Lombok Kembali Diguncang Gempa, Sedikitnya 98 Tewas
2018.08.06
Jakarta

Sedikitnya 98 orang tewas dan 236 lainnya terluka akibat gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter yang kembali menguncang Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu malam, 5 Agustus 2019.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menyatakan ribuan rumah dan bangunan rusak serta 20.000 warga harus mengungsi akibat gempa yang pusatnya di kaki Gunung Rinjani, Kabupaten Lombok Utara.
Gempa yang mengguncang saat warga sedang melaksanakan shalat Isya hanya sepekan setelah gempa 6,4 Skala Richter melanda daerah tersebut. Dalam gempa 29 Juli lalu, sebanyak 17 orang tewas dan 400 lainnya terluka.
Sutopo mengatakan dari 98 korban meninggal dunia, lebih dari 70 orang berada di Kabupaten Lombok Utara, sedangkan 2 orang tewas di Bali.
“Sebagian besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan roboh. Semua korban meninggal dunia adalah warga negara Indonesia. Belum ada laporan wisatawan (mancanegara) yang menjadi korban akibat gempa,” ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Senin.
Dia memperkirakan jumlah korban dan kerusakan akan bertambah karena ada beberapa laporan belum terdata, seperti korban belum dievakuasi dari sebuah masjid yang runtuh di Kecamatan Tanjung, Lombok Utara.
“Pendataan masih terus dilakukan oleh aparat, sekitar tiga shaf salat dalam masjid itu,” kata Sutopo.
Gempa yang dirasakan hingga ke Bali, Banyuwangi dan Jember di Jawa Timur membuat peringatan dini tsunami diaktifkan sehingga masyarakat panik karena imbauan untuk menjauhi daerah pantai.
“Tsunami memang terjadi di pantai tetapi kecil hanya setinggi 9-13 cm. Tsunami tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan bangunan,” ujar Sutopo, yang menambahkan gempa susulan telah terjadi 134 kali lebih dengan intensitasnya semakin kecil.
“Sumber gempa merupakan sesar naik Flores batuan dengan mekanisme pergerakan naik dan bukan berasal dari seduksi lempengan laut.”
Dewa Wijaya, Komandan Polair Polda Nusa Tenggara Barat, berfoto di depan ratusan orang yang berusaha keluar Pulau Gili tanggal 6 Agustus 2018, setelah gempa di Lombok sehari sebelumnya. (Dok.BNPB)
Tanggap darurat
Sutopo menambahkan, sekitar 1.000 wisatawan domestik dan mancanegara menunggu untuk dievakuasi dari tiga Gili di Lombok yaitu Trawangan, Air dan Meno.
“Wisatawan terdiri dari 208 warga asing dan 150 domestik telah berhasil dievakuasi melalui lima tahap sejak pagi,” katanya.
Pemerintah telah menetapkan tanggap darurat penanganan dampak gempa hingga 11 Agustus, sementara bantuan logistik dan peralatan telah dikerahkan ke lokasi bencana.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo dalam pernyataan pers menyatakan duka mendalam kepada para korban.
"Saya atas nama pribadi dan masyarakat Indonesia mengucapkan duka yang dalam atas banyaknya saudara-saudara kita di NTB yang meninggal karena gempa,” katanya seraya menginstruksikan jajaran terkait untuk melakukan penanganan dengan sebaik-baiknya.
Jokowi juga meminta jajarannya memberikan pelayanan terbaik bagi para wisatawan yang sedang berada di Lombok.
Dia juga memastikan pemerintah akan memberi bantuan bagi para korban terdampak gempa seperti yang mengalami kerusakan tempat tinggal maupun lainnya.
"Kita akan melihat dulu keadaan di lapangan, baru kita putuskan. Tetapi bahwa akan diberikan bantuan iya, jumlahnya yang belum diputuskan," katanya.
Menurut Sutopo, bantuan paling mendesak yang dibutuhkan warga adalah makanan siap saji, air mineral, air bersih, tenda, terpal, tikar, selimut, pakaian, layanan trauma healing, dapur umum, obat-obatan, pelayanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lain.
TNI bergerak cepat dengan memberangkatkan 100 prajurit Batalyon Zeni Konstruksi ke Lombok, dengan KRI Teluk Parigi 539 dari Jakarta.
“Selain membawa 100 prajurit TNI, KRI Teluk Parigi 359 juga membawa material berupa kendaraan angkut berat, seperti tiga NPS, satu truk tangki BBM, Ran Kodal, truk tangki air,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen TNI M. Sabar Fadhilah, dalam siaran pers yang diterima BeritaBenar.
Selain itu, 100 prajurit Marinir telah mendarat di Bandara Internasional Lombok. Mereka membawakan tim dokter, paramedis, obat-obatan dan perlengkapan tenda rumah sakit lapangan.
Kesaksian warga
Seorang warga Mataram, Muhammad Nurbhani (28), mengaku saat gempa terjadi dia sedang mengendarai motor.
“Saat berhenti di lampu merah, motor kemudian berjatuhan semua, termasuk saya, dan listrik tiba-tiba padam. Kami semua sangat panik. Gempa ini jauh lebih kuat berkali lipat dari gempa sebelumnya,” ujarnya saat dihubungi BeritaBenar.
Ia bergegas pulang ke rumah. Saat tiba, muncul peringatan tsunami.
“Kami sekeluarga mengungsi ke daerah lebih tinggi, namun saat keluar di jalan macet parah sehingga kami urung pergi dan memutuskan tinggal di rumah dan memantau situasi,” katanya.
Seorang warga Denpasar di Bali, Mutia Ramadhani, dikejutkan gempa saat sedang santai di rumah.
“Sejak gempa 29 Juli lalu, kami memang tidur di bawah tidak berani di lantai 2. Semalam guncangannya keras sekali. Atap garasi bergetar dan kabel bergoyang-goyang,” katanya saat dihubungi.
Sementara itu, Gubernur Bali I Gede Mangku Pastika mengatakan dua warganya tewas akibat gempa dan pihaknya fokus untuk mengangani para korban luka dan pertolongan di rumah sakit.
“Belum ditotal jumlahnya (korban luka), mana yang butuh pertolongan kita bantu segera terutama yang menderita luka-luka di rumah sakit. Mereka harus segera difasilitasi,” katanya.
Penampakan rumah yang rusak 6 Agustus 2018 setelah gempa menghantam Pemenang di Lombok Utara. (Dok.BNPB)
Gempa utama
Seorang peneliti gempa dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman mengatakan hal umum dalam suatu gempa ada urutan kejadian dari gempa pembuka (preshock), gempa utama (main shock) dan gempa susulan (after shock).
“Setiap gempa pasti ada, kami menyangka yang tanggal 29 Juli itu main shocknya namun baru diketahui gempa utama ialah yang semalam terjadi,” katanya kepada BeritaBenar.
Dalam gempa pembuka, biasanya patahan pecah terlebih dahulu baru kemudian gempa utama.
“Dan itu butuh proses. Bisa harian, bisa bulanan bahkan tahunan tidak ada yang bisa memprediksi,” jelasnya.
Peringatan tsunami yang dikeluarkan adalah SOP yang harus dilakukan karena gempa bergerak naik. Hal tersebut juga menyebabkan permukaan laut bergerak naik.
“Mungkin ada tanda air laut surut, harus diteliti lebih lanjut,” katanya merujuk beberapa pelabuhan di Gili yang airnya surut akibat gempa.
Kepala Biro Humas Kantor Gubernur NTB, Irnadi Kusuma mengatakan keadaan Lombok lumpuh baik pemerintahan maupun sekolah.
“Semua libur karena banyak keluarga jadi korban, listrik dan sinyal susah,” ujarnya.