Indonesia dan Australia Pererat Kerja Sama Melawan Terorisme

Anton Muhajir
2018.08.06
Denpasar, Indonesia
180806-ID-AUS-Terrorism1000.jpg Menteri Luar Negeri Julie Bishop saat memberikan keterangan kepada wartawan di Denpasar, Bali, 6 Agustus 2018.
[Anton Muhajir/BeritaBenar]

Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop menyatakan bahwa negaranya tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam melawan terorisme maupun kejahatan transnasional lainnya.

“Saya ke Bali untuk mengikuti pertemuan Bali Process. Ini adalah proses panjang yang dipimpin Australia dan Indonesia,” katanya, kepada wartawan di Denpasar, Bali, Senin, 6 Agustus 2018.

“Kami fokus pada isu perdagangan manusia, terorisme, penyelundupan obat-obatan terlarang, perbudakan, maupun kejahatan transnasional lainnya.”

Bishop mengatakan hal tersebut ketika berkunjung ke Annika Linden Center (ALC) di Denpasar. ALC merupakan pusat dukungan untuk kelompok disabilitas di Bali yang didirikan tahun 2013 oleh keluarga Annika Linden, salah satu korban bom Bali pada 12 Oktober 2002.

Sehari sebelumnya, Bishop juga melakukan kunjungan ke lokasi pengeboman di Surabaya, Jawa Timur. Pada Mei 2018 lalu, tiga bom bunuh diri diledakkan satu keluarga terdiri suami istri dan empat anak mereka terhadap tiga gereja di Surabaya yang menewaskan belasan orang.

“Kami akan bekerja sama lebih dekat dengan Indonesia dalam melawan terorisme maupun berbagi informasi dan intelijen,” ujarnya.

“Kita tidak boleh kalah melawan terorisme dan harus bekerja sama sebagai dua teman dekat. Australia mendukung Indonesia untuk mencapai tujuannya sebagai negara dengan masyarakat multikultur dan berbeda-beda keyakinan.”

Kunjungan ke ALC, menurut Bishop, merupakan bagian dari dukungan itu. Australia memberikan bantuan kepada tiga organisasi non-pemerintah yang berkantor di ALC.

Sponsor utama ALC adalah Yayasan Annika Linden yang berkantor pusat di Malta. Selain Indonesia, mereka juga bekerja di beberapa negara lain, termasuk Thailand.

“Saya senang bahwa Menteri Julia Bishop berkomitmen melanjutkan dukungan terhadap lembaga-lembaga yang ada di Annika Linden Center,” kata Meda Arifin, direktur pengelola ALC.

Bentuk lain dari komitmen tersebut adalah dengan adanya Bali Process, pertemuan regional yang dipimpin Australia dan Indonesia sejak 2002 untuk membahas beragam isu, terutama perdagangan dan penyelundupan manusia.

Pada pertemuan terakhir 2016, misalnya, mereka mengeluarkan Bali Declaration on People Smuggling, Trafficking in Person, and Related Transnational Crime.

Menurut Bishop, sekitar 50 negara yang mengikuti Bali Process tahun ini akan melanjutkan kerja sama untuk mengatasi berbagai tantangan regional, termasuk terorisme.

Pada hari terakhir Bali Process, Selasa, para peserta akan membuat kesepakatan bersama terkait beragam isu keamanan global.

Pertemuan Lombok

Sehari sebelumnya, Indonesia dan Australia juga telah membuat komitmen lebih detail setelah pertemuan di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Dalam pertemuan Indonesia-Australia Ministerial Council on Law and Security itu, kedua negara sepakat mempererat kerja sama melawan tindak kejahatan terorisme dan radikalisme.

Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan dalam siaran pers menyatakan, kedua negara sudah melakukan lima kali pertemuan dan banyak perkembangan kerja sama untuk mendapatkan metode baru dalam melawan aksi-aksi terorisme dan radikalisme.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan Australia dengan Indonesia sudah punya satu pemahaman bahwa untuk melawan terorisme, radikalisme, tak mungkin hanya dilawan oleh satu negara.

“Harus ada kerja sama erat dan sungguh-sungguh antara negara-negara untuk melawan terorisme dan ekstrimisme, di mana kita mencoba untuk memotong jalur-jalur logistik dari terorisme itu,” ujarnya.

Menurut Wiranto, Australia dan Indonesia selalu mencoba mengajak negara lain bersama-sama dalam mengatasi masalah terorisme dan radikalisme.

Dalam pertemuan itu, kedua negara juga mengembangkan cara-cara dan metode-metode terbaru untuk melawan aksi terorisme dan radikalisme yang juga telah mengembangkan taktik, strategi, dan instrumen mereka.

Ada beberapa isu yang dibahas secara mendalam pada pertemuan di Lombok, termasuk program deradikalisasi.

Pelatihan anjing


Topik lain yang dibahas adalah kerja sama keamanan siber. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang baru dibentuk di Indonesia, kata Wiranto, BSSN perlu mendapat satu eksalarasi kemampuan, baik organisasi, perlengkapan, maupun kebijakan.

“Ini tentu sangat penting untuk kita bincangkan dan kita kerja samakan dengan pihak Australia," ujarnya.

Kedua negara juga membahas kerja sama lebih luas di bidang penegakan hukum, termasuk tentang keimigrasian, ekstradisi, dan secara khusus pelatihan anjing-anjing yang disebut dengan K9 untuk melawan narkoba dan narkotika.  

Pertemuan tersebut juga menghasilkan Joint Communique yang menekankan tentang pentingnya kedua negara dan terus menerus bekerja sama dalam masalah hukum dan keamanan.

Menteri Urusan Dalam Negeri Australia, Peter Dutton menyampaikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia karena dapat berbagi ilmu dan pengalaman terkait masalah terorisme dan radikalisme.

"Kita akan melihat hubungan kedua negara terkait penanganan terorisme dan upaya menghentikan masuknya narkoba melalui perbatasan kita. Juga upaya mengatasi para teroris dan grup kriminal terorganisir yang menggunakan perangkat terenkripsi dan metode komunikasi untuk merencanakan serangan mereka," ujar Peter.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.