Petani Temukan Fragmen Fosil Homo Erectus Archaic

Kusumasari Ayuningtyas
2016.04.29
Sragen
160429_ID_fossil_1000.jpg Setu Wiryorejo di rumahnya di Desa Manyarejo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 29 April 2016.
Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar

Potongan tengkorak yang dipastikan milik manusia purba Homo erectus archaic ditemukan di Sungai Bojong, Desa Manyarejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah pada 6 Februari 2016 lalu.

Setu Wiryorejo (56) menemukan potongan tengkorak itu saat sedang bekerja di sawahnya yang berjarak sekitar 700 meter dari rumahnya.

Dia mengaku sudah diajari para leluhurnya tentang bagaimana mengenali fosil. Potongan tengkorak bukan kali pertama bagi Setu dalam hal penemuan fragmen fosil.

Selama Februari dan Maret tahun ini, sudah tujuh temuan yang dilaporkannya ke Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, yaitu antara lain kepala gajah, kepala banteng, gigi badak, gigi kerbau, dan terakhir tengkorak Homo erectus archaic. "Sudah sejak lama saya menemukan fosil-fosil seperti ini biasanya tak sengaja," ujar Setu kepada BeritaBenar yang bertandang ke rumahnya, Jumat, 29 April 2016.

Dia mengaku saat akan menemukan fragmen fosil selalu mendapat petunjuk dari mimpi. Karena sangat sering menemukan fosil, Setu yang sudah meraih sembilan piagam memperoleh kompensasi rutin setiap tiga bulan dari BPSMP Sangiran.

Setiap menemukan benda yang diduga fragmen fosil, Setu langsung melapor ke BPSMP. Begitu juga ketika dia menemukan potongan tengkorak Homo erectus archaic yang oleh pihak BPSMP Sangiran disebut sebagai temuan spektakuler.

Temuan separuh tengkorak bagian belakang sepanjang 14 cm, lebar 12 cm dan tinggi 10 cm ditindaklanjuti dengan penelitian mendalam oleh ahli paleontologi Harry Widianto selama sekitar sebulan untuk identifikasi awal.

Dalam penelitian itu, Harry menemukan beberapa ciri khas Homo erectus archaic yaitu tulang tebal, konstruksi tengkorak pendek, bagian oksipital menunjukkan perkembangan pada beberapa tulang seperti thorus oksipitalis dan volume otaknya kecil, hanya 870 cc.

"Dari segi morfologi tengkorak dan lapisan sedimen yang menempel bisa diketahui dia siapa," jelas Harry kepada BeritaBenar.

Fragmen fosil yang disimpan di Museum Manusia Purba Sangiran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, 29 April 2016. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)

Tiga tipe

Demi alasan keamanan dan untuk penelitian lebih lanjut, potongan terkorak itu disimpan dalam brankas. BeritaBenar yang ingin memotretnya tidak diizinkan. Pihak BPSMP Sangiran hanya memperlihatkan foto yang mereka abadikan.

Menurut Harry, Homo erectus archaic punya tiga tipe, yaitu tipe archaic (arkaik) yang hidup pada kisaran 1,5 juta - 1 juta tahun lalu, tipe typik hidup 900 ribu - 300 ribu tahun lalu dengan volume otak 900 cc dan tipe progresif yang hidup sekitar 300 ribu - 100 ribu tahun lalu dengan volume otak 1.100 cc.

Fragmen fosil Homo erectus temuan Setu, tuturnya, diperkirakan berasal dari 1 juta - 1,5 juta tahun lalu. Fosil tersebut diperkirakan memiliki volume otak sekitar 800 cc atau lebih kecil dari Homo sapiens yang bervolume otak 1.400 cc.

Ia menambahkan lama penelitian lengkap akan memakan waktu satu hingga dua tahun. Para spesialis, katanya, akan berkolaborasi guna menentukan umur pasti, penentuan lapisan tanah dan lingkungan purbakala untuk mengetahui interaksi sosialnya.

Kepala BPSMP Sangiran, Sukronedi, menuturkan bahwa temuan fragmen fosil ini menjadi temuan Homo erectus archaic kedua setelah yang pertama ditemukan ahli paleontologi asal Belanda Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald tahun 1936 di Sangiran, Sragen.

"Homo erectus archaic hanya ada dua di Sangiran dan ini temuan yang sangat spektakuler," ujar Sukronedi.

Menurut data yang dimiliki BPSMP Sangiran, selama tahun 2016 terhitung dari 1 Januari hingga 18 April sudah ada 37 penemu yang melaporkan temuan mereka dengan 552 fragmen fosil.

Para penemu mendapatkan tiga penghargaan sebagai imbalan atas jasa mereka, yaitu uang, sertifikat dan pencantuman nama penemu pada pajangan di museum.

Selama 2016, sudah Rp36 juta kompensasi yang diberikan di luar temuan Homo Erectus Arkaik. Besaran imbalan antara Rp 150 ribu sampai Rp 6 juta tergantung besar kecilnya temuan dan nilai penting temuan.

“Pak Setu yang menemukan tengkorak Homo erectus archaic mendapatkan kompensasi sebesar Rp 25 juta,” jelas Sukronedi.

Fragmen-fragmen fosil disimpan di Museum Manusia Purba Sangiran. Museum ini memiliki koleksi 40.000-an fragmen fosil fauna dan seratusan fosil manusia yang terbagi dalam lima klaster dan museum pendukung Manyarejo.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.