Pemerintah Selidiki Kasus WNI yang Diperiksa Positif COVID Setiba di Luar Negeri
2020.11.20
Jakarta
Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Jumat (20/11), mengatakan pihaknya saat ini masih melakukan pemantauan kepada 17 warga negara Indonesia (WNI) yang dinyatakan positif COVID-19 saat tiba di Jepang pada pekan lalu, walaupun dinyatakan tidak terjangkit virus corona saat diberangkatkan dari Indonesia.
Sejumlah warga yang berangkat melakukan umrah ke Arab Saudi dan mengantongi surat sehat ketika diberangkan dari Indonesia juga diketahui menderita COVID-19 setibanya di negara tujuan.
Direktur Perlindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, mengatakan belasan orang Indonesia yang menjadi peserta program magang di salah satu perusahaan di Jepang itu saat ini masih menjalani isolasi di fasilitas karantina setempat.
“Saat ini kondisi mereka sehat dan tanpa gejala. Jika kondisi tanpa gejala ini tetap terjaga, maka tanggal 22 November mereka dapat keluar karantina,” kata Judha ketika dikonfirmasi melalui pesan singkat, Jumat.
Awal pekan ini, kantor berita Jepang, NHK, melaporkan sebanyak 17 warga Indonesia yang tiba di Bandara Kansai, Osaka, dinyatakan positif setelah dilakukan tes antigen.
Padahal, mereka yang seluruhnya perempuan berusia 20-an tahun itu telah mengantongi surat pernyataan negatif COVID-19 yang didapatkan tiga hari sebelum melakukan penerbangan langsung dari Bandara Soekarno-Hatta ke Jepang.
Kantor Karantina Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan akan menyelidiki detail penularan serta memastikan keaslian surat keterangan negatif bagi siapa saja yang masuk ke Jepang untuk memastikan agar kasus serupa tidak terulang lagi, menurut NHK.
Menag akui lalai
Selain di Jepang, 13 warga Indonesia yang hendak melakukan ibadah umrah juga dinyatakan positif terinfeksi COVID-19 saat tiba di Arab Saudi. Dalam rapat dengan Komisi VIII DPR RI, pada Rabu (18/11), Menteri Agama Fachrul Razi mengakui kelalaian dalam pengawasan calon jemaah sebelum berangkat ke Tanah Suci.
“Jemaah berangkat umrah tanpa ada karantina terlebih dahulu, namun langsung berkumpul pada hari keberangkatan di Bandara Soekarno-Hatta,” kata Fachrul.
“Tapi yang jelas, gelombang pertama dan gelombang kedua, kita harus akui, kita kecolongan ya,” tambahnya.
Kementerian Agama menjelaskan, pada keberangkatan umrah gelombang pertama tanggal 1 November, sebanyak 8 orang dinyatakan positif COVID-19. Kemudian gelombang kedua pada 3 November, ditemukan 5 orang positif.
Setelah terjadi jeda pengiriman jamaah haji selama beberapa bulan akibat pandemi COVID-19, pemerintah Arab Saudi mulai mengizinkan warga Indonesia melakukan umrah pada 1 November 2020, dengan syarat para calon yang akan berangkat harus menunjukkan surat hasil tes usap atau PCR negatif yang berlaku tiga hari sebelum keberangkatan.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Soekarno-Hatta, Tangerang, Anas Ma’ruf, memastikan pihaknya telah meningkatkan pengawasan penerapan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 di bandara.
Pihaknya juga telah menambah personel yang bertugas di tiap terminal untuk memvalidasi dokumen atau surat keterangan sehat hasil tes deteksi COVID-19 calon penumpang. “Kita tegas, kalau ketahuan palsu calon penumpang tidak bisa berangkat,” kata Anas kepada BenarNews.
Hingga saat ini, Kementerian Agama telah memberangkatkan tiga gelombang jemaah umrah dengan rombongan terakhir dinyatakan aman dari infeksi COVID-19. Rombongan berikutnya dijadwalkan berangkat pada 22 November 2020.