8.000 Personel Amankan Pembukaan Asian Games

Rina Chadijah
2018.08.17
Jakarta
180817-ID-Kalimantan1000.jpg Sejumlah polisi berjalan di lokasi acara Asian Games 2018 di Jakarta, 17 Agustus 2018.
AFP

Sebanyak 8.000 personel Polri dan TNI dikerahkan untuk mengamankan pembukaan Asian Games di Jakarta, Sabtu, 18 Agustus 2018. Polri menjamin pelaksanaan event olahraga terbesar di Asia itu akan berjalan lancar, tanpa gangguan keamanan.

Kapala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen. Pol. Setyo Wasisto, menyebutkan bahwa pihaknya memberlakukan pengamanan ekstra ketat di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, yang menjadi lokasi pembukaan.

“Seluruh pasukan pengamanan telah ditempatkan di sekitar lokasi acara sejak sepekan terakhir,” katanya kepada BeritaBenar, Jumat.

“Semuanya sudah bersiaga sejak beberapa hari terakhir dan kita yakin semua berjalan dengan baik.”

Menurutnya, pola pengamanan dibagi dalam empat ring. Setiap pengunjung, tamu dan peserta Asian Games maupun barang yang dibawa, akan diperiksa.

Selama acara pembukaan Asian Games, polisi juga memberlakukan rekayasa lalulintas di sekitar Senayan. Hanya kendaraan tertentu yang boleh masuk ke kawasan GBK, saat acara berlangsung.

Di seputaran GBK telah disiapkan 600 CCTV untuk memantau lokasi-lokasi lain di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Selain itu juga dibentuk dua pusat komando di Senayan dan di Polda Metro.

Ditanya mengenai potensi gangguan keamanan termasuk terorisme selama pelaksanaan Asian Games, Setyo mengatakan ia yakin tidak bakal ada gangguan, karena Polri telah mengantisipasi  cukup maksimal.

“Tentu kita tetap waspada. Dengan operasi yang telah kita lakukan sejak beberapa bulan terakhir, kita yakin semuanya akan berjalan aman,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi gangguan keamanan jelang dan selama pelaksanaan Asian Games hingga 2 September 2018, Polri telah melakukan berbagai operasi.

Salah satunya ialah operasi cipta Kondisi Kewilayahan Mandiri, di mana polisi menahan 247 dari 1,238 orang yang ditangkap karena diduga terlibat aksi kriminal jalanan.

Dalam operasi yang digelar Juli lalu, 11 terduga pelaku kriminal tewas ditembak karena menurut polisi, melawan petugas saat hendak ditangkap. Sementara 41 orang tahanan juga sempat dirawat karena mengalami luka tembak.

Amnesty International (AI) Indonesia dalam pernyataan pers, Jumat, menyatakan bahwa polisi telah menembak mati 77 terduga kriminal, termasuk 31 di Jakarta dan Palembang – dua kota yang jadi lokasi Asian Games, dalam operasi memberantas kejahatan jalanan di berbagai kota di tanah air sejak Januari lalu.

“Beberapa bulan menjelang Asian Games, pihak berwenang berjanji meningkatkan keamanan masyarakat. Tapi, kami justru melihat polisi menembak mati puluhan orang dengan akuntabilitas yang rendah,” ujar Direktur Eksekutif AI Indonesia, Usman Hamid.

“Angka-angka yang mengejutkan ini mengungkapkan pola penggunaan kekuatan polisi yang berlebihan, dan betapa lembaga keamanan secara konstan tak tersentuh hukum.

Penyelenggaraan acara olahraga internasional tidak boleh mengorbankan hak asasi manusia. Tembak mati harus dihentikan dan semua kasus kematian harus diselidiki dengan cepat dan efektif.”

Namun, klaim AI Indonesia belum mendapat konfirmasi dari pihak kepolisian.

Sementara itu, dalam upaya mencegah aksi terorisme, termasuk mengamankan Asian Games, Polri telah menangkap lebih dari 300 terduga teroris selama tiga bulan terakhir.

Operasi yang dilancarkan sejak aksi bom bunuh diri terhadap tiga  gereja di Surabaya, Jawa Timur, juga menewaskan 21 terduga teroris karena disebut polisi melawan saat hendak ditangkap.

Bahkan dalam beberapa pekan ini, operasi penangkapan semakin gencar dilakukan yang diklaim untuk mempersempit ruang gerak sel-sel teroris di berbagai daerah di Indonesia.

Tetap waspada

Meski pengamanan telah dilakukan maksimal, para pengamat terorisme meminta polisi agar tidak lengah karena ancaman terorisme masih tetap membayangi Indonesia.

Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, mengatakan upaya Polri mengantisipasi aksi teror jelang perhelatan tersebut sudah cukup maksimal.

“Tentu semua masyarakat Indonesia berharap tidak ada gangguan keamanan agar kita bisa sukses menjadi tuan rumah,” ujarnya kepada BeritaBenar.

Meski pengamanan dilakukan ekstra ketat, tambahnya, potensi teror tetap ada. Untuk itu, dia berharap polisi terutama yang bertugas di lapangan dapat lebih berhati-hati.

“Operasi yang dilakukan selama ini efektif untuk mempersempit ruang gerak mereka, kita berharap semua berjalan normal,” katanya.

Al Chaidar, peneliti terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, mengatakan operasi penangkapan terduga teroris yang gencar dilakukan belakangan memperbesar potensi kemarahan kelompok radikal.

Dia berharap Polri dapat terus bekerja mencegah terjadinya serangan, apalagi ketika perhelatan Asian Games berlangsung.

“Sudah pasti tidak boleh lenggah, intelijen harus benar-benar kuat dan bisa membaca gerak-gerik sel-sel kelompok radikal,” katanya.

Pembukaan

Pembukaan Asian Games diprediksi akan dihadiri 40 ribu penonton. Jumlah itu belum termasuk dengan undangan dan tamu negara.

Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC), Erick Thohir, menjelaskan sebanyak 11.429 atlet dari 45 negara akan berkompetisi dalam 462 pertandingan. Mereka didampingi 5.000 official.

"Khusus acara pembukaan karena ini cukup kompleks di dalam GBK akan ada 6 ribu atlet yang berparade. Jumlah atlet 10 ribu di Jakarta, yang ikut hanya 60 persen,” katanya seperti dikutip dari laman Detik.com.

Pemerintah Indonesia juga mengundang para kepala negara ketika pembukaan Asian Games. Sejumlah dari mereka dikabarkan sudah menyatakan kehadirannya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.