Korban banjir di Sumatra Barat terus meningkat, puluhan tewas
2024.05.13
Padang, Sumatra Barat
Korban tewas akibat banjir bandang yang dipicu oleh hujan lebat dan semburan lumpur vulkanik Gunung Marapi di Provinsi Sumatra Barat telah meningkat menjadi 47 orang dan 14 lainnya masih hilang, kata Kantor Badan Pencarian dan Pertolongan (SAR) Padang pada Senin (13/5).
Menurut kantor SAR, lahar dingin dari Gunung Marapi, yang telah aktif selama beberapa minggu, menyapu beberapa kabupaten di provinsi itu pada Sabtu malam.
“Upaya pencarian masih terus kita lakukan, karena masih ada yang belum ditemukan,” kata Kepala Kantor SAR Padang, Abdul Malik kepada BenarNews.
Banjir bandang dan banjir lahar dingin yang datang secara tiba-tiba, membuat trauma mendalam bagi warga yang tinggal di daerah terdampak.
“Mengerikan sekali. Malam itu seperti mau kiamat saja. Air datang tiba-tiba, langsung besar seperti gelombang laut,” kata Muklis, salah seorang warga di Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam.
Banjir bandang setidaknya melumpuhkan tiga daerah di Sumatra Barat, yaitu Kabupaten Agam, Tanah Datar dan Kota Padang Panjang.
“Rumah saya jadi hancur begini. Kayu-kayu besar datang dibawa air. Tak tahu harus bagaimana sekarang,” cerita Iit Sulastri, warga Jorong Pagu-pagu, Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, Kabupaten Tanah Datar kepada BenarNews.
“Tapi saya masih bersyukur, masih hidup. Untung kami segera lari waktu air besar itu datang.”
Beberapa tetangga Iit bukan hanya kehilangan rumah, tapi juga sanak keluarga yang hilang akibat dihanyutkan banjir bandang.
Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah mengakui musibah banjir bandang yang melanda tiga daerah di provinsi itu pada Sabtu malam itu telah mengakibatkan banyak korban meninggal dan luka-luka.
Dia menyampaikan ucapan bela sungkawa kepada seluruh keluarga korban yang terdampak bencana.
"Atas nama pribadi dan Pemerintah Daerah, kami menyampaikan duka cita mendalam kepada keluarga para korban. Semoga, korban meninggal mendapat terbaik di sisi Allah dan yang masih dalam perawatan bisa segera pulih," katanya.
Mahyeldi mengatakan duka ini bukan hanya duka keluarga para korban tapi juga merupakan segenap masyarakat Sumatra Barat.
Dia berharap musibah yang silih berganti melanda provinsi itu bisa segera berakhir dan dampak fisik yang ditimbulkan bisa segera mendapat solusi.
Bahaya susulan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan warga Sumatra Barat untuk waspada, karena potensi bahaya susulan yang masih berpeluang terjadi di sekitar wilayah Gunung Marapi.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa prediksi banjir susulan karena masih ada potensi hujan ekstrem selama satu pekan ke depan.
Selain itu, kata dia, selama satu bulan terakhir juga terjadi 35 kali gempa dengan kekuatan di bawah 3 magnitudo.
Gempa dimaksud tidak terasa bagi manusia, namun memicu pergerakan material tanah dan batuan. Material itu bisa longsor saat hujan lebat terjadi, kata Dwikorita.
“Kami imbau masyarakat yang berada di zona merah atau bantaran sungai yang berhulu di Gunung Marapi untuk tidak berada di lokasi itu.
Sebab zona itu merupakan lokasi luapan sungai atau justru dilewati banjir lahar dingin,” kata Dwikorita usai membahas penanganan darurat banjir bandang lahar dingin bersama Gubernur Sumbar Mahyeldi di Padang, Senin.
“Apalagi di saat malam hari, saat banjir turun masyarakat sedang tidur dan tidak sadar akan menjadi korban,” kata dia.
Menurut Dwikorita, tidak hanya wilayah sekitar Gunung Marapi, masyarakat yang tinggal atau melintas di wilayah perbukitan juga harus waspada, sebab perbukitan di Sumatra Barat cenderung rapuh.
Status tanggap darurat
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Senin mengumumkan status tanggap darurat bencana banjir lahar dingin dan tanah longsor di Sumatera Barat dan diberlakukan selama dua minggu ke depan.
“Semua sepakat dari BNPB, kepala pemerintah daerah, TNI/Polri menetapkannya berlaku dari saat ini hingga dua pekan ke depan atau 14 hari,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dilansir Antara, Senin.
Indonesia menempati peringkat kedua, di bawah Filipina, sebagai negara paling berisiko tinggi terhadap bencana menurut data World Risk Report 2022 yang diumumkan pada 2023.
Poin World Risk Index (WRI) Indonesia mencapai 43,50 dari 100 poin, yang menposisikannya sebagai salah satu negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia. Skor ini memperlihatkan bahwa penanganan bencana di Indonesia masih belum optimal dan harus ditingkatkan.