Banjir Terjang Jabodetabek, 2 Tewas, Ribuan Mengungsi
2017.02.21
Jakarta
Dua remaja tewas dan ribuan warga terpaksa harus mengungsi akibat banjir menerjang kawasan Jakarta, Bekasi di Jawa Barat, dan Tangerang di Banten menyusul hujan deras yang mengguyur dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyatakan kedua warga meninggal dunia ditemukan di Kota Bekasi, Selasa, 21 Februari 2017. Sebelumnya, korban dilaporkan hanyut ketika sedang bermain.
Identitas kedua korban tewas adalah Hengki Permana (15), warga Jatibening Baru dan Muhammad Rizky (16), warga Kelurahan Pejuang.
Selain itu, ungkap Sutopo, sedikitnya 400 warga Bekasi terpaksa harus mengungsi akibat banjir yang merendam ribuan rumah di 24 kelurahan di kota tersebut. Para pengungsi tersebar di Pondok Gede, Bekasi Barat, dan Bekas Timur.
“Evakuasi dan penanganan darurat banjir masih dilakukan berbagai pihak. Bantuan dari pemerintah, pemda, dunia usaha, relawan, NGO dan masyarakat terus berdatangan,” kata Sutopo dalam siaran pers yang diterima BeritaBenar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Husein Murad menyatakan jumlah warga ibukota yang mengungsi akibat banjir mencapai 1.748 jiwa di Jakarta Utara, Jakarta Timur, dan Jakarta Selatan.
"Total ada 16 kecamatan, 22 kelurahan dan 69 RW yang terdampak banjir," katanya kepada wartawan.
Seorang korban banjir, Asriyono (42) mengatakan hampir tiap tahun daerah rumahnya di Cipinang Melayu RW03 dilanda banjir. Banjir paling parah terjadi sejak Selasa pagi, saat ketinggian air mencapai 1,5 meter.
“Naiknya cepat sekali tadi subuh, semua barang saya mengambang, biasanya tiap tahun tidak sampai setinggi ini, paling sedengkul lalu cepat surut,” ujarnya kepada BeritaBenar.
Dia menduga banjir kali ini karena Kali Sunter dinormalisasi dan banyak pembangunan proyek jalan tol di pinggir Kalimalang yang tidak memperhatikan resapan air.
Saat ini, ia dan keluarga mengungsi ke rumah kerabatnya di area lebih tinggi dan aman dari banjir.
400 laporan
Sutopo menyatakan BNPB mencatat setidaknya terdapat 400 laporan dari masyarakat mengenai banjir dengan ketinggian antara 10 – 150 cm.
“Banjir lebih disebabkan karena drainase perkotaan tidak mampu menampung aliran permukaan. Selain itu disebabkan luapan dari sungai yang naik Siaga 1 dan 2 sehingga aliran permukaan dari drainase tidak dapat dialirkan ke sungai,” ujarnya.
BNPB mencatat setidaknya terdapat 54 titik banjir dan genangan yaitu di Jakarta Selatan (11 titik), Jakarta Timur (29 titik) dan Jakarta Utara (14 titik).
Menurut Sutopo, banjir yang mengepung Jakarta, Bekasi, dan Tangerang menunjukkan bahwa wilayah Jabodetabek masih rentan terhadap banjir karena dampak perubahan penggunaan lahan yang begitu pesat di wilayah Jabodetabek sehingga hampir 80 persen hujan jatuh berubah menjadi aliran permukaan.
“Kapasitas drainase dan sungai jauh lebih kecil dari debit aliran permukaan. Akibatnya banjir dan genangan terjadi dimana-mana,” paparnya.
Selain itu, ujar Sutopo, ruang terbuka hijau dan resapan air juga sangat minim, ditambah kapasitas sungai-sungai dan drainase perkotaan mengalirkan aliran permukaan terbatas.
“Okupasi bantaran sungai menjadi permukiman padat menyebabkan sungai sempit dan dangkal. Sungai yang harusnya lebar 30 meter, saat ini hanya sekitar 10 meter. Bahkan ada sungai yang 5 meter. Sudah pasti kondisi tersebut menyebabkan banjir,” katanya.
Sutopo menyebutkan, curah hujan tersebut masih jauh lebih kecil dibandingkan hujan yang menyebabkan banjir di Jakarta tahun 2007, 2013, dan 2014 yang saat itu mencapai 200 - 350 mm.
“Peluang hujan ekstrem saat ini makin sering terjadi. Artinya wilayah Jabodetabek juga makin tinggi risikonya terjadi banjir jika tidak dilakukan upaya pengendalian banjir yang komprehensif dan berkelanjutan,” jelasnya.
Waspada
Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yunus S. Suwarinoto mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati khususnya ketika beraktivitas di luar rumah mengingat sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam puncak musim hujan.
“Peningkatan intensitas curah hujan masih terjadi. Diperkirakan hujan ringan hingga sedang bertahan di wilayah Jabodetabek. Peluang hujan ekstrem saat ini makin sering terjadi,” katanya kepada BeritaBenar.
Dari pantauan data satelit maupun radar sebaran hujan relatif cukup merata di sekitar Jabodetabek, munculnya aktivitas awan Cumulonimbus menyebabkan hujan lebat yang disertai kilat dan petir pada Selasa dini hari.
“Hujan lebat pagi ini disebabkan adanya area konvergensi atau pertemuan angin tepat di sekitar Jakarta khususnya bagian utara, sehingga pertumbuhan awan hujan menjadi sangat kuat yang ditandai dengan banyaknya awan Cumulonimbus,” pungkasnya.