Indonesia Minta Iran Klarifikasi tentang 2 WNI di Kapal Korea yang Ditahan

Penyitaan kapal terjadi di tengah ketegangan Iran-Korsel setelah Seoul membekukan sejumlah aset Tehran.
Ronna Nirmala
2021.01.05
Jakarta
Indonesia Minta Iran Klarifikasi tentang 2 WNI di Kapal Korea yang Ditahan Foto yang dirilis oleh kantor berita Iran Tasnim pada 4 Januari 2021 ini memperlihatkan kapal tanker berbendera Korea Selatan dikawal oleh kapal-kapal Garda Revolusi Iran menuju pelabuhan Iran setelah ditangkap di Teluk Persia.
AFP

Indonesia telah mengirim nota diplomatik ke pemerintah Iran untuk meminta informasi perihal dua warga Indonesia di kapal tanker berbendera Korea Selatan yang disita korps angkatan laut Iran di Teluk Persia, Kedutaan Besar Indonesia di Teheran mengatakan Selasa (5/1).

Pada Senin media lokal Iran, Tasnim, mempublikasikan foto-foto yang menunjukkan Garda Revolusi Iran yang mengawal tanker MT Hankuk Chemi ke arah kota pelabuhan Bandar Abbas untuk diperiksa terkait tudingan pencemaran laut dari sekitar 7.200 ton etanol yang dibawa kapal tersebut. 

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyebut kapal tersebut mengangkut 20 kru, kantor berita The Associated Press melaporkan.

Kedutaan Besar Indonesia di Teheran mengatakan diplomatnya terus melakukan komunikasi dengan pihak di Iran terkait keberadaan dan kondisi dua orang anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang bekerja di Hankuk Chemi.

“KBRI Tehran telah melayangkan nota diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri Iran mengenai permintaan klarifikasi terkait keberadaan kedua WNI ABK tersebut serta permintaan akses kekonsuleran dan komunikasi dengan keduanya,” ujar kedutaan dalam keterangan tertulis yang diterima BenarNews.

“Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan bahwa pihaknya telah mengunjungi kapal MT Hankook Chemi dan menyatakan seluruh kru termasuk kedua WNI ABK saat ini  berada dalam kondisi baik dan sehat,” tambahnya.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan bahwa semua awak kapal dalam keadaan baik-baik, kantor berita Yonhap melaporkan.

"Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Korea Selatan di Iran memastikan semua awak kapal aman, dan meminta pembebasan lebih awal kapal tersebut," kata kementerian seperti dikutip Yonhap.

Selain dari Indonesia, MT Hankuk Chemi juga mengangkut kru kapal asal Korea Selatan, Vietnam, dan Myanmar. Kapal tersebut dilaporkan tengah berlayar dari Jubail, Arab Saudi menuju Fujairah, Uni Emirat Arab. 

Juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei, menolak menyebut aksi yang dilakukan Garda Revolusi sebagai penyanderaan. 

“Jika ada yang akan disebut sebagai penyandera, itu adalah Pemerintah Korea Selatan yang telah menyandera kami dengan nilai lebih dari U.S.$7 miliar dengan dalih yang tidak berdasar,” katanya, dikutip dari AP. 

DM Shipping, perusahaan yang mengoperasikan MT Hankuk Chemi, mengatakan kepada jurnalis di Korea Selatan bahwa kapalnya tidak melanggar protokol lingkungan seperti yang dituduhkan Garda Revolusi Iran. 

Pihak manajemen perusahaan mengatakan awalnya Garda Revolusi ingin melakukan pemeriksaan acak, namun tiba-tiba meminta kapten kapal mengubah haluan ke arah pelabuhan Iran. 

Perusahaan mengaku menerima peringatan anti-bajak laut dari MT Hakuk Chemi tak lama setelah kehilangan kontak dengan kapten kapal. Pemerintah Korea Selatan telah mengirimkan sekitar 300 personel dari unit anti-bajak lautnya, Cheonghae, ke Selat Hormuz untuk merespons insiden ini. 

Insiden penyitaan terjadi di tengah ketegangan Iran dengan Korea Selatan setelah Seoul membekukan sejumlah aset Tehran yang tersimpan di beberapa bank di negaranya. Pembekuan aset tersebut merupakan buntut dari sanksi terbaru yang dijatuhkan Amerika Serikat berupa pemutusan akses 18 bank besar Iran dari sistem transaksi internasional sejak tahun lalu.

“Tekanan ekonomi maksimal dari kami akan terus berlanjut sampai Iran bersedia melakukan negosiasi menyeluruh untuk melawan perilaku jahat rezim di Teheran,” kata Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, ketika itu. 

Di sisi lain, Iran mengatakan pembekuan itu membuat negaranya kesulitan memenuhi kebutuhan obat-obatan dan perlengkapan medis untuk warganya di tengah pandemi COVID-19. 

Financial Times mencatat Korea Selatan sebagai salah satu pelanggan terbesar Iran dengan pasokan mencapai 15 persen dari keseluruhan angka impor minyak Negeri Ginseng itu. Transaksi pembelian itu ikut ditunda sebagai imbas dari sanksi AS. 

Pemerintah Korea Selatan mengatakan akan mengirimkan delegasinya ke Iran untuk menyelesaikan persoalan tersebut. 

“Dalam waktu sedini mungkin, delegasi yang dipimpin direktur regional akan dikirim ke Iran untuk menyelesaikan masalah melalui negosiasi bilateral,” kata Choi Young-sam, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Selatan pada Selasa.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.