Kementerian Pertahanan beli dua kapal perang Italia senilai Rp195 triliun

Pengamat menilai pembelian fregat tidak lepas dari upaya Indonesia mempertahankan kedaulatan di Laut China Selatan.
Pizaro Gozali Idrus
2024.04.17
Jakarta
Kementerian Pertahanan beli dua kapal perang Italia senilai Rp195 triliun Foto bertanggal 17 April 2024 ini menunjukkan Menteri Pertahanan dan presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan CEO Apple Tim Cook di kantor kementerian pertahanan di Jakarta.
Handout Kementerian Pertahanan via AFP

Kementerian Pertahanan pada Rabu mengumumkan kesepakatan senilai $1,2 miliar untuk membeli dua kapal fregat angkatan laut buatan Italia, guna memodernisasi angkatan bersenjatanya sebagai tanggapan terhadap meningkatnya tantangan maritim regional, termasuk di sekitar kepulauan Natuna.

Berdasarkan kontrak yang telah disepakati ini, kapal pertama akan dikirimkan pada Oktober 2024, sementara kapal kedua dijadwalkan tiba pada April 2025.

“Tanda tangan kontrak pada 28 Maret lalu dengan kontrak untuk dua kapal,” ujar Humas Kemhan Brigadir Jenderal TNI Edwin Adrian Sumantha kepada BenarNews.

Menurut Edwin, Fincantieri – perusahaan pembuat kapal ternama dari Italia – dipercaya sebagai penyedia dan sedang melaksanakan pembangunan kedua kapal fregat tersebut di galangan kapalnya di Trieste, Italia.

Kapal yang dipesan adalah jenis Pattugliatore Polivalente d'Altura yang memiliki kemampuan multi-misi dan dilengkapi dengan teknologi terkini.

“Kesuksesan negosiasi kontrak ini merupakan wujud nyata upaya Kemhan untuk memastikan kebutuhan pertahanan maritim nasional dapat terpenuhi dengan optimal,” ujar Edwin.

Berdasarkan rilis kementerian pertahanan, kapal tersebut memiliki panjang mencapai 143 meter dan lebar kapal sekitar 16.5 meter, serta dipersenjatai dengan sistem rudal permukaan ke udara Surface to Air Missile (SAM) Aster 15 beserta peluncur vertical DCNS Sylver A43.

Sistem rudal SAM Aster 15 ini dapat dipasang pada berbagai jenis kapal perang, seperti fregat, destroyer, atau kapal induk, ungkap Kemhan.

Selain itu, kapal ini juga dipersenjatai dengan meriam 127mm Vulcano, meriam 76mm Strales, meriam ringan 25mm yang dilengkapi dengan Fire-Control Radar (FCR) RTN 10X system Dardo, Peperangan Elektronika RECM, RESM dan CESM, Tactical Data Link-Y serta Multifunction Radar Leonardo Kronos.

Pengadaan kapal ini juga diiringi dengan paket offset yang komprehensif, yang mencakup berbagai aspek seperti konsultasi pengembangan galangan kapal, strategi bisnis jangka panjang, peningkatan fisik galangan kapal, penyampaian materi didaktik, serta kursus pelatihan kelas di Italia yang berdurasi enam bulan, papar Kemhan.

Edwin menambahkan Kemhan telah memenuhi semua syarat yang diperlukan untuk efektivitas dan masa berlaku kontrak di mana pihak Fincantieri juga telah mendapatkan persetujuan dari Organisation for Joint Armament Cooperation Italia dan Angkatan Laut Italia untuk penjualan kapal tersebut kepada Indonesia.

“Kedatangan kapal-kapal ini diharapkan akan semakin meningkatkan kemampuan TNI Angkatan Laut dalam menjaga kedaulatan wilayah dan memberikan kontribusi signifikan terhadap stabilitas keamanan regional,” ujar Edwin.

Jaga kedaulatan di Laut China Selatan

Co-founder Indonesia Strategic and Defence Studies Erik Purnama Putra mengatakan pembelian kapal ini tidak lepas dari upaya Indonesia untuk mempertahankan kedaulatan di Laut China Selatan.

“Salah satu concern dari penguatan maritim itu salah satunya di Laut China Selatan, di mana China menjadi ancaman nyata,” ujar Erik kepada BenarNews.

Erik mengatakan TNI memiliki kebanggaan sendiri dengan pengadaan kapal fregat jenis FREMM karena ini akan menjadi kapal terbesar yang dimiliki oleh Angkatan Laut. Sedangkan kapal fregat terbesar yang dimiliki Indonesia saat ini adalah KRI 351 Ahmad Yani dengan panjang 113 meter.

“Indonesia akan percaya diri menghadapi kapal-kapal besar China di Laut China Selatan. Kalau kapal kecil gak dianggap sama China. Ini menjadi momentum bahwa Indonesia menunjukkan sebagai negara besar, bisa punya kapal besar juga,” jelas dia.

Erik mengatakan kapal perang Italia sudah memiliki teknologi yang battle proven dan berstandar NATO.

“Pengadaan kapal tidak akan berhenti di sini. Kayaknya nanti gak berhenti di situ. Cuma dari negara mana lagi belum ditentukan. Apalagi salah satu concern Prabowo di kedaulatan maritim,” ujar dia.

Yohanes Sulaiman, pengamat pertahanan Universitas Jenderal Achmad Yani, menampik jika pengadaan dua kapal perang ini sebagai respons situasi di Laut China Selatan.

“Kalau secara umum ya ini merupakan pengadaan yang normal, ini masih termasuk pada bagian dari program, jadi kalau tidak ada isu laut China Selatan pun memang tujuannya menambah jumlah kapal fregat,” ujar dia kepada BenarNews.

Menurut Yohanes, tidak ada sesuatu yang baru dari penandatanganan kontrak fregat dari Italia tersebut.

“Ini hanya bagian pengadaan normal. Tapi karena memang situasinya di Laut China Selatan memanas makanya ini menjadi berita besar,” ujar dia.

“Kapal fregat kita dari segi kualitas dan kuantitas masih sangat kurang,” tambahnya.

Pada Mei tahun lalu, Kepala Staf TNI AL Laksamana Muhammad Ali mengatakan, sejumlah alat utama sistem persenjataan Korps Marinir akan diperbarui untuk mendongkrak capaian minimum essential force (MEF) atau kekuatan pokok minimal.

Saat ini, kata Ali, capaian MEF korps Angkatan Laut baru mencapai sekitar 60 persen.

“(Capaian MEF) untuk Marinir sendiri 60 persen untuk personel. Untuk material berkisar antara 40 sampai 60 persen,” kata Ali seperti dilansir Kompas.


Pada awal April, Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih Prabowo Subianto mengunjungi Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, di Tokyo, Jepang untuk membahas kerja sama pertahanan, termasuk isu Laut China Selatan.

Kunjungan ini terjadi hanya sehari setelah Prabowo mengunjungi Beijing dan bertemu Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Li Qiang, dan Menteri Pertahanan Dong Jun.

Para pengamat mengatakan kunjungan ke Tokyo merupakan upaya Prabowo untuk melakukan perimbangan terhadap kekuatan China dan pesan kepada Amerika Serikat dan sekutunya di tengah ketegangan di Laut China Selatan.

Sebelumnya pada Desember lalu, Jepang menghibahkan sebuah kapal patroli besar ke Indonesia di tengah adanya ketegangan di Laut China Selatan. Proyek hibah kapal ini mencapai 9,053 miliar yen atau setara dengan Rp945 miliar, menurut keterangan laman Kementerian Luar Negeri Jepang.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.