Keluarga Harap Bekas Sandera Cepat Pulang
2016.08.26
Jakarta
Tidak ada kalimat lain yang diucapkan kecuali rasa syukur begitu Dian Megawati Ahmad menerima kabar kalau suaminya, Ismail, telah bebas dari sekapan kelompok militan Abu Sayyaf.
Megawati sudah tiga bulan lebih tak bertemu suaminya yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) tugboat Charles 001 sejak dirompak di perairan Tawi- Tawi, Filipina Selatan, 20 Juni silam.
Saat itu, kapal yang sedang pulang ke Kalimantan usai mengantar batu bara di Filipina dibajak militan bersenjata. Tujuh ABK, termasuk Ismail, disandera kelompok yang telah berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“Saat mendengar kabar suami saya bebas, saya tentunya merasa bersyukur dan senang karena dia selamat,” tutur Megawati kepada BeritaBenar melalui telepon, Jumat, 26 Agustus 2016.
“Anak saya yang masih berumur dua tahun juga senang sekali ayahnya akan pulang.”
Tapi, ada kekhawatiran yang dirasakan Megawati karena masih ada lima rekan suaminya yang disekap Abu Sayyaf. “Ada rasa cemas juga dan sedih karena ABK lain belum bebas,” ujar dia.
Setelah 10 hari bebas, Megawati dan keluarga berharap Ismail bisa cepat dipulangkan ke Indonesia. “Saya belum dikabari kapan pulang, jadi belum bisa bicara banyak. Semoga suami saya cepat pulang,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ismail berhasil kabur dari penyandera. Dia ditemukan pada 17 Agustus sore. Sebelumnya pada pagi hari sama, rekannya Muhammad Sofyan juga lolos. Mereka lari setelah Abu Sayyaf mengancam akan memenggal kepala Sofyan.
Abu Sayyaf memang kerap memenggal sandera yang tak bersedia membayar tebusan. Sebelumnya, mereka pernah memenggal kepala warga negara Kanada, John Ridsdel, tanggal 25 April lalu karena tidak membayar tebusan 300 juta peso.
Pada Kamis pagi, 25 Agustus 2016, Abu Sayyaf dikabarkan telah memenggal salah satu sandera asal Filipina, Patrick Almodovar (18) setelah keluarga tidak mampu membayar tebusan sebesar 20 ribu dollar.
‘Rencana akan dibebaskan’
Perwakilan keluarga sandera ABK Charles 001, Kapten Amrullah mengatakan Sofyan dan Ismail bersama dua sandera lain yaitu Muh. Nasir dan Robin Piter ditawan kelompok Al Habsyi Misaya.
Sementara 3 ABK lain yaitu Ferry Arifin, Muh. Mahbrur Dahri, Edi Suryono ditawan oleh kelompok berbeda.
“Mereka direncanakan akan dibebaskan 17 Agustus 2016 sebagai hadiah kemerdekaan Indonesia. Ini berdasarkan negosiasi yang dilakukan. Di tengah jalan karena penjagaan lengah, dua ABK kabur. Mereka berjalan mengikuti hutan bakau hingga sampai ke desa terdekat,” ujar Amrullah kepada BeritaBenar.
Dalam pelarian, mereka berpencar. Sofyan ditemukan pagi waktu setempat oleh warga. Sedangkan Ismail ditemukan pihak otoritas Filipina pada sore harinya.
“Di tengah jalan, Ismail sempat bersembunyi karena takut ketangkap lagi, setelah lihat polisi baru dia keluar. Soalnya warga sipil tidak bisa dipercaya di sana,” kata Amrullah.
Setelah keduanya kabur, menurut Amrullah, Al Habsyi Misaya sempat khawatir tentang keselamatan Sofyan dan Ismail karena banyak kelompok bersenjata lain di daerah itu.
“Takut diambil kelompok lain dan malah tidak selamat. Karena yang menahan ini orang Islam jika berjanji pasti ditepati. Mereka sudah janji akan bebaskan para sandera,” kata Amrullah.
Keadaan tak kondusif di Filipina akibat operasi militer, ujarnya, menyebabkan rencana pembebasan para sandera yang sedang berlangsung menjadi terkendala.
Masih di Manila
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir mengatakan Ismail dan Sofyan masih di Manila, Filipina, untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Mereka dibriefing untuk bisa membantu informasi guna pembebasan ABK lainnya yang masih di sandera,”ujarnya.
Menurutnya, pemerintah akan berupaya membebaskan sisa sandera lewat crisis centre di bawah koordinasi Kementerian Politik, Hukum dan Keamanan dengan menggunakan berbagai strategi.
“Tugas Kemenlu dari aspek diplomasi, melakukan koordinasi dengan Menlu Filipina untuk menekankan agar ambil langkah nyata bebaskan WNI yang masih di sandera,” jelasnya.
Juru Bicara PT. Rusianto Bersaudara, perusahaan pemilik kapal tugboat Charles 001, Taufik Rahman mengatakan meski diberikan tenggat waktu oleh penyandera, pihaknya optimis tim crisis centre akan membebaskan para sandera.
“Mudah-mudahan yang lain dibebaskan dengan selamat. Tiap hari kami berkomunikasi dengan para sandera. Mereka dalam keadaan sehat,” kata dia, tanpa menyebut kapan tenggat waktu tersebut.
Selain lima ABK Charles 001, masih ada empat warga Indonesia lain yang disandera Abu Sayyaf. Tiga dari mereka diculik 9 Juli 2016 setelah kapal berbendera Malaysia disergap di perairan Lahad Datu, Sabah. Seorang lagi diculik di perairan Kinabatangan, Sabah, 3 Agustus lalu.