Banjir Bandang Terjang Sulawesi Selatan, 9 Tewas

Keisyah Aprilia
2019.01.23
Jakarta
ID-Flood-1000.jpg Para relawan mengevakuasi warga yang terdampak banjir di Komplek Bung, Makassar, Sulawesi Selatan, 23 Januari 2019.
Yusuf Wahil/BeritaBenar

Sedikitnya sembilan orang tewas, tujuh lainnya hilang, dan lebih dari 3.300 warga harus mengungsi akibat banjir bandang yang melanda sembilan kabupaten di Sulawesi Selatan menyusul hujan deras mengguyur provinsi itu sejak Selasa, 22 Januari 2019.

Kabag Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Devo Khadaffi dalam siaran pers yang diterima BeritaBenar menjelaskan, tujuh orang ditemukan meninggal dunia di Kabupaten Gowa dan dua lainnya di Kabupaten Jeneponto.

Sedangkan, korban hilang terdiri dari tiga orang di Gowa, tiga di Jeneponto dan seorang di Kabupaten Pangkep.

“Ini data sementara yang kami terima dari lapangan,” katanya seraya menambahkan otoritas terkait terus melakukan pendataan dan penanganan warga terdampak banjir.

Pemerintah Provinsi juga telah menerima data 1.423 rumah warga yang terendam, 32 rumah hanyut, empat tempat ibadah terendam, tujuh jembatan rusak, 4.750 meter jalan terendam, dan 8.629 hektar sawah rusak.

“Selain banjir, lima rumah tertimbun longsor di Gowa yakni Kecamatan Bungaya dan Kecamatan Tinggi Moncong,” jelas Devo.

“Gowa dan beberapa daerah lainnya cukup parah dampaknya. Warga yang terdampak dan harus mengungsi sudah mencapai 3.312 orang dan kemungkinan bisa bertambah.”

Devo menyebutkan bahwa di Makassar, sekitar 300 rumah terendam banjir sehingga 1.000-an jiwa orang telah mengungsi ke tempat yang aman.

Seorang warga Perumnas Antang, Kelurahan Antang, Kecamatan Manggala, Makassar, menyatakan bahwa mereka tak bisa berbuat apa-apa selain menyelamatkan diri ketika banjir tiba-tiba menerjang.

“Jangankan menyelamatkan barang berharga, menyelamatkan anggota keluarga sangat sulit dilakukan karena ketinggian air mencapai 1,5 meter,” tutur Antang Ismiyanti (27) kepada BeritaBenar.

“Sudah tidak dipikir mau menyelamatkan apa. Yang ada di pikiran hanya bagaimana bisa ke tempat tinggi biar tidak terbawa arus.

Menurut ibu dua anak yang bekerja sebagai penyanyi itu, banjir menerjang sekitar pukul 16.00 WIT Selasa setelah sebelumnya hujan deras mengguyur disertai angin kencang.

Ismiyanti mengaku berhasil menyelamatkan diri setelah naik ke lantai tiga rumahnya, lalu dievakuasi petugas ke tempat aman dengan menggunakan perahu karet.

“Saya baru selesai salat ashar, tiba-tiba air langsung masuk ke dalam rumah. Saya lihat makin deras dan tinggi, makanya saya naik ke lantai tiga rumah. Ternyata anak-anak dan keluarga lain sudah di atas semua. Alhamdulillah kami sekeluarga selamat,” imbuhnya.

M Ikhsan (36) warga lain di Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate mengaku, seingat dia baru kali ini banjir cukup parah melanda Kota Makassar.

“Biasa juga banjir tapi tidak separah ini,” katanya.

Menurut Ikhsan, warga menduga banjir terjadi karena arus deras dari Gowa setelah pintu air Bendungan Bili-Bili dibuka karena terjadi luapan.

“Di kawasan rumah saya, air sampai dua meter. Syukurlah semua selamat keluarga di sini,” tuturnya.

Ikhsan menambahkan bahwa hujan masih terus mengguyur Sulawesi Selatan, khususnya wilayah Makassar dan sekitarnya.

Seorang anak berusaha berenang dalam derasnya banjir di Makassar, Sulawesi Selatan, 23 Januari 2019. (Yusuf Wahil/BeritaBenar)
Seorang anak berusaha berenang dalam derasnya banjir di Makassar, Sulawesi Selatan, 23 Januari 2019. (Yusuf Wahil/BeritaBenar)
Seorang anak berusaha berenang dalam derasnya banjir di Makassar, Sulawesi Selatan, 23 Januari 2019. (Yusuf Wahil/BeritaBenar)

 

Pernyataan BNPB

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan, hujan berintensitas tinggi disertai angin kencang dan gelombang pasang telah menyebabkan sungai-sungai meluap sehingga menyebabkan banjir.

“Hujan yang masih berlangsung dan luasnya wilayah terkena banjir cukup menyulitkan dalam penanganan,” katanya dalam keterangan pers di Jakarta.

Menurutnya, intensitas curah hujan tergolong ekstrem sehingga permukaan tanah tidak mampu menampung semuanya dan sungai juga tidak mampu mengatuskan permukaan, akibatnya banjir.

Saat ini, debit dan volume Waduk Bili-Bili terus menurun. Hingga Rabu pukul 14.00 WIB, tinggi muka air Waduk Bili-Bili sudah mulai ada penurunan jadi 100,64 meter, volume waduk 277,55 juta meter kubik, dan inflow sekitar 927,77 meter kubik per detik.

“Meskipun masih dalam batas siaga namun kondisinya terus mengalami penurunan,” ungkap Sutopo.

Pemerintah dan warga diimbau terus meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir dan tanah longsor.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menyebarkan peringatan dini hujan lebat selama 23 – 30 Januari 2019, dimana sebagian besar wilayah Indonesia dalam puncak hujan hingga Februari 2019.

Sutopo menyatakan bahwa secara statistik dari data kejadian bencana selama 20 tahun terakhir menunjukkan selama bulan Januari dan Februari adalah puncak dari kejadian bencana hidrometeorologi yaitu banjir, longsor dan puting beliung.

“Polanya mengikuti dari pola curah hujan,” pungkasnya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.