Indonesia Resmikan Fase Pertama Megaproyek Pelabuhan Patimban

Ekonom menilai investasi Jepang lebih menguntungkan secara jangka panjang daripada Cina.
Ronna Nirmala
2020.12.21
Jakarta
Indonesia Resmikan Fase Pertama Megaproyek Pelabuhan Patimban Presiden Jokowi saat peresmian Pengoperasian Perdana Pelabuhan Internasional Patimban secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu (20/12/2020).
[Foto: Sekretariat Presiden]

Presiden Joko “Jokowi” Widodo meresmikan fase pertama Pelabuhan Internasional Patimban dan menyebut kehadiran hub laut baru di Jawa Barat itu akan mengurangi kepadatan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Analis mengatakan peresmian megaproyek pelabuhan pada hari Minggu mengindikasikan bahwa proyek infrastruktur yang didanai Jepang lebih bisa diandalkan, di tengah maraknya pembangunan yang disokong oleh Cina yang beberapa di antaranya mengalami masalah.

“Proyek ini memiliki peran penting, peran strategis, baik dalam upaya meningkatkan perekonomian di Jawa Barat dan nasional pada umumnya, dan berfungsi untuk memperkuat keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok yang saat ini sudah terlalu padat,” kata Jokowi dalam peresmian yang dilakukan secara virtual, Minggu.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan rekam jejak investasi Jepang pada sektor infrastruktur di Indonesia selama ini terbilang mulus didukung oleh pengalaman dan kehati-hatian dalam pengerjaan setiap proyek.

“Kalau saya melihat sebenarnya salah satu kelebihan Jepang dari sisi realisasi investasi memang lebih menjanjikan dibandingkan Cina. Secara sederhana, Cina bisa menjanjikan investasi besar-besaran, tapi dari sisi realisasi seringkali lebih kecil,” kata Yusuf kepada BenarNews.

Yusuf menambahkan, kehadiran Cina di Indonesia menjadi tantangan bagi Jepang dalam hal penyesuaian kerja sama baik antarpemerintah maupun swasta. Dirinya menyoroti fleksibilitas Cina dalam urusan regulasi maupun administrasi.

“Saya melihat sebenarnya dua-duanya punya aturan yang relatif strict terkait pembangunan konstruksi. Hanya saja Jepang ini, karena dia pemain lama, tentu dia punya pengalaman jauh lebih banyak daripada Cina, apalagi menyangkut risiko,” kata Yusuf.

Menurut Jokowi, pada fase pertama, Pelabuhan Patimban akan melayani 3,75 juta peti kemas ukuran standar, sementara setelah tahap 3 selesai pada tahun 2026-2027, kapasitas total akan mencapai 7,5 juta.

Proyek yang masuk dalam program prioritas nasional itu bernilai total Rp43,2 triliun ($3,04 miliar) dengan fase kedua bakal dimulai pada 2021 hingga 2024.

Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) bersepakat mengucurkan pinjaman untuk mendanai pembangunan fase I dan II dengan nilai masing-masing Rp14 triliun dan Rp9,5 triliun, kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.

Sebanyak 140 unit mobil pabrikan perusahaan otomotif Jepang--Toyota, Daihatsu dan Suzuki--dikirim dengan kapal Suzuka Express milik PT Toyofuji Shipping Co., Ltd ke Brunei Darussalam sebagai simbol perdana kegiatan logistik di Patimban.

Pada tahap awal, pelabuhan yang dibangun di atas lahan seluas 369 hektare itu ditargetkan mampu menyerap lapangan pekerjaan baru yang merangkul 200 ribu orang di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya dan 4,3 juta orang pada sepuluh tahun mendatang.

Pelabuhan Patimban bukan satu-satunya megaproyek yang didanai Jepang di tengah masifnya investasi asal Cina dalam beberapa tahun terakhir ini. Indonesia dan Jepang saat ini juga tengah melanjutkan proyek pembangunan MRT Jakarta fase II, Blok Masela dan Jakarta Sewerage System (JSS/Sistem Pengolahan Limbah Terpusat).

Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga dalam kunjungannya ke Indonesia akhir Oktober, mengatakan dia dan Jokowi bersepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang infrastruktur untuk membantu pemulihan ekonomi akibat pandemi.

“Jepang akan secara konsisten memajukan kerja sama di bidang infrastruktur seperti MRT, kereta semi cepat jalur Jakarta-Surabaya, pembangunan Pelabuhan Patimban, pembangunan pulau-pulau terluar, dan kerja sama untuk meningkatkan ketahanan ekonomi,” kata Suga.

Baru-baru ini, Jepang juga dikabarkan siap berinvestasi hingga 57 triliun rupiah untuk pembentukan dana abadi yang diberi nama Lembaga Pengelola Investasi atau (Nusantara Investment Authority/NIA), sebut Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

NIA bakal beroperasi pada awal 2021 dan menargetkan masuknya investasi hingga 225 triliun rupiah (sekitar 16 miliar dolar AS) untuk mendukung sejumlah proyek infrastruktur, termasuk pembangunan ibu kota baru di Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur yang saat ini masih tertunda akibat pandemi.

Pemerintah sebelumnya juga melakukan pembicaraan dengan Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat (AS) perihal dana abadi ini.

Proyek Cina

Tahun lalu, Pemerintah Indonesia menawarkan proyek senilai lebih dari US$90 miliar kepada Cina sebagai bagian dari One Belt and Road (OBOR).

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan terdapat 28 proyek peluang investasi yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatra Utara senilai $17,3 miliar, di Sulawesi Utara $2,6 miliar, Kalimantan Utara $41,6 miliar serta di Bali sebanyak $8 miliar.

OBOR adalah sebuah inisiatif pemerintah Cina yang bernilai lebih dari 1 triliun dollar AS yang bertujuan untuk mewujudkan Jalur Sutra abad ke-21 dengan pembangunan jaringan kereta api, pelabuhan dan jembatan yang menghubungkan Cina dengan Afrika, Eropa, dan Asia Tenggara.

Proyek utama OBOR di Indonesia, kereta api berkecepatan tinggi senilai US $ 6 miliar yang menghubungkan kota Bandung di Jawa Barat dan ibukota Jakarta, sempat terhenti setelah diluncurkan oleh Jokowi pada tahun 2016.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan pekan lalu bahwa pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mencapai 64,4 persen dengan rampungnya konstruksi terowongan sepanjang 1.885 meter yang melintang di bawah Jalan Tol Jakarta-Cikampek.

Proyek ini sempat mengalami penundaan sejak Februari akibat pembatasan mobilitas pekerja dan pasokan material dari Cina ke Indonesia akibat pandemi.

Pada Maret, pengerjaan dihentikan sementara proyek setelah Komite Keselamatan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengatakan kontraktor melakukan enam kesalahan di antaranya manajemen proyek yang tidak baik, mengganggu fungsi drainase dan keselamatan lingkungan.

Pembangkit listrik tenaga air senilai US $ 1,6 miliar yang didanai Cina di hutan Batang Toru di Sumatera Utara telah menjadi sorotan di tengah kekhawatiran bahwa proyek itu dapat mengancam habitat sekitar 800 orangutan Tapanuli, spesies orangutan paling langka di dunia.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai secara jangka panjang, investasi Jepang akan jauh lebih menguntungkan bagi Indonesia.

“Kalau kita lihat secara jangka panjang, jelas Jepang karena memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari Cina. Kalau kita tengok, tahun 80-an proyek infrastruktur untuk lebih banyak dapat pembiayaan dari Jepang,” kata Bhima kepada BenarNews.

Kendati demikian, Bhima mengatakan untuk menarik investasi Jepang secara cepat terutama pada masa ekonomi resesi seperti saat ini memang tidak akan secepat dibanding dari Cina.

Jepang, menurut Bhima, dikenal sebagai investor yang jauh lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan banyak aspek yang menjadi standar berbisnis internasional seperti keamanan infrastruktur bangunan, dampak lingkungan hidup, dampak ke masyarakat, serapan tenaga kerja hingga antikorupsi.

Sebaliknya Cina, cenderung lebih berani karena acapkali melanggar standar-standar tersebut saat berinvestasi di negara berkembang seperti Indonesia, lanjut Bhima.

“Jepang cenderung lebih hati-hati, banyak pertimbangan. Seperti proyek Patimban itu deal-nya kan lama. Tapi bisa dibandingkan dengan yang buru-buru, kurang hati-hati, seperti Jakarta-Bandung (kereta cepat) malah banyak masalahnya,” kata Bhima.

Pekan lalu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengakui bahwa Cina menjadi negara yang paling berani menanamkan investasi di Indonesia terutama di tengah wabah seperti saat ini.

“Dibandingkan Jepang yang banyak sekali penelitian, negara lain juga begitu, debatnya minta ampun. Mereka (Cina) agak nekat,” kata Bahlil dalam sebuah webinar.

Yusuf dari CORE mengatakan investasi pada sektor konstruksi sepanjang semester pertama masih meningkat dari posisi $50 juta pada periode sebelumnya menjadi sekitar $120 juta, dengan Jepang dan Cina sebagai dua negara yang mendominasi.

“Sektor konstruksi memang agak unik karena tidak seperti sektor lain yang mungkin terdampak pandemi, baik dari sisi pendanaan maupun aktivitas,” tukasnya.

Data BKPM menunjukkan investasi Cina di Indonesia sepanjang 2019 meningkat hingga 94 persen dibanding periode sebelumnya dan berhasil menyingkirkan Jepang sebagai investor terbesar kedua Indonesia dengan nilai 4,7 miliar dolar AS.

Pada tahun tersebut Singapura masih menjadi negara dengan investasi terbesar mencapai 6,5 miliar dolar AS atau terlibat pada 7.020 proyek. Jepang berada di posisi ketiga dengan nilai investasi sebesar 4,4 miliar dolar AS.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus 5,32 persen secara tahunan di empat bulan kedua tahun ini, membawa perekonomian Indonesia mengalami resesi pertama dalam lebih dari dua dekade terakhir.

Bhima dari INDEF mengatakan, penting bagi pemerintah untuk tetap mengedepankan kualitas dari sebuah proyek infrastruktur yang didanai asing ketimbang kecepatan dan kemudahan dalam urusan administrasinya.

“Kalau bicara infrastruktur artinya berkaitan dengan publik. Sehingga diharapkan proyeknya bisa lebih terukur, risikonya lebih hati-hati, juga komponen bahan bakunya. Kalau mau mempercepat ekonomi, harusnya bahan baku diutamakan dari dalam negeri,” kata Bhima.

“Cina memang bisa menawarkan pinjaman dengan bunga yang relatif lebih rendah, tapi kita bisa kehilangan investasi yang berkualitas. Kehadiran investasi Cina secara besar-besaran ya bisa berakibat fatal juga,” tukasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.