Gempa Magnitudo 6,2, Puluhan Tewas, Ratusan Luka-luka di Sulawesi Barat

BMKG imbau masyarakat waspada akan gempa susulan mengingat wilayah Mamuju dan Majene berada di wilayah rawan gempa.
Keisha Aprilia dan Tia Asmara
2021.01.15
Mamuju Tengah dan Jakarta
Gempa Magnitudo 6,2, Puluhan Tewas, Ratusan Luka-luka di Sulawesi Barat Petugas SAR berusaha mengeluarkan korban dari reruntuhan bangunan di sebuah lokasi di Mamuju, Sulawesi Barat, setelah gempa berkekuatan magnitude 6,2 menggoncang wilayah tersebut pada 15 Januari 2021.
Basarnas

Puluhan orang tewas dan lebih dari ratusan terluka setelah gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang Sulawesi Barat pada Jumat dini hari (15/1), menyebabkan banyaknya rumah ambruk dan warga terjebak dalam reruntuhan.

Hingga Jumat malam, setidaknya 42 orang dilaporkan meninggal dan 600 lainnya luka-luka, di Mamuju dan Majene, dua kabupaten yang paling terdampak oleh gempa tersebut. Sementara itu lebih dari 15.000 warga di Kabupaten Mamuju mengungsi setelah gempa yang menghancurkan rumah warga dan bangunan serta menyebabkan banyak korban yang masih terperangkap dalam reruntuhan, ujar Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Raditya Jati di Jakarta.  

“Gempa membuat masyarakat panik dan berhamburan ke luar dari rumah mencari tempat yang aman. Sampai saat ini banyak dari mereka yang masih berada di luar rumah untuk mengantisipasi gempa susulan,” kata Raditya.

Korban meninggal terdiri dari 34 di Mamuju dan delapan Majene, ujar Raditya dalam pernyataan tertulis.

Gempa dirasakan kuat selama sekitar tujuh detik, pada pukul 02:28 WITA waktu setempat.  Pusat gempa berada di darat, enam kilometer timur laut kota Majene, Sulawesi Barat pada kedalaman 10 km. dan tidak berpotensi memicu tsunami.

Dua korban tewas berhasil dikeluarkan dari reruntuhan bangunan di Jalan Abdul Wahab, Mamuju, kata Fatmawati, petugas dari Badan SAR Nasional (Basarnas) Palu.

“Proses evakuasi memakan waktu kurang lebih dua jam. Korban kemudian dievakuasi dalam keadaan meninggal dunia pada pukul 19.18 WITA,” kata Fatmawati kepada BenarNews.

Dalam salah satu video yang dirilis Basarnas, seorang anak bernama Angel terjebak di bawah reruntuhan bangunan di Jl KS Tubun III, Mamuju, bersama seorang kerabatnya.

Dalam posisi telentang dan terhimpit, ia meminta tolong petugas dan warga sambil merintih kesakitan.

“Siapa disebelahmu? Masih bernapas dia?” tanya petugas.

“Katherine, tadi masih bernapas tapi susah ini,” jawabnya.

Warga mencoba mengeluarkan mereka dengan alat seadanya, tapi tidak berhasil.

“Material lainnya belum bisa diangkat karena kekurangan alat berat,” seorang warga terdengar berbicara di video.

Hingga berita ini diturunkan belum diketahui nasib kedua anak tersebut.

Sementara itu dalam video lainnya, RS Mitra Manakarra di Mamuju terlihat hancur rata dengan tanah. Warga yang menolong mengatakan masih ada enam orang tertimbun di dalamnya, namun belum bisa dikeluarkan.

“Dua suster, dua pasien dan satu anggota keluarga pasien,” ujar seorang warga.

Seorang warga Mamuju, Zulkifli Pahessa (50) mengatakan gempa yang terjadi dini hari tadi sangat mengagetkan karena terjadi sangat keras dengan durasi cukup panjang.

“Sangat menyentak dan sangat keras sekali. Tubuh saya terbanting naik turun, tidak bergoyang namun seperti dihentakkan naik turun,” ujar kepada BenarNews.

Saat itu ia belum tidur karena harus menyelesaikan tugas di depan komputer. “Lampu langsung mati saat gempa besar terjadi saya hanya bisa berlindung di bawah kusen pintu karena sudah tidak bisa berdiri lagi, sangat sulit,” jelasnya.

Warga Mamuju lainnya, Muhammad Nino, mengatakan selain hujan, listrik juga masih padam di ibu kota Sulbar itu.

“Untuk jaringan telekomunikasi sudah membaik, tapi kadang putus-putus. Begitu juga internet,” aku Nino lewat telepon.

Menurutnya, masyarakat banyak mengungsi ke tempat tinggi menyusul ada informasi yang beredar bahwa akan ada gempa bumi susulan yang lebih besar.

“Orang-orang takut. Saya saja sudah suruh anggota keluarga untuk mengungsi ke perbukitan karena takut gempa lagi dan tsunami,” tandas Nino.

Sekitar 300 rumah rusak atau rata dengan tanah, dan puluhan gedung-gedung termasuk kantor gubernur, Hotel Maleo, dan pusat perbelanjaan rusak parah, kata Raditya.

Masyarakat mengungsi ke 10 tempat pengungsian di berbagai desa di Majene, sedangkan di Kabupaten Mamuju terdapat lima titik pengungsian yang berada di Kecamatan Mamuju dan  Simboro, ujarnya.

Sehari sebelumnya, gempa berkekuatan 5,9 SR juga mengguncang daerah yang sama dan merusak beberapa rumah, namun dilaporkan tidak ada korban jiwa.  

Beberapa kebutuhan pokok yang dibutuhkan antara lain selimut, matras, tenda, obat-obatan, alat komunikasi, alat berat atau excavator, makanan jadi, dan makanan bayi.

Petugas SAR mencari korban di reruntuhan bangunan akibat gempa berkekuatan magnitude 6,2 di Mamuju, Sulawesi Barat, 15 Januari 2021. [Basarnas]
Petugas SAR mencari korban di reruntuhan bangunan akibat gempa berkekuatan magnitude 6,2 di Mamuju, Sulawesi Barat, 15 Januari 2021. [Basarnas]

Potensi gempa susulan

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan adanya potensi gempa dengan kekuatan sama seperti hari ini atau bahkan lebih besar mengingat Majene merupakan salah satu daerah rawan gempa.

Ia mengimbau masyarakat untuk waspada jika ada gempa susulan, karena adanya potensi tsunami yang terjadi jika gempa terjadi di laut atau bibir pantai mengingat resiko longsor batuan dan daratan ke arah lautan.

“Apabila gempa susulan pusatnya terjadi di daerah pantai atau laut maka kami imbau masyarakat tidak hanya harus menjauhi bangunan tapi juga bagi yang berada di dekat pantai untuk segera mencari daerah yang lebih tinggi,” tegasnya.

“Jangan menunggu peringatan tsunami karena jika pusat gempa di laut atau pantai, tsunami yang terjadi akan lebih cepat. Estimasinya tsunami bisa terjadi dalam waktu satu - dua menit dari waktu gempa,” tambahnya.

Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nuraini Rahma Hanifa, mengatakan kerusakan yang terjadi di kota Mamuju lebih besar antara lain karena daerah itu terletak di utara teluk Makassar dan jenis batuan di wilayah pesisir seringkali menyebabkan goncangan yang sangat kuat.

Menurutnya, kota Mamuju dan Majene berada di antara dua sesar yang sangat aktif sehingga menyebabkan sering terjadi gempa yaitu sesar Selat Makassar (Makassar Strait thrust) dan sesar naik Mamuju (Mamuju thrust).

Diduga kuat, pemicu gempa adalah sesar naik Mamuju dengan mekanisme pergerakan naik.

“Goncangan lebih besar karena kesolidan tanahnya berbeda. Mamuju terletak di sesar naik Selat Makassar sehingga dampak pasti lebih besar karena berada di sesar tersebut,” ujar dia.

Faktor kedua adalah gempa yang terjadi termasuk gempa kerak dangkal dengan kedalaman 10 km sehingga goncangan lebih destruktif.

“Ditambah lagi, kontruksi bangunan tidak bagus dan tidak dibangun berdasarkan kode bangunan yang berlaku sehingga dengan skala magnitude 6,2 sudah hancur. Hal itu mirip seperti gempa di Yogyakarta,” ujar dia.

Pada 1969, ujar dia, Majene juga pernah di landa gempa dengan magnitudo 6,9.

“Di wilayah tersebut masih menyimpan sumber energi gempa dengan magnitudo 7 sehingga ada peringatan potensi gempa susulan dengan skala lebih besar, namun kapan waktunya tidak ada yang tahu, bisa besok, bisa tiga bulan lagi, atau 10 tahun lagi,” ujar dia

“Jadi gempa susulan tergantung apakah gempa sebelumnya adalah pre-earthquake atau sudah mencapai gempai puncaknya. Untuk Mamuju gempa puncak bisa terjadi dalam magnitudo 7, dan ini belum keluar semua energinya,” ujar dia.

Petugas SAR mencari korban di reruntuhan bangunan di sebuah likasi di Mamuju, Sulawesi Barat, 15 Januari 2021. [Basarnas]
Petugas SAR mencari korban di reruntuhan bangunan di sebuah likasi di Mamuju, Sulawesi Barat, 15 Januari 2021. [Basarnas]

Tanggap darurat

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan dia telah memerintahkan lembaga terkait untuk bertindak cepat melakukan langkah-langkah tanggap darurat.

“Tadi pagi saya juga bertelepon kepada Gubernur Sulawesi Barat dan saya juga telah memerintahkan kepada Kepala BNPB, kepada Menteri Sosial, kepada Kepala Basarnas, dan Panglima TNI dan Kapolri beserta jajarannya, untuk segera melakukan langkah-langkah tanggap darurat, mencari dan menemukan korban, serta melakukan perawatan kepada korban yang luka-luka,” jelasnya.

Ia mengucapkan belasungkawa atas korban meninggal dunia akibat gempa bumi.

“Saya minta masyarakat untuk tetap tenang dan mengikuti petunjuk yang disampaikan petugas di lapangan,” ujar dia.

Kepala Basarnas, Marsdya TNI (Purn) Bagus Puruhito mengatakan pihaknya telah memerintahkan SAR Mamuju untuk segera melakukan operasi penyelamatan dan evakuasi para korban gempa.

“Kami telah menurunkan tim SAR Mamuju telah melakukan operasi SAR di berbagai lokasi yang terdampak bencana. Mereka mengevakuasi korban yang masih terjebak di bawah retuntuhan bangunan," ujar dia.

Ia menambahkan pihaknya sudah menambahkan tim SAR bantuan dari berbagai kota untuk diperbantukan di daerah lokasi bencana lewat darat, laut dan udara, termasuk dari Makassar.

“Sementara, dari Jakarta ada satu tim pusat dikirim dengan pesawat Hercules, yang membawa perlengkapan khusus untuk mendeteksi korban terutama pada bangunan yang runtuh,” tambahnya.

 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.