Jokowi Ajukan Andika Perkasa Jadi Calon Panglima TNI

Andika dilihat sebagai sosok yang berani mereformasi termasuk menghapus “tes keperawanan” calon Kowad.
Arie Firdaus
2021.11.03
Jakarta
Jokowi Ajukan Andika Perkasa Jadi Calon Panglima TNI Dalam gambar yang diambil dari video Markas Besar TNI Angkatan Darat ini terlihat Kepala Staf TNI AD Jenderal Andika Perkasa di kantornya di Jakarta, 29 Oktober 2021.
Mabes TNI AD

Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada Rabu (3/11) mengajukan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa sebagai calon Panglima TNI ke Dewan Perwakilan Rakyat.

Penunjukan Andika disambut baik oleh pengamat yang melihatnya sebagai sosok yang berani mereformasi praktik di TNI, termasuk menghapus “tes keperawanan” terhadap calon anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad), keputusan yang disambut positif berbagai pihak.

Andika diajukan sebagai calon tunggal panglima oleh pemerintah untuk menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yang memasuki masa pensiun pada 8 November mendatang, usai tepat berusia 58 tahun. 

Sesuai aturan, Andika selanjutnya bakal menjalani uji kepatutan dan kelayakan di Komisi I DPR. Namun Ketua DPR Puan Maharani mengatakan belum ada jadwal pengujian untuk Andika

"DPR akan memperhatikan berbagai aspek dan dimensi bahwa calon panglima yang diusulkan dapat menjalankan tugas dengan baik," kata Puan dalam keterangan pers di Kompleks Parlemen usai menerima surat keputusan presiden.

Menteri Sekretaris Negara Pratikno berharap DPR dapat menetapkan Panglima TNI baru sebelum masa bakti Hadi Tjahjanto berakhir.

"Kami berharap mendapatkan persetujuan secepatnya sehingga pemerintah bisa segera melantik Panglima TNI baru sebelum masa jabatan yang sekarang (Hadi) berakhir," ujar Pratikno.

Hanya akan memimpin selama 13 bulan?

Lahir di Bandung pada 21 Desember 1964, Andika akan berusia 57 tahun pada akhir 2021. Ia merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1987.

Jika merujuk undang-undang yang memuat pasal tentang batas usia prajurit, Andika hanya akan menjadi Panglima TNI selama sekitar 13 bulan sebelum memasuki usia pension yaitu 58 tahun.

Terkait masa tugas yang tergolong singkat, Pratikno tak mempermasalahkan dengan mengatakan bahwa Presiden Jokowi telah mempertimbangkannya secara matang.

Nama Andika banyak disebut pertengahan terakhir tahun ini saat ia memutuskan untuk menghapus "tes keperawanan" bagi calon prajurit perempuan Angkatan Darat. “Tes Keperawanan” adalah istilah yang digunakan dalam salah satu rangkaian tes kesehatan calon prajurit perempuan, berupa praktik memasukkan dua jari ke dalam vagina untuk menentukan apakah seseorang itu pernah berhubungan seksual. Tes tersebut selain dikecam merendahkan perempuan oleh aktivis hak asasi manusia, Badan Kesehatan PBB (WHO) menyebut tes tersebut tidak ilmiah.

Andika juga menjadi buah bibir tatkala membantu proses peralihan status kelamin salah seorang prajuritnya yakni Aprilio Perkasa Manganang yang terlahir dengan nama Aprilia Santini Manganang dengan status berjenis kelamin perempuan.

Aprilio didiagnosa mengalami hipospadia atau letak lubang kemih yang tidak normal pada laki-laki saat diperiksa di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD), sebelum dia beralih status sebagai laki-laki.

Peneliti Human Rights Watch Indonesia, Andreas Harsono menanggapi positif pengajuan Andika sebagai Panglima TNI. Menurut Andreas, Andika telah menunjukkan keberanian mereformasi Angkatan Darat dengan menghapus "tes keperawanan" yang diskriminatif serta tidak berlandaskan ilmu pengetahuan.

Namun saat ditanya perihal sejauh mana Andika bisa mereformasi keseluruhan wajah TNI, Andreas enggan berspekulasi.

"Tidak gampang karena TNI jauh lebih besar dari seorang Andika," ujar Andreas kepada BenarNews.

Penasihat Kantor Staf Presiden Andi Widjajanto mengatakan Jokowi memilih Andika karena lebih senior ketimbang dua kepala staf lain, Liputan6.com melaporkan.

Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono yang juga sempat digadang-gadang menjadi Panglima TNI, adalah lulusan 1988, pun, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.

"Andika adalah yang paling senior di antara para kepala staf," ujar Andi.

Peran mertua 

Mengutip pernyataan peneliti ISEAS-Yusof Ishak Institute, Made Supriatma, di laman Tirto.id pada 2018, karir moncer Andika tak bisa dilepaskan dari peran sang mertua, Abdullah Mahmud Hendropriyono.

Hendropriyono yang merupakan mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) adalah salah satu pensiunan jenderal yang mengusung Jokowi ke tampuk kekuasaan pada 2014.

Maka tak heran, terang Made kala itu, Andika bisa mengisi posisi Komandan Pasukan Pengaman Presiden (Danpaspamres), meski tidak memiliki banyak pengalaman operasi tempur. 

Andika bertugas sebagai Danpaspamres selama sekitar dua tahun, sampai akhirnya naik pangkat menjadi mayor jenderal saat ditunjuk menjadi Panglima Kodam Tanjungpura yang membawahi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Pada awal 2018, ia naik pangkat menjadi Komandan Kodiklat TNI AD berpangkat letnan jenderal. Jabatan itu hanya diemban Andika selama enam bulan, karena ia kemudian ditunjuk sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) pada Juli pada tahun yang sama.

Empat bulan menjadi Pangkostrad, karir Andika pun terus menanjak sampai akhirnya menyandang empat bintang di pundak kala ditunjuk menjadi KSAD pada November 2018. 

Dalam risetnya pada tahun 2019, Made menulis Andika adalah jenderal dengan karir ketentaraan yang paling impresif dalam periode ini.

“Karir militernya melesat seperti meteor ketika Jokowi berkuasa,” tulis Made, “di Indonesia diyakini secara luas bahwa hubungan pribadi seorang perwira dengan politisi yang kuat akan menentukan promosi ke pos strategis.”

Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi mengatakan, Andika memiliki sejumlah tugas berat andaikata betul-betul terpilih menjadi Panglima TNI.

Andika diminta mewaspadai kapal selam nuklir yang kini tengah dikembangkan Australia dalam kerangka AUKUS, pakta baru yang melibatkan Inggris, Australia dan Amerika Serikat.

Hal lain adalah peningkatan alat utama sistem senjata (alutsista) dan kualitas prajurit. Perihal yang disebut Fahmi, sudah pula diingatkan Presiden Jokowi dalam ulang tahun TNI beberapa waktu lalu.

"Serta, tak kalah penting menghentikan konflik antara prajurit TNI dan Polri yang masih kerap terjadi," pungkas Fahmi.

 

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.