Jelang Asian Games, Polusi Semakin Mengkhawatirkan

Pelari marathon Indonesia mengaku hanya bisa pasrah dengan polusi udara.
Zahara Tiba
2018.08.09
Jakarta
180809_ID_Pollution_1000.jpg Seorang warga memarkir sepeda motor dekat papan penunjuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 9 Agustus 2018.
Afriadi Hikmal/BeritaBenar

Kurang dua minggu jelang perhelatan Asian Games 2018, polusi menjadi salah satu isu mengkhawatirkan bagi dua kota penyelenggara, Jakarta dan Palembang.

Di ibukota Jakarta, papan-papan indeks standar pencemaran udara (ISPU) yang terpasang di beberapa titik jalan utama dalam beberapa hari terakhir menunjukkan angka 160.

Sedangkan agar tidak berpengaruh buruk pada kesehatan, ISPU harus dibawah 100.

Menurut Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat, tingginya ISPU disebabkan peningkatan kadar enam jenis polutan yakni ozon, PM2.5 (partikel berukuran kurang dari 2,5 mikrometer di udara), PM10, karbon monoksida, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida.

Polutan ini kebanyakan diproduksi oleh gas buangan kendaraan bermotor yang memadati Jakarta.

Di Palembang, ancaman kebakaran lahan dan hutan masih mengintai. Kabut yang dihasilkan dikhawatirkan mengganggu para atlet yang bertanding di gelaran olahraga negara-negara se-Asia.

Manager Penanganan Bencana Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Mukri Friatna mengatakan kerja sama lintas sektor seharusnya dibangun dalam mengatasi polusi udara di kedua kota itu.

“Memang tidak cukup hanya gubernur, karena gubernur itu adalah perpanjangan tangan presiden. Untuk mengatasi, minimal mengurangi persoalan, agar sesuai standar baku mutu udara nasional,” ujar Mukri kepada BeritaBenar, Kamis, 9 Agustus 2018.

Meski masih minim, upaya Pemerintah DKI Jakarta dalam menerapkan sistem perluasan plat nomor kendaraan ganjil genap disambut baik Mukri.

“Sumber (pencemaran) dari gas buang, jadi lumayan efektif untuk membantu jelang Asian Games. Yang paling memungkinkan adalah mengefektivitaskan perluasan kebijakan ganjil-genap,” ujarnya.

Untuk di Palembang, Mukri mengatakan pemerintah memang harus melakukan peringatan keras.

“Terhadap semua pemilik kebun (yang sengaja membuka lahan dengan cara membakar) karena sumber utamanya lagi-lagi di mereka,” katanya.

Dia mengajak agar Asian Games bisa dijadikan momentum bagi pemerintah dan masyarakat untuk berupaya menekan laju pencemaran udara minimal di dua kota tersebut.

Rekomendasi

Ketua Koalisi Pejalan Kaki, Ahmad Syafrudin, mengatakan kualitas udara yang buruk akan memberatkan para atlet tampil maksimal di Asian Games pada 16 Agustus - 2 September mendatang.

“Seorang atlet membutuhkan kondisi udara yang lebih baik. Waktu berlatih dan bertanding, mereka memerlukan udara 10-20 kali lipat dibanding kondisi normal,” ujar pria yang akrab dipanggil Puput kepada BeritaBenar.

Menurut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal tersebut, pihaknya telah memberikan pemaparan ke pemerintah tentang ancaman kualitas udara saat Asian Games 2018.

Mereka juga memberikan lebih 15 butir rekomendasi ke pemerintah. Di antaranya adalah pemerintah dituntut melakukan uji emisi kendaraan bermotor dan konversi bahan bakar minyak ke gas.

“Uji emisi diterjemahkan keliru oleh Pemda DKI, karena dilakukan berdasarkan sukarela pemilik kendaraan. Pemda DKI berhak mengecek secara acak kendaraan untuk uji emisi. Kalau tak terpenuhi, mereka harus ditilang dan diproses di pengadilan dengan sanksi tertinggi,” ujarnya.

Moda transportasi yang sudah tak layak seperti Metro Mini dan Kopaja harus dihentikan serta truk-truk besar dilarang masuk ke dalam kota sejak pagi hingga malam hari.

“Langkah-langkah itu sebelumnya harus dilaksanakan tiga bulan sebelum Asian Games,” ujar Puput.

Rekomendasi lain adalah pelarangan pembakaran sampah dan penghentian konstruksi bangunan.

“Meski Pemprov DKI sudah mengatur pelarangan sampah, pada praktiknya masih terjadi. Ini harus dikontrol oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta,” tukasnya.

“Selambat-lambatnya sebulan sebelum Asian Games, konstruksi gedung harus dihentikan untuk mengurangi produksi partikel polutan.”

Menanggapi polusi udara itu, pelari marathon Indonesia yang akan berlaga di Asian Games nanti, Triyaningsih, mengaku hanya bisa pasrah dengan mengatakan membutuhkan waktu untuk penyesuaian sebelum berlaga.

“Memang udara tidak bagus. Dulu waktu di Olimpiade Beijing 2008 juga seperti itu. Menurut aku buat tantangan saja, apalagi semua atlet juga akan merasakan yang sama,” ujar peraih medali emas di ajang SEA Games 2011 lalu kepada BeritaBenar.

Tanggapan panitia

Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games (INASGOC) Erick Thohir mengatakan pihaknya mempercayakan kepada Pemerintah DKI Jakarta untuk menyelesaikan masalah polusi udara.

"Saya rasa memang tentu Pemerintah DKI Jakarta sekarang sedang mengutamakan pada tiga hal. Jadi, beri kesempatan mereka untuk perbaikan itu," katanya. Erick seperti dikutip kantor berita Antara beberapa waktu lalu.

"Keputusan-keputusan seperti soal udara, saya yakin Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pasti ada terobosan untuk itu.”

Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Isnawa Adi mengklaim penerapan kebijakan ganjil genap kendaraan mampu membantu mengurangi polusi udara di ibukota.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.