Deportasi Buron India Kembali Ditunda Akibat Abu Vulkanik
2015.11.04
Jakarta
Penutupan Bandar Udara Ngurah Rai di Bali akibat abu vulkanik dari Gunung Barujari, anak Gunung Rinjani, di Lombok, Nusa Tenggara Barat, menyebabkan proses deportasi seorang buron Interpol asal India kembali ditunda pada Rabu, 4 November.
Rajendra Sadashiv Nikalje alias Chhota Rajan alias Kumar Mohan, yang dituding sebagai bos mafia, sedianya akan dideportasi ke India pada Selasa malam, namun ditunda karena Bandara Ngurah Rai ditutup akibat abu vulkanik.
Menurut Kabid Humas Polda Bali, Kombes Hery Wiyanto, Rajendra – yang ditangkap saat turun dari pesawat Garuda Indonesia dari Sydney, Australia pada tanggal 25 Oktober lalu – adalah buronan yang paling dicari Interpol sejak 20 tahun lalu.
Penangkapan Rajendra di Bali menyusul adanya red notice -instruksi Interpol untuk menangkap dan mengekstradisi seseorang yang ada dalam daftar pencarian mereka- yang dikirim ke kepolisian Indonesia berdasarkan informasi yang diberikan pihak kepolisian Canberra.
Dalam proses interogasi di Polda Bali, Rajendra (56), yang saat ditangkap membawa paspor dengan nama Kumar Mohan, mengaku bahwa ia telah menetap di Australia selama tujuh tahun terakhir. Kedatangannya ke Bali adalah untuk berlibur.
“Pihak interpol dan konsulat India yang melakukan interogasi terhadap yang bersangkutan. Permohonan deportasi juga disampaikan oleh pihak konsulat,” kata Hery ketika dihubungi BeritaBenar, Rabu.
Menurutnya, Rajendra menolak menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar tindak kriminal yang dituduhkan kepadanya. Saat ini menurut Hery, Rajendra sedang menjalani tes kesehatan sebelum diserahkan ke pihak imigrasi.
Kepolisian Indonesia, jelas Hery, hanya melakukan pemeriksaan identitas dan tidak terlibat dalam proses interogasi. Namun dari informasi yang didapat Polri, Rajendra disangkakan terlibat dalam pembunuhan berantai dan tindak kriminal lainnya, saat ia menjadi salah satu pemimpin mafia.
Letusan diperkirakan berlanjut
Hery mengatakan pesawat khusus dari India yang akan mengangkut warga India itu terpaksa kembali ke India karena pada hari Rabu Bandara Ngurah Rai masih ditutup.
“Sejauh ini kita masih berencana menerbangkan yang bersangkutan lewat Bandara Ngurah Rai, tidak ada rencana membawa (Rajendra) lewat jalan darat dan menerbangkan dari kota lain. Kita tetap menunggu konfirmasi dibukanya kembali bandara,” ujar Hery, ketika ditanya apakah ada rencana lain jika penutupan bandara berkelanjutan.
Sementara itu Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan letusan Gunung Barujari – anak Gunung Rinjani – masih berlanjut. Pada hari Rabu, gunung itu kembali meletus pada pukul 02.45 WITA. Menurut juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho, pada pagi hari letusan tercatat mencapai ketinggian 1,500 meter dari kawah Barujari.
Namun dia mengatakan sejauh ini belum diperlukan upaya evakuasi terhadap sekitar 65.000 warga yang tinggal di wilayah Rinjani.
“BNPB meminta mereka para warga untuk tidak melakukan aktivitas pada jarak kurang dari tiga kilometer dari sumber letusan.” ujar Sutopo.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam pernyataan tertulisnya mengatakan status Rinjani saat ini masih Waspada (Level 2). Dilihat dari aktivitas gempa yang mencapai 3-25 milimeter, diperkirakan masih ada potensi letusan susulan.
Sebaran abu vulkanik dari Gunung Barujari ini mengarah ke Barat menuju Pulau Jawa dan telah mengganggu operasional tiga pelabuhan udara, bandar udara Ngurah Rai di Bali, Selaparang di Pulau Lombok dan Blimbingsari di Banyuwangi.
Kepala Pusat Komunikasi publik Kementerian Perhubungan, JA Barata mengakui adanya penumpukan penumpang terutama di Ngurah Rai, salah satu pelabuhan udara tersibuk di Indonesia.
“Ngurah Rai sampai saat ini masih ditutup hingga pukul 07.45 WIB besok (Kamis). Kepada para penumpang telah kami berikan penjelasan,” ujarnya, ketika dikonfirmasi BeritaBenar.