Keluarga Keberatan Abu Bakar Ba'asyir Diisolasi
2016.04.15
Solo
Keluarga Abu Bakar Ba'asyir mengecam ditempatkannya terpidana terorisme itu dalam sel isolasi di bawah pengamanan ketat di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, sementara pihak Lapas mengatakan hal itu dilakukan karena dia narapidana berisiko tinggi.
“Perlakuan terhadap beliau sangat disayangkan oleh keluarga karena tak manusiawi dan telah menyandera hak-hak mendasar ayah kami,” ujar seorang putra Abu Bakar, Abdurrohim Ba'asyir, kepada BeritaBenar, Jumat, 15 April 2016.
Abu Bakar merupakan pemimpin spiritual kelompok radikal Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) yang dihukum 15 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada 2011 karena terbukti mendanai kamp pelatihan jaringan teroris di pegunungan Jalin, Jantho, Aceh Besar, tahun 2010.
Saat ini dia sedang menunggu keputusan Peninjauan Kembali (PK) dari Mahkamah Agung setelah persidangan yang menghadirkan beberapa saksi di PN Cilacap, Februari lalu.
Putra bungsu Abu Bakar menuturkan saat terakhir kali bertemu ayahnya, hari Rabu, 13 April lalu, ustadz berusia 80 tahun itu tampak dalam kondisi tertekan.
Selama diisolasi sejak sebulan lalu, tutur Abdurrohim, Abu Bakar sama sekali tidak diperbolehkan keluar dari sel tertutup berukuran 3x4 meter meski sekadar untuk shalat berjamaah ke masjid dalam komplek Lapas.
"Saat bertemu saya, hal pertama yang dikeluhkan Ayah adalah larangan beribadah shalat berjamaah. Beliau juga tidak boleh ikut shalat Jumat padahal itu wajib," kata Abdurrohim.
Dia menambahkan Abu Bakar juga dilarang bersilaturahmi dengan para narapidana lain. Dia juga tak diperkenankan keluar pagi hari untuk berjemur. Selain itu, kamera CCTV yang hidup 24 jam senantiasa memantau segala gerak-gerik Abu Bakar dalam selnya.
Klaim tersebut dibantah Kepala Lapas Pasir Putih Nusakambangan, Hendra Eka Putra, yang dikonfirmasi lewat telepon. Ia menyatakan Abu Bakar tetap melaksanakan shalat berjamaah dengan teman satu selnya. Dia juga menyebutkan bahwa Abu Bakar dikeluarkan dari sel isolasi dua kali seminggu kalau dibesuk keluarganya.
Ketika ditanya tak boleh keluar untuk berjemur, Hendra menjawab, ”Berangin-angin namanya, jam 8 sampai 11 siang dan jam 3 sampai 5 sore. (Tetapi) berangin-angin itu di dalam sel,” jelas Hendra yang menegaskan pengisolasian terhadap Abu Bakar didasari karena ia “narapidana berisiko tinggi.”
Pengisolasian terhadap ustadz yang juga diyakini sebagai pemimpin spiritual Jemaah Islamiyah -kelompok militan berjaringan dengan Al-Qaeda- yang berada di belakang Bom Bali 2002, dilaporkan sudah lama direncanakan, namun baru diterapkan setelah mendapat perintah langsung dari Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan.
Kirim surat keluhan
Atas pengisolasian dirinya, Abu Bakar meminta agar keluhannya disampaikan kepada pemerintah, yang ditindaklanjuti kuasa hukum dan keluarganya dengan membuat surat keberatan, 14 Maret lalu.
Surat itu dikirim kepada 12 instansi termasuk presiden, Menkopolhukam, Komnas HAM, DPR RI, Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah.
"Tapi belum ada tanggapan sampai sekarang," sesal Abdurrohim.
Kuasa hukum Abu Bakar, Ahmad Michdan mengatakan, pihaknya masih menunggu tindak lanjut dari DPR terkait surat keberatan atas isolasi kliennya.
"Kita hanya bisa menunggu," ujar Michdan.
Suasana Pondok Pesantren Al Mukmin di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, 15 April 2016. (Kusumasari Ayuningtyas/BeritaBenar)
Diisukan meninggal dunia
Sempat beredar kabar Abu Bakar meninggal dunia, 14 April 2016. Isu itu menyebar di jaringan komunikasi para ulama yang mengajar pada Pondok Pesantren Al-Mukmin di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, dimana salah seorang pendirinya adalah Abu Bakar.
Isu itu dibenarkan Wakil Direktur III Ponpes tersebut, Muhammad Sholeh Ibrahim, yang mengaku sempat terkejut.
Apalagi pengurus pesantren kesulitan menghubungi Hasim Abdullah, yang bertugas merawat Abu Bakar dalam tahanan.
"Akhirnya kami mengetahui kondisi Ustadz Abu yang sebenarnya dari Ustadz Iim (Abdurrohim) bahwa beliau baik-baik saja," ujar Sholeh ketika ditemui BeritaBenar di Pondok Pesantren Al Mukmin, Jumat.
Sholeh mengaku dia dan para santri Pesantren Al Mukmin terakhir kali bertemu Abu Bakar saat persidangan PK ketiga, Februari lalu. Sholeh mengatakan dia selalu memantau perkembangan Abu Bakar melalui Hasim.