Penembakan di Area Freeport, Satu Pekerja Asing Tewas
2020.03.30
Jakarta

Kelompok separatis Papua melakukan penembakan di kawasan pertambangan milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Senin (30/3) siang, menewaskan seorang pekerja dari Selandia Baru dan melukai dua pegawai lainnya, kata Kepolisian Daerah Papua.
Juru bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama, menyatakan insiden ini terjadi di area perkantoran dan perumahan perusahaan di Kuala Kencana, Kabupaten Mimika. Seluruh pekerja telah dievakuasi dari wilayah dekat lokasi kejadian.
“Pada hari Senin, tanggal 30 Maret 2020, pukul 13.50 WIT bertempat di Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, telah terjadi penembakan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata terhadap tiga orang karyawan PT Freeport Indonesia,” sebut juru bicara Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal.
“Satu korban meninggal dunia dan dua orang mengalami luka-luka,” tambahnya.
Polda mengatakan warga Selandia Baru yang tewas bernama Graeme Thomas Wall, laki-laki berusia 57 tahun asal Selandia Baru.
Sementara dua korban luka adalah Jibril MA Bahar, laki-laki berusia 49 tahun, pekerja PT Kuala Pelabuhan Indonesia dan Ucok Simanungkalit, laki-laki berusia 52 tahun, pekerja konstruksi untuk Freeport, demikian pernyataan Polda.
Jibril mengalami luka tembak di bagian perut dan paha kanannya, sementara Ucok menderita luka tembak pada siku kanan dan punggung belakang, kata Kamal. Kedua korban luka saat ini tengah menjalani perawatan intensif di RS Tembagapura, Mimika.
“Kami sangat berduka atas kehilangan satu orang rekan karyawan yang meninggal dalam kejadian penembakan di area perkantoran PT Freeport Indonesia, di Kuala Kencana,” kata Riza Pratama kepada BenarNews, seraya mengungkapkan belasungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan.
Wall diketahui berprofesi sebagai konsultan konstruksi di pertambangan emas dengan cadangan terbesar kedua di dunia tersebut.
Riza mengatakan pasukan keamanan pemerintah serta pihak keamanan perusahaan telah mengamankan lokasi kejadian serta melakukan evakuasi terhadap seluruh karyawan berikut keluarga dari kantor dan kawasan yang berada di Kuala Kencana hingga situasi dinyatakan aman.
“Prioritas utama kami adalah memastikan keselamatan para karyawan dan keluarga semua aman,” tukas Riza.
Selama konflik bersenjata terjadi sejak akhir Februari lalu di wilayah Mimika, satu orang polisi, satu orang tentara dan empat pemberontak dilaporkan tewas. Sementara, ribuan warga setempat dilaporkan mengungsi ke Timika.
Separatis klaim bertanggung jawab
Hendrik Wamang, komandan kelompok separatis Operasi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), mengatakan kelompoknya bertanggung jawab atas penembakan di area perkantoran Freeport itu.
“Tadi jam 2 siang, TPNPB melakukan penembakan di Kuala Kencana. Kami lakukan sesuai dengan perintah operasi TPNPB,”sebut pernyataan terbuka TPNPB.
“Lebih baik Freeport tutup dan hentikan semua aktivitas pertambangan di wilayah Timika. Kami tidakakan diam. Kami akan terus melakukan perlawanan dengan cara kami,” tukas Hendrik.
Kepala Kepolisian Papua Irjen Paulus Waterpauw dalam laporan AntaraNews menyebut pelaku penembakan terhadap karyawan Freeport diduga kuat dilakukan oleh kelompok separatis pimpinan Joni Botak.
“Berdasarkan laporan yang diterima, pelaku penembakan di Kuala Kencana yang merupakan operasional PT Freeport dilakukan KKB pimpinan Joni Botak yang selama ini beroperasi di sekitar Kali Kopi,” kata Paulus.
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) adalah istilah untuk kelompok separatis yang kerap digunakan oleh pemerintah.
“Saat ini tim gabungan sedang melakukan pengejaran terhadap kelompok tersebut,” sambungnya.
Benny Wanda: ‘Berhati-hati pada klaim pemerintah’
Namun pada hari yang sama, Benny Wanda pimpinan kelompok separatis lainnya; Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat atau United Liberation Movement for West Papua (ULMWP), mengeluarkan pernyataan tentang serangan atas karyawan Freeport tersebut.
“TPNPB diduga bertanggung jawab. ULMWP mendesak media internasional untuk memperlakukan klaim tentang penembakan itu dengan sangat hati-hati,” kata Benny Wenda, yang mendapatkan suaka politik di Inggris, dalam sebuah pernyataan.
"Ada sejarah panjang militer Indonesia melakukan pembunuhan, menyamar sebagai orang Papua Barat, untuk melakukan pembenaran atas keberlanjutan militerisasi, kesepakatan keamanan, dan penumpasan," tambahnya, "sejak pembentukannya, ULMWP selalu menganjurkan pendekatan damai untuk konflik politik, dan kami tidak akan membiarkan Negara Indonesia menggunakan insiden ini sebagai alasan lain untuk mendelegitimasi dan mengkriminalisasi kami."
Karantina wilayah
Pengamat Politik Universitas Cenderawasih, Marinus Yaung, meminta aparat keamanan tetap melakukan operasi intelijen untuk mendeteksi pergerakan kelompok bersenjata meski saat ini di Papua tengah diterapkan kebijakan karantina wilayah untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Sebab menurutnya pasukan kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) sudah bersiaga di sejumlah titik di Puncak Grasberg, Tembagapura hingga pelabuhan kapal Portsite di Timika.
“Jadi meskipun Papua saat ini sedang dalam situasi karantina wilayah, pasukan keamanan Indonesia harus tetap waspada dan terus lakukan operasi intelijen untuk mendeteksi gerakan kelompok bersenjata,” kata Marinus melalui pesan singkatnya.
Mulai Kamis (27/3) hingga 19 April 2020, Pemerintah Provinsi Papua menutup akses lalu lintas manusia melalui udara, laut, dan darat ke provinsi paling timur tersebut demi memutus rantai penyebaran virus corona.