Polisi Tangkap Anggota Senior Jemaah Islamiyah

Walaupun telah menjadi organisasi terlarang, JI tetap lakukan strategi dirikan negara Islam di Indonesia.
Ronna Nirmala
2020.12.11
Jakarta
Polisi Tangkap Anggota Senior Jemaah Islamiyah Dalam foto tertanggal 22 Januari 2016 ini polisi bersiaga di depan monumen Bom Bali di Kuta, Bali, yang dibangun untuk mengenang korban aksi teror yang dilakukan oleh kelompok Jemaah Islamiyah pada tahun 2002 yang menyebabkan 202 korban tewas.
AFP

Kepolisian telah menangkap seorang tokoh senior organisasi terlarang, Jemaah Islamiyah (JI), yang memiliki peran penting dalam peralihan kepemimpinan setelah pemimpin sebelumnya dipenjara, sebut para peneliti terorisme pada Jumat (11/12). 

Siswanto alias Arif Siswanto (55), ditangkap dalam operasi Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 Polri pada 13 November di Jawa Tengah, sebut peneliti senior Pusat Kajian Radikalisme dan Deradikalisasi (PAKAR) Muhammad Taufiqurrohman kepada BenarNews. 

“Dia semacam pelaksana tugas pengganti Para Wijayanto, cuma karena belum dideklarasi secara formal, makanya belum bisa dikonfirmasi sebagai amir (pemimpin),” kata Taufiqurrohman melalui sambungan telepon. “Tapi memang dia juga salah satu tokoh senior di organisasi itu.”

Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones turut membenarkan kabar penangkapan Siswanto, namun dia mengatakan bahwa pria itu bukan pemimpin baru JI, kelompok yang terafiliasi dengan al-Qaeda. 

“Dia itu ketua panitia untuk memilih amir berikutnya. Dia senior (di JI), tapi setahu saya dia tidak terlibat (bom) Bali, tidak pernah terlibat dengan aksi kekerasan apapun,” kata Jones kepada BenarNews. 

Juru Bicara Kepolisian RI, Brigjen Awi Setiyono, tidak membantah adanya penangkapan tersebut namun meminta BenarNews untuk menunggu hingga kepolisian merilis pernyataan resmi. 

Situs berita resmi milik Polri, tribatanews.polri.go.id, melaporkan akhir bulan lalu tentang penangkapan Siswanto di Klaten, Jawa Tengah dan menyebut sosok itu sebagai kandidat amir JI.

Situs itu mengutip seorang tetangga yang mengatakan pekerjaan Siswanto adalah guru mengaji dan sudah tidak pernah terlihat oleh lingkungan rumahnya sejak tiga bulan sebelum penangkapan. 

Jones mengatakan Siswanto dikenal sebagai sosok senior JI yang memiliki ilmu agama tinggi, namun tidak diketahui pengalamannya di bidang militer. “Biasanya orang bisa menjadi amir hanya kalau dia punya dua jenis pengalaman, satu, agama dan dua, askari (militer).”

Usai Para divonis tujuh tahun penjara pada Juli 2020 karena terbukti membangkitkan kembali aktivitas organisasi terlarang itu, anggota JI masih belum mendeklarasikan pemimpin barunya. Kepemimpinan JI, sambung Jones, akan ditentukan melalui keputusan tim panitia yang terdiri dari tokoh-tokoh senior di organisasi, termasuk Siswanto. 

“Jadi para senior dikumpulkan dan memutuskan siapa yang akan meneruskan kepemimpinannya,” katanya. 

Akhir bulan lalu, kepolisian juga mengumumkan penangkapan sosok senior JI lainnya, Upik Lawanga alias TB, buronan selama 14 tahun yang dituduh keterlibatan dalam serangkaian aksi terorisme di Poso, Sulawesi Tengah. 

Menurut Polri, Upik merupakan aset yang sangat berharga bagi JI karena yang bersangkutan diyakini sebagai penerus perakit bom andal JI, Azahari Husin, sehingga posisinya kerap disembunyikan anggota lainnya. 

Azahari, berkewarganegaraan Malaysia, tewas meledakkan diri dalam penyergapan Densus di Kota Batu, Jawa Timur, pada November 2005.

Taufiqurrohman menyebut penangkapan Upik menjadi guncangan yang cukup keras bagi organisasi JI. 

“Secara kapasitas militer, itu cukup berpengaruh. Karena Upik punya keahlian membuat bom, terlibat dalam pembuatan bengkel senjata di Lampung juga bersama Para. Kalau (anggota) yang lain memang ada yang ahli karena belajar di Suriah, tapi belum setara lah dengan Upik,” katanya. 

Kendati demikian, Taufiqurrohman meyakini anggota JI tidak akan melakukan aksi balas dendam layaknya kelompok radikal seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD) atau Mujahidin Indonesia Timur (MIT), alih-alih mereka akan memilih bersembunyi untuk sementara waktu. 

“Pola pikir mereka adalah bagaimana caranya control the damage, mengatasi kerusakan organisasi. Yang penting organisasinya jangan sampai habis karena diserbu aparat,” ujarnya. 

Incar sumber pendanaan

Juga pada Jumat, Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono mengatakan Densus 88 akan mendalami lebih jauh modus pendanaan JI, yang salah satunya diduga diperoleh melalui kotak amal. 

“Densus 88 nanti akan kolaborasi dengan penyidik. Artinya bahwa yang ditemukan atau barang bukti yang ada di sana nanti kita kembangkan, kita evaluasi seperti apa sih modus-modus yang dilakukan karena banyak sekali modus yang digunakan,” kata Argo dalam telekonferensi. 

Sebelumnya Polri merilis informasi pendanaan kelompok JI yang di antaranya berasal dari badan usaha milik perorangan, iuran anggota, hingga penyalahgunaan fungsi dana lembaga amal. Dana tersebut, kata polisi, digunakan untuk memberangkatkan militan ke Suriah, menggaji pemimpin JI, dan membeli alat-alat. 

Kepada BenarNews, peneliti PAKAR Taufiqurrohman pada pertengahan November menyebut JI sebagai organisasi kaya yang dananya dihimpun dari iuran tetap para anggota sebesar 5-10 persen dari penghasilan per bulan, sumbangan sekitar 20 pondok pesantren JI, donatur, lembaga amal, hingga usaha gabungan para anggota. 

Usaha gabungan itu salah satunya perkebunan sawit, agen ekspedisi hingga kontraktor jasa pembersih. 

PAKAR memperkirakan JI menghabiskan anggaran sekitar Rp215 juta per tahun untuk mengelola sasana bela diri dan Rp2,4 miliar untuk memberangkatkan 62 anggotanya mendapatkan pelatihan militer ke Suriah sepanjang periode 2013-2018. 

Jones dari IPAC mengatakan kepolisian saat ini tengah mengincar anggota JI yang tidak sepenuhnya memiliki keterkaitan dengan jejak penyerangan atau aksi kekerasan. 

“Sampai sekarang ada puluhan yang ditangkap sejak Para Wijayanto, dengan tuduhan mereka ikut sebagai manajer di organisasi, walaupun tidak langsung terlibat aksi terorisme. Tapi donatur ditangkap, orang yang ikut dalam aksi ke Suriah ditangkap, ada yang menjadi manajer aset JI juga ditangkap,” kata Jones. 

Pada 18 November, Densus 88 menangkap seorang anggota JI berinisial AYR di kawasan Cibinong, Jawa Barat. Awi mengatakan AYR menjabat sebagai kepala Iqtishot Bithonah di JI. 

“Jabatan ini adalah salah satu sub-bidang dalam organisasi yang berisi kumpulan para pengusaha donatur atau sumber pendanaan organisasi,” kata Awi waktu itu. 

Sekitar sepekan sebelumnya, Densus 88 juga membekuk Ahmad Zaini, seorang petinggi JI di wilayah Lebak, Banten, yang terafiliasi dengan Para Wijayanto. 

Taufiqurrohman dari PAKAR mengatakan strategi yang dilakukan polisi untuk membekuk sumber pendanaan JI adalah langkah tepat lantaran sumber pendanaan untuk kelompok ini yang begitu kuat. 

“Sumber pendanaan mereka memang kuat sekali. Karena dari satu lembaga amal saja mereka bisa mengumpulkan sampai Rp2 miliar dalam satu tahun. Itu satu cabang saja, sementara cabangnya ada di mana-mana,” kata Taufiqurrohman. 

“Jadi kalau tidak dilumpuhkan sumber pendanaannya, akan berat untuk benar-benar menghabisi JI,” tambahnya. 

Jones menambahkan, di samping sumber pendanaan yang kuat, aktivitas penyebaran ideologi juga masih terus berlangsung oleh jaringan JI meski tokoh-tokoh seniornya saat ini tengah diincar aparat keamanan. 

Jones juga mengatakan, tujuan utama JI mengirim anggotanya ke Suriah tidak semata-mata untuk melakukan aksi kekerasan di Indonesia, tetapi mempersiapkan tentara nantinya. 

“Mereka pakai salah satu pesantren di Jawa Tengah sebagai tempat perekrutan, mereka terus pakai berbagai strategi yang tujuannya untuk mendirikan negara Islam,” kata Jones. “Dibandingkan seluruh organisasi radikal lain di Indonesia, hanya JI yang punya visi untuk 25 tahun ke depan.”

 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.