Pasca Musibah Mina, Saudi Didesak Agar Berbenah

Arie Firdaus
2015.09.25
Jakarta
150925_HAJJ_620.jpg Jemaah haji berdatangan untuk melakukan lontar jumrah di Mina saat umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha, 24 September 2015.
AFP

Sehari setelah musibah jemaah haji terinjak-injak di Mina yang menurut pihak berwenang Arab Saudi menewaskan 717 orang dan melukai 863 orang lainnya pada hari Kamis, banyak pihak mempertanyakan kompetensi negara itu dalam menyelenggarakan ibadah haji.

Pada hari Jumat Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Mekkah membenarkan bahwa tiga jemaah haji Indonesia meninggal dunia. Dua diantaranya sudah teridentifikasi sebagai Busyaiyah Saleh Abdul Gafar (50) asal Kalimantan Barat dan Hamid Atwii Tarji Rofia (51) asal Probolinggo, Jawa Timur.

Seorang lagi WNI yang tewas masih belum diketahui identitasnya karena di tangan korban tidak ditemukan gelang jemaah Indonesia yang menunjukkan identitas dan nomor kloternya.

PPIH juga mengumumkan berdasarkan pendataan yang dilakukan pihaknya sejauh ini, ada enam jemaah Indonesia yang cedera dan dirawat di empat rumah sakit berbeda.

Sementara itu ada 225 orang lagi yang masih belum kembali ke tenda di Mina sejak kejadian hari Kamis lalu sampai dengan Jumat pagi waktu Saudi dan pihak PPIH masih berupaya mencari mereka. Namun PPIH belum bisa memastikan apakah para jemaah itu termasuk korban peristiwa Mina, karena banyak alasan yang menyebabkan mereka belum kembali ke pemondokan; misalnya sedang beribadah ke Masjidil Haram, tersesat atau berkunjung ke kerabatnya di maktab lain.

Informasi simpang siur

Ketua Tim Pengawas Haji Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay yang berada tidak jauh dari Mina, mendesak agar pemerintah Saudi segera memberi informasi resmi mengenai asal jemaah haji yang menjadi korban dalam tragedi ini.

Ketika dihubungi BeritaBenar lewat sambungan telepon hari Jumat dia mengatakan sejauh ini, 24 jam setelah kejadian, informasi masih simpang siur karena belum ada informasi jelas dari pihak Saudi.

“Seharusnya ada upaya sistematis, terukur dan professional dari penyelenggara haji di Saudi untuk menjelaskan kepada seluruh negara yang warganya menjadi korban, dari mana saja mereka,” kata politisi dari Partai Amanat Nasional itu.

“Keterangan yang kita terima pun belum jelas berapa tepatnya korban (WNI) yang luka-luka,” ujar Saleh.

Saat ini menurutnya pihak PPIH harus mendata sendiri jumlah WNI yang menjadi korban tewas atau selamat, seperti ketika musibah alat derek raksasa yang roboh di Masjidil Haram 11 September lalu yang menewaskan 109 orang dan 11 diantaranya WNI.

Iran tuding Saudi tak mampu kelola ibadah haji

Kecaman juga datang dari Iran, negara yang 131 jemaahnya tewas dalam tragedi Mina pada hari Kamis, menurut pihak penyelenggara haji negara itu. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyatakan tiga hari berkabung nasional dan menuding pengelolaan yang buruk oleh pihak Saudi.

“Pemerintah Arab Saudi harus menerima tanggung jawab besar atas bencana ini,” kata Khamenei seperti dikutip kantor berita Iran, IRNA.

Sedangkan Kepala Penyelenggara Haji Iran, Said Ohadi mengatakan bahwa dua jalur menuju lokasi pelemparan jumrah pada hari Kamis pagi ditutup tanpa alasan yang jelas, sehingga arus jemaah terhenti dan terjadi desak-desakan.

“Inilah mengapa tragedi tersebut terjadi,” katanya seperti dilansir IRNA.

Seorang jemaah haji Libia juga mengatakan bahwa hanya satu jalur dari dan ke lokasi melempar jumrah yang dibuka.

“Terjadi desak-desakan. Polisi menutup semua jalan masuk dan keluar menuju kamp jemaah haji, hanya satu yang dibuka,” kata Ahmed Abu Bakr (45), yang selamat dari insiden itu bersama ibunya, kepada kantor berita AFP.

"Arab Saudi tidak mampu menyelenggarakan ibadah haji," kata ulama Iran Ayatollah Mohammad Emami Kashani, dalam khotbah salat Jumat di Teheran.

"Pengelolaan ibadah haji harus diserahkan kepada negara-negara Muslim," tambahnya seperti dilansir AFP.

Sementara itu di Jakarta, mantan Menteri Agama Abdul Malik Fadjar meminta Pemerintah Arab Saudi serius membenahi pelaksanaan ibadah haji dan pengendalian massa.

"Tak masuk akal bisa terulang lagi," kata Abdul Malik Fadjar kepada BeritaBenar, Jumat.

Berdasarkan pengalaman saat menjadi Amirul Haj atau pemimpin jemaah haji Indonesia, kata Malik Fadjar, potensi jemaah berdesak-desakan saat melempar jumrah di Mina sangat besar.

"Pemerintah Arab Saudi seharusnya sudah bisa memprediksi itu, dengan menempatkan lebih banyak petugas, misalnya," kata Menteri Agama di era pemerintahan Presiden Habibie itu.

Menag imbau jemaah Indonesia taati jadwal

Namun pada hari Kamis televisi El-Ekhbariya yang bermarkas di Riyadh melaporkan, Menteri Kesehatan Arab Saudi Khaled al-Falih menuding para jemaah haji yang tidak disiplin dengan jadwal melempar jumroh sebagai penyebab tragedi tersebut.

Para jemaah haji Indonesia yang menjadi korban dalam tragedi ini diketahui berniat melakukan ibadah lontar jumrah pada pagi hari, di luar jadwal untuk jemaah Indonesia, yaitu pada sore hari waktu setempat, bersama-sama dengan para jemaah dari Asia Tenggara lainnya.

Menteri Agama Lukman Saifuddin, yang berada di Mina - sekitar 5 km dari Mekkah - meminta para jemaah haji dari Indonesia agar melakukan lontar jumrah sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

"Saya selaku Amirul Haj mengimbau jemaah menaati jadwal (melontar jumrah), yaitu pada pagi setelah subuh atau sore mendekati maghrib," kata Menag, seperti diumumkan di situs Kementerian Agama.

Menurut Kementerian Agama, tragedi di Mina terjadi pada hari Kamis 24 September pagi sekitar pukul 7.30 waktu setempat ketika jemaah haji akan melakukan lontar jumrah.

Namun Lulu, seorang petugas pendamping haji ONH Plus dari sebuah agen travel mengatakan, meskipun pemerintah Arab Saudi sudah melarang jemaah melakukan lempar jumrah pada pukul 8.00 sampai 11.00 pagi waktu setempat pada tanggal 10 Dzulhijjah, Hari Raya Idul Adha tanggal 24 September, masih banyak jemaah yang melanggar.

“Banyak yang melanggar larangan ini, bukan hanya dari Indonesia saja. Alasan mereka biasanya, karena ingin melakukan lempar jumrah di pagi hari seperti Rasulullah,” tukasnya kepada BeritaBenar.

Raja Salman sudah memerintahkan agar dilakukan penyelidikan mengenai insiden ini dan agar seluruh operasi penyelenggaraan ibadah haji ditinjau kembali.

Menurut angka resmi dari penyelenggara ibadah haji di Arab Saudi, pada tahun ini ada 1.952.817 jemaah yang ikut serta dari seluruh dunia. Diantaranya adalah 168.800 jemaah haji Indonesia. Tragedi di Mina ini merupakan yang terburuk dalam 25 tahun terakhir.

Kantor berita Antara mencatat, tragedi tahun 1990 merupakan musibah terbesar di Mina, ketika terjadi desak-desakan di terowongan jalan masuk ke lokasi pelemparan jumrah yang menewaskan 1.426 jemaah haji, 631 diantaranya adalah jemaah haji Indonesia.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.