinya perang interoperabilitas dalam sistem pertahanan, lanjutnya lagi.
“Tidak ada negara yang akan survive sendiri. AS akan ajak siapa, Cina juga ajak temannya. Intinya Indonesia mau ajak atau diajak siapa? Pesawat tempurnya punya kemampuan interoperabilitas, bisa “ngobrol” dengan pesawat yang kita ajak itu,” tukasnya.