Dunia Kecam Bom Bunuh Diri Kampung Melayu
2017.05.25
Jakarta
Para pemimpin dunia bergabung dengan Presiden Indonesia pada hari Kamis, 25 Mei 2017, mengutuk aksi bom bunuh diri dengan menggunakan bom panci di dekat terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada malam sebelumnya, yang menewaskan dua pelakunya dan tiga petugas polisi serta melukai 10 orang.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, namun pejabat menunjuk adanya kemungkinan kaitan dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
“Itu sudah keterlaluan. Tukang ojek menjadi korban, sopir angkot menjadi korban, penjual lapak kelontong menjadi korban. Polisi menjadi korban,” kata Presiden Joko "Jokowi" Widodo kepada wartawan di Solo, Jawa Tengah, Kamis pagi.
“Saya sudah perintahkan Kapolri untuk mengusut tuntas jaringan-jaringan pelaku yang melakukan. Saya perintahkan untuk mengejar sampai ke akar-akarnya,” tambahnya, seraya menyerukan semua pihak untuk tetap tenang dan menjaga persatuan.
Di Malaysia, Perdana Menteri Najib Razak memposting pesan dukungan di laman Facebook –nya
"Warga Malaysia berdiri bersama rakyat Indonesia saat ini," katanya, “terjadi segera setelah pemboman Manchester (Inggris) yang mengerikan, kemarahan baru ini menunjukkan bahwa terorisme tidak memiliki batas dan tidak mengenal ras atau agama. Doa dan bela sungkawa saya sampaikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat korban kejadian ini.”
Najib mengatakan Indonesia akan menjadi lebih kuat.
"Bahkan saat para teroris mencoba mengintimidasi kita, kita tidak boleh takut pada mereka. Setiap kekejaman harus mengeraskan tekad kita. Sekarang lebih dari sebelumnya adalah waktu untuk bersatu, bahkan saat ekstremisme kekerasan berusaha untuk memecah-belah kita," katanya.
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan bahwa dia menelpon Jokowi dan mengatakan akan memperkuat dukungan negaranya terhadap Indonesia.
Pengguna Twitter juga mengutuk serangan tersebut dengan menggunakan tanda pagar (tagar) #KamiTidakTakut dan #PrayForJakarta. Kedua tagar tersebut berada di tempat teratas trending topic pada hari Rabu.
Menyusul serangan yang diklaim ISIS pada tahun 2016 di Jakarta yang menewaskan delapan orang, termasuk empat pelakunya, pengguna media sosial mengadopsi tagar serupa untuk menunjukkan perlawanan terhadap terorisme dan solidaritas kepada para korban.
Barang bukti
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen. Pol. Setyo Wasisto, menyatakan polisi menemukan sejumlah barang bukti termasuk ransel, lempengan alumunium, gotri, dan material diduga bahan rakitan bom, yang ditemukan di lokasi kejadian.
Polisi juga menemukan struk pembelian panci dari sebuah mini market di saku celana salah satu mayat pelaku yang melancarkan aksinya, Rabu sekitar pukul 21:00 WIB.
Mengenai identitas pelaku, polisi belum memberikan keterangan rinci, selain hanya mengidentifikasi mereka berinsial AS dan INS, yang diyakini tinggal di Jawa Barat.
Setyo mengatakan, pihaknya masih mengumpulkan bukti-bukti terkait jaringan pelaku. Tim laboratorium forensik dan Rumah Sakit Polri Keramat Jati juga masih melakukan tes DNA terhadap potongan-potongan tubuh kedua pelaku.
“Pelaku sampai sekarang masih dalam penyelidikan. Mohon bersabar, nanti kalau sudah diketahui akan kita rilis,” ujar Setyo dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Kamis.
Densus 88, detasemen khusus polisi anti terorisme, telah melakukan penyelidikan di rumah pelaku hari Kamis, demikan media melaporkan.
“Hasil barang bukti yang ditemukan ada beberapa kesamaan dengan kasus yang terjadi di Bandung, beberapa waktu lalu,” kata Setyo.
Kasus Bandung yang dimaksud merujuk pada ledakan bom panci di Taman Pandawa, Bandung, 27 Februari lalu. Tidak ada korban jiwa dalam insiden itu, kecuali pelakunya Yayat Cahyadi (42). Yayat seorang anggota kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok militan yang berafiliasi dengan ISIS, tewas ditembak polisi ketika bersembunyi di kantor kelurahan dekat taman tersebut, seusai meledakkan bom panci itu.
Malaysia mengaitkan dengan anggota ISIS Malaysia
Di Malaysia, wakil perdana menteri negara Jiran tersebut mengaitkan serangan di Kampung Melayu itu dengan kematian seorang perekrut ISIS asal Malaysia, Muhammad Wanndy Bin Mohamed Jedi yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak di Suriah.
"Berdasarkan temuan unit intelijen, serangan teror baru-baru ini di Thailand selatan, Mindanao, dan Jakarta terkait satu sama lain," kata Wakil Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi kepada wartawan, "pembunuhan Muhammad Wanndy, yang merupakan salah satu koordinator Katibah Nusantara, terkait dengan serangan bom di wilayah-wilayah ini."
Pejabat dan analis di negara lain tidak sependapat dengan Zahid.
Di Thailand di mana ledakan bom pipa di sebuah rumah sakit melukai 21 orang pada hari Senin, Kepala Kepolisian di Negara Gajah Putih itu, Jenderal Chakthip Chaijinda, mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak memiliki informasi intelijen yang menghubungkan serangan tersebut dengan ISIS.
"Jika ISIS bertanggung jawab atas serangan di rumah sakit yang dikelola militer tersebut, kelompok teroris tersebut akan secara terbuka mengklaim serangan tersebut, seperti apa yang dilakukan kelompok teroris itu sebelumnya di negara lain," katanya kepada wartawan.
Sidney Jones, direktur Institute for Policy Analysis of Conflict di Jakarta, juga mempertanyakan pernyataan Zahid tentang kaitannya dengan Wanndy.
"Sepertinya tidak mungkin, terutama karena tidak ada pertimbangan bahwa kelompok Bandung yang bertanggung jawab atas serangan di Jakarta itu memiliki kaitan dengan Wanndy. Juga tidak ada yang menyatakan dari kelompok Maute bahwa kematian Wanndy adalah faktornya."
Namun Jones juga mengatakan bahwa serangan di Jakarta kemungkinan dilakukan oleh kelompok pro-ISIS, seperti dikutip di Reuters.
Zachary Abuza, peneliti yang berbasis di Amerika mengenai kelompok pemberontak di Asia Tenggara, juga mempertanyakan komentar Zahid.
"Ya, sel ISIS mungkin ingin melakukan pembalasan setelah tewasnya pemimpin senior mereka seperti Muhammad Wanndy. Tapi sama sekali tidak ada bukti bahwa ada kaitan antara pemboman Big C di Pattani, atau kekerasan terkait pemberontakan lainnya," kata Abuza dalam email kepada BeritaBenar.
"Pemboman terjadi di Indonesia ketika mereka siap untuk melakukannya, terutama mengingat catatan Densus 88 belakangan ini yang berhasil melumpuhkan sel-sel (teroris)," katanya, "ini kebetulan. Saya rasa sangat tidak mungkin ini ada koordinasi."
Analisi melihat kaitan dengan JAD
Peneliti terorisme yang juga Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian, Taufik Andrie, menilai dari jenis bom yang digunakan dapat dikatakan bahwa kelompok yang melakukan serangan mengarah kepada ISIS.
Apalagi bom yang digunakan sama persis dengan teror di Bandung dan penggerebekan jaringan teroris di Bekasi dan Tangerang, akhir tahun lalu. Dalam penangkapan beberapa terduga teroris di Bekasi, polisi juga mengamankan seorang perempuan, Dian Yulia Novi, yang disiapkan sebagai pelaku bom bunuh diri dengan panci.
“Tampaknya kali ini berhasil eksperimennya. Dugaan sementara mengarah ke kelompok JAD,” kata Taufik kepada BeritaBenar.
Tapi, pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Aceh, Al Chaidar mengatakan, sejak sepekan terakhir ada seruan ISIS untuk melakukan serangan serentak di sejumlah negara, termasuk Asia Tenggara.
“Ya, polisi kita bisa dibilang kecolongan karena seruan ini telah ada sejak satu minggu di media sosial,” katanya kepada BeritaBenar.
Bagi Al Chaidar, sasaran polisi bukan hal baru. Sebab polisi merupakan musuh mereka yang nyata.
“Apalagi setelah banyak anggota dan rekan mereka yang ditangkap dan tewas dalam pengerebekan polisi,” imbuhnya.
Al Chaidar juga yakin aksi itu dilakukan JAD. Hal itu terlihat dari pola serangan dan juga material bom yang digunakan.
“Bom panci sangat identik sekali dengan pola serangan ISIS dan tentu JAD yang paling kuat saat ini di Indonesia,” katanya.
Kusumasari Ayuningtyas di Solo, Jawa Tengah, turut berkontribusi dalam artikel ini.