Layanan Ojek Berbasis Aplikasi, Digemari dan Ditentang

Zahara Tiba
2015.09.25
Jakarta
150925_ID_GOJEK_620.jpg Seorang pengendara ojek tengah menerima pesanan penumpang lewat aplikasi telepon genggam di Jakarta.
BeritaBenar

Masyarakat ibukota Jakarta saat ini tengah demam layanan ojek berbasis aplikasi telepon genggam. Layanan ojek berbasis aplikasi tidak hanya mempermudah pelanggan menembus kemacetan ibukota, tapi juga dinilai mampu mengangkat martabat tukang ojek yang selama ini dianggap sebagai profesi rendahan di kalangan masyarakat.

Banyak tukang ojek konvensional yang berbondong-bondong pindah dan mendaftar jadi pengemudi ojek berbasis aplikasi. Para calon pengemudi hanya butuh mendaftar ke perusahaan penyedia layanan ojek berbasis aplikasi tersebut, yang saat ini dikuasai oleh dua operator besar, Go-Jek dan Grabbike.

Hingga pertengahan tahun ini saja, pelayanan Go-Jek yang diluncurkan tahun 2011 mengklaim memiliki 15.000 pengemudi yang tersebar di empat wilayah yakni Bandung, Surabaya, Bali serta Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan Grabbike mengaku telah memiliki belasan ribu mitra pengemudi di Jakarta saja. Jumlah ini diyakini akan berkembang, apalagi baru-baru ini perusahaan induk GrabTaxi di Malaysia menerima kucuran dana sebesar Rp 4,2 triliun dari investor.

Untuk bergabung dengan dua perusahaan ini, pengemudi hanya perlu mempersiapkan dokumen yang dibutuhkan. Setelah itu mereka menjalani serangkaian tes, terutama tata tertib berlalu lintas. Jika lulus, mereka akan mendapatkan dua buah helm untuk pengemudi dan untuk pelanggan, jaket, telepon genggam serta masker penutup hidung bagi pelanggan.

Pengemudi merasa mendapat keuntungan

M. Haerullah adalah bapak empat anak yang sudah menjadi tukang ojek sejak 1980an. Selama sekitar tiga dekade menjadi tukang ojek, Haerullah mengaku mendapatkan keuntungan lebih dengan bergabung bersama Grabbike.

“Biasanya saya dapat sekitar 2-3 jutaan sebulan selama menjadi tukang ojek konvensional. Sekarang bisa lebih. Bisa dua kali lipat, karena orderan juga lebih banyak,” ujar pria berusia 49 tahun itu kepada BeritaBenar.

Haerullah tidak lagi perlu menanti penumpang di pangkalan ojek di daerah Kebun Sirih, Jakarta, sepanjang hari. Dia kini hanya menunggu pesanan dari pelanggan lewat telepon genggamnya. Jika berkenan mengantar pelanggan, Haerullah menjawab pesanan. Jika tidak, dia bisa menolaknya.

“Sekarang saya bisa ada waktu makan siang bareng istri di rumah. Kalau sempat malah istirahat dulu. Kalau lagi rajin, bisa seharian. Dan pastinya pendapatan lebih banyak,” ujar Haerullah.

Lain halnya dengan Ujang Sahroni (52). Dia bergabung bersama Grabbike karena visanya untuk kembali bekerja di sebuah jaringan hotel internasional di Oman belum juga keluar. Pria yang sebelumnya bekerja sebagai butcher atau pemotong daging di Oman itu memutuskan beralih profesi sebagai tukang ojek bulan Agustus lalu.

“Tukang ojek di mata masyarakat itu biasanya dipandang rendah. Saya tidak pernah berpikir untuk jadi tukang ojek,” tutur Ujang kepada BeritaBenar.

Meski memang tidak sebesar penghasilan yang didapatnya selama bekerja di Oman, dia mengaku penghasilan yang didapatnya amat lumayan.

“Belum sampai sebulan sudah dapat Rp 4,7 juta. Saya bersyukur bisa dapat segitu,” kata Ujang yang tetap berharap bisa kembali bekerja di Oman.

Pelanggan mengaku puas

Jessica Sihotang (26) adalah salah satu penggemar layanan ojek berbasis aplikasi ini. Dia mengatakan selain karena proses pemesanan yang mudah, juga karena aman.

Helpful sekali layanan ini, apalagi buat kelas pekerja menengah. Maunya naik angkutan umum, tapi ribet, karena harus berganti-ganti. Kalau Go-Jek/Grabbike kan langsung antar jemput ke tempat yang dituju, tapi tetap murah dan aman. Pengemudinya terdaftar, resmi, identitasnya bisa diketahui,” katanya kepada BeritaBenar.

Kepuasan pelanggan seperti Jessica bertambah ketika para operator belakangan ini tengah memanjakan para pelanggannya lewat promo-promo yang diberikan. Mereka hanya perlu membayar sejumlah biaya berkisar Rp 5000 hingga Rp 10.000 saja untuk tujuan kemanapun di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Pengemudi tidak perlu khawatir rugi, karena sisa biaya yang telah dikalkulasi akan ditanggung operator dan ditransfer ke rekening bank masing-masing pengemudi dalam waktu tertentu. Perjanjian mengatur pengemudi berhak 80 persen dari total harga, sementara 20 persen dikantongi perusahaan.

Tak selamanya manis

Meski dicintai masyarakat, layanan ojek berbasis aplikasi ini juga mendapat tantangan, terutama dari tukang-tukang ojek pangkalan. Beberapa kasus intimidasi tukang ojek pangkalan terhadap para tukang ojek berbasis aplikasi ini dilaporkan telah terjadi di beberapa daerah di Jakarta.

Para tukang ojek konvensional yang merasa terancam bahkan tidak segan menyatakan penolakannya. Di daerah Kalibata, Jakarta Timur, misalnya, mereka memasang spanduk besar yang menyatakan penolakan kehadiran pesaingnya di sekitar kawasan tersebut.

Tak kehilangan akal, biasanya para tukang ojek berbasis aplikasi ini menyiasatinya dengan meminta penumpangnya bertemu di tempat yang jauh dari pangkalan ojek.

“Saya minta penumpang untuk berjalan sedikit menjauh dari pangkalan ojek yang kelihatannya tidak ramah dengan kami,” ujar seorang pengemudi Grabbike lainnya.

Tantangan juga datang dari pemerintah. Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyatakan layanan ojek berbasis aplikasi ilegal karena sepeda motor bukan alat transportasi umum, seperti yang tercantum di Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Padahal selama ini para tukang ojek konvensional bebas beroperasi.

Meski demikian, Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, yang akrab dipanggil Ahok, menyatakan dukungannya agar layanan ojek berbasis aplikasi bisa dijadikan alat transportasi publik karena dinilai dapat membantu mengatasi masalah kemacetan ibukota.

“Semoga suatu hari nanti, (layanan) ini bisa resmi,” tutup Jessica.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.