252 Orang Diyakini Warga Bangladesh Terancam Dideportasi
2019.02.07
Jakarta
Sebanyak 252 orang diyakini warga negara Bangladesh yang ditemukan di sebuah rumah toko (ruko) di Medan, Sumatra Utara, terancam dideportasi karena tidak memiliki dokumen lengkap saat diamankan, demikian pejabat setempat.
"Kemungkinan akan dideportasi ke negaranya, setelah hasil investigasi penyelidikan selesai," kata Kepala Divisi Imigrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Sumatra Utara, Icon Siregar, saat dihubungi BeritaBenar dari Jakarta, Kamis, 7 Februari 2019.
Ia menjelaskan, 193 warga Bangladesh diamankan dari sebuah ruko di Medan oleh polisi pada Selasa malam, 5 Februari.
Kemudian hasil pemeriksaan keesokan harinya, ditemukan ada 59 warga Bangladesh lain dari sebuah lokasi di Jalan Binjai, Medan.
"Hasil sementara semua berkewarganegaraan Bangladesh, diidentifikasi dari postur tubuh, bahasa dan logat bahasa, semua laki-laki dewasa," kata Icon.
Mereka ditemukan dalam keadaan berdesakan duduk di lantai sebuah ruko sempit yang diduga menjadi tempat persembunyian.
Sampai saat ini, kata Icon, pihaknya masih melakukan pendataan dan investigasi penyelidikan lebih lanjut.
"Dokumennya belum ditemukan. Masih pendalaman keterangan. Mereka mengakui punya paspor tapi mereka tidak bisa tunjukkan, sementara imigrasi harus berdasarkan bukti yang ditunjukkan, kita tunggu hasilnya seperti apa lagi marathon diperiksa," ujarnya.
Icon belum bisa memastikan kapan mereka tiba di Indonesia karena belum ada data pasti yang ditemukan seperti tiket kedatangan dan paspor.
"Kita belum tahu kapan tiba di Indonesia, masih diselidiki karena kita belum temukan paspornya. Belum tahu juga apakah mereka korban perdagangan manusia atau bukan, kita juga tidak gampang percaya dengan pengakuan mereka," katanya.
Menurut pengakuan mereka, jelas Icon, warga Bangladesh itu baru tiba di Indonesia, sementara dokumen paspor ditahan oleh orang lain yang diduga merupakan agen tenaga kerja asing yang hingga kini masih buron.
"Akan terus dikejar. Mereka masuk ke Indonesia resmi dari beberapa bandara besar seperti Ngurah Rai, Bali, Adi Soetjipto, Yogyakarta dan Soekarno Hatta, Jakarta," katanya.
Icon menduga mereka akan diselundupkan sebagai pekerja migran ilegal ke Malaysia melalui Medan karena dekat dengan negara tersebut.
"Menurut pengakuan mereka mau kerja di Malaysia dan hanya transit di Indonesia, mereka tidak berniat bekerja di Indonesia. Mereka ditempatkan di ruko tersebut menunggu diberangkatkan," katanya.
Untuk saat ini, pihaknya telah memindahkan 252 orang tersebut ke rumah detensi imigrasi (Rudenim) di Belawan karena keterbatasan tempat di kantor imigrasi kelas 1 Medan.
"Kedepan, kami akan lakukan pengetatan terhadap pendatang dari Bangladesh di semua bandara di Indonesia, agar kasus seperti ini tidak terjadi lagi," ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, Theodorus Simarmata, mengatakan pihaknya sedang mengecek darimana agensi perekrut warga Bangladesh itu berasal.
"Bukan dari Medan yang pasti," katanya.
Perwakilan Bangladesh
Sementara itu Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia, Azmal Kabir, mengatakan kepada BeritaBenar kalau kantor mereka baru saja menerima berita itu. “Ya kami baru mengetahui tentang insiden itu. Pejabat Indonesia menginformasikan hal itu kepada kami. Tetapi kami belum bicara kepada mereka karena lokasinya jauh sekali dari Jakarta.”
“Mereka menginformasikan bahwa orang yang diselamatkan tersebut berpaspor Bangladesh. Tetapi kami tidak pasti apakah mereka orang Bangladesh. Mereka mungkin memiliki paspor palsu. Ketika kami mendapatkan paspor mereka, kami akan kirim ke kementerian dalam negeri melalui kementerian luar negeri untuk verifikasi identitas mereka oleh polisi,” kata Dubes Asmal.
“Perwakilan kami di Jakarta telah mengirim laporan mengenai insiden itu ke Pusat. Dari media kami mengetahui bahwa orang-orang yang diselamatkan itu memiliki paspor Bangladesh, dan mereka berusaha masuk ke Malaysia melalui Indonesia,” kata Delwar Hossain, seorang dirjen di Kementerian Luar Negeri Bangladesh di Dhaka yang mengurusi masalah Asia Tenggara.
“Kami tidak memiliki detail mengenai mereka. Tetap kemungkinan mereka adakah Rohingya bukan orang Bangladesh. Mereka mungkin memiliki paspor Bangladesh illegal,” ujarnya.
Namun seorang saksi mata warga Bangladesh yang berada di Medan memiliki pendapat lain. Adid Shorful Maklukat (32) yang telah mewawancari 10-20 orang korban dalam wawancara kepada BeritaBenar mengatakan bahwa hanya 55 orang di kapal tersebut warga Bangladesh, dan lainnya adalah orang Nepal, Myanmar, dan Rohingya.
Menurutnya semua orang tersebut berusaha sampai di Australia.
“ Masing-masing harus membayar 15 – 20 ribu RM (sekitar 51 - 68 juta rupiah),” kata Adid.
“Orang-orang ini semuanya pernah bekerja di Malaysia. Beberapa adalah pekerja legal, sisanya illegal,” tambahnya.
Kamran Reza Chowdhury di Dhaka ikut berkontribusi dalam laporan ini.