500 Orang Masih Terjebak di Gunung Rinjani Usai Gempa
2018.07.30
Denpasar
Sehari usai gempa berkekuatan 6,4 Skala Richter mengguncang Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu, 29 Juli 2018, lebih dari 500 orang masih terjebak di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) karena jalur keluar tertimbun longsor.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) jumlah pendaki yang terjebak mencapai 689 orang, terdiri dari 500 orang yang terjebak di jalur Sembalun - pintu utama menuju Gunung Rinjani, 40 orang di kawasan Batu Ceper, dan 149 orang pendaki yang belum berhasil turun sejak terjadinya gempa tersebut. BNPB menyebutkan 829 pendaki yang terdaftar masuk pada 27-28 Juli 2018 tetapi telah turun 680 orang setelah terjadi gempa.
Walaupun demikian BNPB mengakui bahwa banyak data berbeda mengenai jumlah orang yang masih terjebak pasca gempa yang mengakibatkan 16 orang meninggal, 355 luka-luka, dan setidaknya 5.141 warga mengungsi.
“Jumlah pendaki Gunung Rinjani (yang terjebak) tidak dapat dipastikan,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Hingga Senin siang, para pengunjung yang terjebak berada di Danau Segara Anak, lokasi populer untuk istirahat sebelum atau setelah naik ke puncak gunung setinggi 3.726 mdpl itu. Mereka tidak bisa keluar karena tebing-tebing yang mengelilingi danau runtuh dan menutupi jalan.
Menurut data TNGR, saat gempa, jumlah pengunjung di Kabupaten Lombok Utara, NTB, berjumlah 820 orang, dengan rincian mereka yang masuk 27 Juli 2018 sebanyak 448 orang dan esok harinya 372 orang.
Kepala Seksi Pengelolaan Wilayah II TNGR, Rio Wibawanto, mengatakan pada Senin siang pengunjung yang sedang dievakuasi sebanyak 400 orang. Mereka sedang bergerak ke arah Pintu Sembalun ditemani tim evakuasi.
“Pintu Senaru tidak bisa digunakan untuk keluar karena terkena longsoran,” kata Rio saat dihubungi melalui telepon dari Denpasar.
Senaru adalah pintu kedua setelah Sembalun untuk menuju Gunung Rinjani. Per harinya terdapat 300 – 400 orang pengunjung melalui jalur Sembalun, sedangkan pintu masuk Senaru rata-rata kurang dari 50 orang.
Tim gabungan
Untuk menyelamatkan para pengungsi, Tim Gabungan Evakuasi berangkat pada Senin pagi. Tim sebanyak 184 orang itu terdiri dari staf TNGR, TNI dan Polri, Basarnas, TNGR, tenaga medis, dan relawan.
Tim Gabungan Evakuasi berangkat melalui jalur Sembalun untuk melakukan evakuasi dan membawa logistik bagi wisatawan yang masih berada di kawasan Gunung Rinjani. Untuk mempermudah pengiriman logistik, Tim Gabungan Evakuasi juga menggunakan helikopter.
Terus berlanjut
Hingga Senin siang, gempa susulan di Lombok dan Sumbawa masih terus terjadi.
Berdasarkan siaran pers BNPB, gempa bumi besar Minggu pukul 06:47 WITA terjadi di kedalaman 10 km akibat aktivitas Sesar Naik Flores dan dipicu deformasi dengan mekanisme pergerakan naik.
Setelah itu, gempa susulan terus terjadi. Hingga 30 Juli 2018, gempa bumi susulan terjadi sampai 276 kali. Kedalamannya berkisar antara 5-10 km.
Masih terjadinya gempa susulan itu terasa pula hingga Mataram, ibu kota NTB. Rudi Furqon, seorang warga mengatakan merasakan gempa setidaknya sampai 140 kali sejak Minggu.
Hal lain yang membuatnya resah adalah banyaknya informasi salah (hoax) yang beredar.
“Banyak gosip tidak benar tentang gempa yang diposting dan justru membuat makin resah,” katanya.
Dukungan pemerintah
Untuk membantu para korban yang terdampak, pemerintah daerah dan pusat telah melakukan sejumlah tindakan.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengabarkan telah meninjau posko pengungsi korban gempa di Desa Madayin, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur.
“Saya datang untuk memastikan penanganan dampak gempa dilaksanakan dengan cepat dan baik,” kata Jokowi melalui akun Twitternya.
Menteri Sosial Idrus Marham melakukan hal serupa dengan mengunjungi pengungsi di dua lokasi yaitu di Sambelia dan Sembalun.
Menurut Idrus, pemerintah segera melakukan tiga hal. Pertama, mengerahkan Tagana dan relawan sosial lain untuk melakukan evakuasi dan asesmen.
Kedua, menyalurkan bantuan dan pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan) dan penanganan khusus bagi kelompok rentan.
Ketiga, melakukan advokasi sosial dan layanan dukungan psikososial.
Kemensos juga telah menyalurkan bantuan berupa paket lauk pauk, tenda gulung, matras, paket selimut, family kit, dan food ware.
Bantuan itu berasal dari stok penyangga Dinas Sosial NTB dan Dinas Sosial Lombok Timur.
“Bantuan berikutnya segera disalurkan bertahap sambil menunggu proses asesmen berjalan. Nanti dari hasil asesmen tersebut kita akan ketahui kebutuhan mendesak pengungsi dan warga terdampak,” katanya.