Gubernur Minta Warga Dayak Waspadai 'Radikalisme'

Severianus Endi
2016.04.08
Pontianak
160408_ID_Dayak_1000.jpg Tiga warga mengenakan pakaian khas Dayak Kalimantan Barat dengan aksesoris tengkorak kera dan taring babi pada rapat koordinasi nasional MADN di Pontianak, 7 April 2016.
Severianus Endi/BeritaBenar

Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga adalah Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, menyerukan para pemangku adat Dayak untuk aktif mewaspadai paham radikalisme masuk ke desa-desa di Pulau Kalimantan.

"Jangan sampai terlena. Siapa tahu bibit gerakan radikal masuk ke kampung, tanpa disadari tiba-tiba sudah berjumlah ribuan orang," tegasnya dalam rapat koordinasi nasional MADN di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis 7 April 2016.

Ia juga mengatakan, “Pengurus adat harus aktif mengawasi pendatang yang tidak jelas, tentu tetap harus berkoordinasi dengan orotitas yang berwewenang di bidang keamanan.”

Cornelis tidak menyebutkan secara langsung siapa yang dimaksud dengan pembawa bibit radikalisme tersebut.

Awal Januari 2016, kelompok Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) yang dibubarkan pada 2015 membangun pemukiman mereka di Mempawah, Kalimantan Barat. Pada 19 Januari, ribuan orang menyerang dan membakar perkampungan kelompok tersebut sehingga para pengikutnya yang datang dari berbagai daerah di Indonesia terpaksa dievakuasi keluar Kalimantan.

Kelompok Gafatar sendiri menyebut organizasi mereka bukan organisasi radikal, juga bukan organisasi keagamaan, melainkan organisasi sosial dengan anggota dari berbagai keyakinan.

Setelah sempat tertunda sejak terpilih sebagai Presiden MADN, September 2015, baru Kamis, Cornelis melantik 350 pengurus lengkap organisasi itu.

Acara itu dihadiri ribuan orang, termasuk utusan komunitas Dayak dari Malaysia dan Brunei. Selain itu juga hadir organisasi etnis yang ada di Kalimantan, seperti Majelis Adat Budaya Melayu, Jawa, Batak, Madura, dan Tionghoa.

‘Hapus stigma rawan konflik etnis’

Anggota Departemen Hubungan Antar Lembaga dan Luar Negeri MADN, Numsuan Madsun, mengatakan, ke depan organisasi itu akan terus meningkatkan komunikasi dengan berbagai lembaga etnis yang ada di daerah tersebut.

"Melalui komunikasi baik, selain menghapus stigma sebagai wilayah rawan konflik etnis, kita bisa bersama menanggulangi kemungkinan tumbuhnya aliran radikal yang menyusup ke berbagai lini," kata Numsuan kepada BeritaBenar.

Di antara yang menjadi target pendampingan adalah kaum muda Dayak, baik pekerja atau mahasiswa di perkotaan maupun pemuda yang tinggal di pedalaman.

Anggota Departemen Pemberdayaan Kaum Muda MADN, Maskendari, mengatakan, faham radikal bisa saja menyasar kalangan muda karena mereka masih labil.

"Pendampingan terhadap organisasi kaum muda menjadi kebutuhan mendesak. Jika mereka tidak diperkuat kapasitasnya, bisa saja menjadi mudah terpengaruh oleh hal-hal baru yang radikal," ujarnya.

Kontribusi terhadap warga

Sejauh mana MADN telah berkontribusi bagi masyarakat Dayak selama ini? Mantan Presiden MADN, Agustin Teras Narang, mengatakan, capaian organisasi ini tidak bisa diukur seperti lembaga pemerintah. Sebab, MADN sebagai majelis, selalu bergerak dan berada bersama masyarakat Dayak.

“Selama ini MADN terus berjuang sebab masih banyak masyarakat Dayak yang perlu mendapatkan sentuhan di bidang pendidikan, kesehatan maupun hak-hak adatnya,” katanya.

Ia menambahkan bahwa hak-hak adat itu di antaranya berupa hak ulayat atas tanah, yang kini sering memunculkan konflik akibat makin maraknya pertumbuhan industri perkebunan di Kalimantan.

Jangan hanya jadi penonton

MADN sudah berdiri sejak 10 tahun lalu. Keanggotaannya adalah semua masyarakat Dayak di lima provinsi yakni Kalimantan Barat, Tengah, Timur, Selatan, dan Utara. Organisasi ini telah menjalin hubungan dengan komunitas Dayak di Malaysia dan Brunei Darussalam.

"Masyarakat Dayak tersebar di tiga negara. Selain Indonesia, ada di Malaysia dan Brunei. Kekompakan yang kita bangun sangat berpotensi mendorong keterlibatan orang Dayak untuk ambil bagian dalam setiap perubahan,” ujar Gubernur Cornelis.

“Jangan hanya menjadi penonton, jadilah tuan di tanah sendiri," tambah Cornelis, yang juga Gubernur Kalimantan Barat.

Pernyataan yang sama disampaikan juga oleh Teras, “Tentu saja kita tidak mau masyarakat Adat Dayak jadi terbelakang. Kita mau mereka menjadi pelaku perubahan.”

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.