Balikpapan Jadi Posko Bantuan Bencana Sulteng
2018.10.05
Balikpapan
Pangkalan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) Balikpapan, Kalimantan Timur, menjadi penyangga utama posko bantuan bagi korban bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Bandara Sepinggan menjadi pintu masuk bantuan baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri,” kata Komandan Pangkalan TNI AU Balikpapan, Kol. (P) Muhammad Mujib, Jumat, 5 Oktober 2018.
“Bantuan terus berdatangan. Kami akan mengkoordinir agar bantuan bisa tertata rapi.”
Hari itu terlihat enam pesawat angkut dari India, Singapura, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Inggris, yang membawa bantuan untuk para korban gempa dan tsunami yang telah menewaskan 1.658 orang di Sulteng, dan 683 orang lainnya dinyatakan masih hilang,demikian menurut Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto, Jumat.
Inggris membantu dengan menerbangkan dua pesawat militer penuh muatan bantuan yang nilainya mencapai Rp60 miliar. Negara itu juga mendatangkan pesawat ketiga yang bisa menjadi jembatan udara Balikpapan-Palu.
"Pesawat datang dari Bandara Halim Perdanakusuma, membawa bantuan berupa tenda, terpal dan peralatan kebersihan. Totalnya sekitar Rp60 miliar," jelas Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Moazzam Malik.
"Kami berupaya maksimal membantu Indonesia karena kami sadar dampak bencana ini sangat berat. Indonesia tidak sendiri."
Tak hanya bantuan masa tanggap darurat, Inggris juga siap dalam proses rehabilitasi dan rekontruksi, termasuk akan mendanai lembaga-lembaga kemanusiaan yang beraktivitas di Sulteng.
"Kami akan bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia, LSM-LSM internasional yang sudah memiliki mitra lokal agar daerah yang terdampak bencana bisa kembali pulih,” katanya.
Mabes TNI memantau kedatangan pesawat asing di Bandara Balikpapan. Seperti halnya Kamis, ketika pesawat angkut militer Singapura dan India lebih dulu tiba serta bongkar muatan bantuan di Balikpapan.
"Kamis kemarin juga telah diterbangkan bantuan berupa obat-obatan dari Singapura. Banyak bantuan yang datang ke Balikpapan dan belum terkirim ke Palu," tutur perwakilan dari Mabes TNI. Kolonel CKM dr. Nana Sarnadi.
Nana mengatakan, pesawat asing mulai berdatangan sejak dua hari lalu. Seperti India yang mengangkut obat-obatan dan personel paramedis militer.
"Paling banyak dari India dan sebagian bantuan sudah diterbangkan. Kalau dari Malaysia baru tiba juga," sebutnya.
Sementara itu Departmen Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan siap mengirim tiga pesawat angkut C-130 Hercules ke Indonesia untuk mendukung upaya USAID, lembaga bantuan AS, dalam pengiriman bantuan yang dibutuhkan di Sulteng.
Tinggalkan Palu
Posko Balikpapan juga mengurusi ratusan pengungsi yang terus berdatangan dari Palu.
BNPB mengatakan sedikitnya 70.000 orang harus mengungsi akibat bencana di Sulteng tersebut.
Pada Kamis, telah diterbangkan 503 warga pengungsi dari Palu dengan menumpang empat pesawat jenis Hercules 130 dan satu CN 295.
“Keinginan pengungsi sementara keluar dari Palu. Setelah tiba di Balikpapan, mereka bisa menumpang pesawat Hercules TNI AU atau pesawat komersil,” tutur Mujib.
TNI AU mengambil dua rute penerbangan pemulangan pengungsi tujuan Surabaya dan Jakarta.
Selain Balikpapan, warga Palu juga pergi ke Makassar, Sulawesi Selatan, sejak hari kedua seusai gempa berkekuatan 7,4 skala Richter yang disusul tsunami, Jumat lalu.
Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB dalam jumpa pers di Jakarta, membenarkan ribuan warga telah meninggalkan Palu.
"Masyarakat yang ingin keluar dari Palu sebagian besar warga pendatang dari Makassar, Jakarta, dan lain-lain," ujar juru bicara BNPB ini, yang ia sendiri tengah bergulat dengan penyakit kanker stadium IV yang dideritanya.
Seorang pengungsi, Alisya Sarah H (28), mengaku lega setibanya di Balikpapan setelah menumpang pesawat Polri. Selama lima hari pascabencana di Palu, dia was-was karena gempa susulan masih terjadi.
“Apalagi saya tinggal berdua saja dengan anak yang masih balita. Setiap kali ada gempa susulan, kami selalu ketakutan. Anak masih trauma tinggal di Palu,” tuturnya.
Meski hanya berbekal seadanya, Alisya nekat terbang ke Balikpapan bersama warga lain. Dari Balikpapan, dia hendak melanjutkan penerbangan ke Surabaya.
“Setelah tiba di Surabaya melanjutkan perjalanan darat ke Bali,” tutur perempuan yang sudah dua tahun bermukim di Palu.
Alisya tak memperdulikan harta benda yang masih tertinggal di Palu. Sementara ini, dia ingin menenangkan diri dengan tinggal bersama orang tuanya di Bali.
“Rumah di Palu hanya retak-retak, namun kami sudah tidak ingin tinggal di sana. Nanti kalau kondisi sudah tenang, saya pulang ke Palu,” imbuhnya.
Alisya mengaku beruntung bisa selamat dengan meloloskan diri dari bangunan sarana kebugaran yang bergetar hebat ketika gempa.
“Saya sedang olahraga di sarana kebugaran, mendadak gempa hebat. Gedung sebelah bahkan runtuh, namun gedung tempat saya tidak. Susah payah berusaha keluar gedung saat goncangan gempa,” katanya.
Kemudian, dia bersama putrinya memacu kencang sepeda motor ke daerah ketinggian yang relatif aman. Beberapa saat kemudian tsunami menghantam.
Menghilangkan trauma
Sebagian besar pengungsi Sulteng yang tiba di Balikpapan adalah perempuan dan anak-anak.
Untuk menghilangkan trauma anak-anak, Polda Kaltim berinisiatif menerjunkan 50 personil Subdirektorat Remaja, Anak dan Wanita.
“Kami ajak mereka bermain, bernyanyi dan bercanda, khususnya anak-anak. Ada dua dokter psikolog yang membantu pemulihan,” kata seorang perwakilan Polda Kaltim, Kompol Yolanda.
Dia mengungkapkan, anak-anak pengungsi sudah menunjukkan indikasi trauma. Mereka cenderung menutup diri serta menolak berinteraksi dengan orang asing.
“Setelah diberikan mainan dan bernyanyi anak-anak sedikit terbuka dan bisa melupakan traumanya,” papar Yolanda.