Menanti Kabar Si Sulung yang Disekap Abu Sayyaf
2016.03.31
Klaten
Sutomo (48) dan istrinya Rahayu (47) berusaha tetap tenang saat menonton televisi. Mereka berharap ada berita perkembangan penyanderaan 10 anak buah kapal (ABK) asal Indonesia yang disekap kelompok militan Abu Sayyaf.
Menjelang sore itu, Selasa 29 Maret 2016, belum ada stasiun televisi menyiarkan berita. Pasangan yang tinggal di Desa Mendak, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, silih berganti menekan remote televisi, tapi tetap saja tak ada berita.
Hari itu, Sutomo tak pergi ke sawah. Ia memilih menetap di rumah karena sejak pagi warga datang silih berganti ke rumahnya. Sedangkan sang istri tetap bekerja sebagai buruh pabrik tekstil di Sukoharjo, Jawa Tengah, dan baru kembali menjelang sore.
Baru petang, ada sedikit berita perkembangan penyanderaan Abu Sayyaf. Sutomo dan Rahayu tampaknya tak puas dengan berita di televisi karena hanya sekilas saja. Mereka ingin tahu nasib para sandera yang disekap militan Abu Sayyaf di kawasan Filipina Selatan, sejak Jumat pekan lalu.
Bayu Oktavianto (23) adalah putra sulung Sutomo dan Rahayu. Bayu adalah seorang dari 10 ABK Brahma 12 yang berlayar dari Banjarmasin ke Filipina dengan membawa muatan 7.000 ton batu bara. Dalam perjalanan, mereka diculik dan disandera milisi Abu Sayyaf.
Sutomo tahu anaknya disandera militan yang telah berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Selasa pukul 06.30 WIB dari tunangan Bayu, Santi Puspita Sari (22). Pada pukul 09.00 WIB, Sutomo dihubungi oleh PT Patria Maritime Line cabang Banjarmasin, perusahaan tempat Bayu bekerja untuk memberitahu penyanderaan itu.
“Mereka bilang Bayu baik-baik saja. Saya juga meyakini dia baik-baik saja,” ujar Sutomo, sambil berusaha tersenyum, kepada sejumlah wartawan yang bertandang ke rumahnya.
Dia menyebutkan terakhir berkomunikasi dengan Bayu saat masih di Banjarmasin, dua pekan lalu. Saat itu, Bayu meminta doa restu karena akan berlayar ke Filipina. Tidak ada kecurigaan maupun firasat apapun di benak sang ayah.
Sutomo mengaku khawatir setelah melihat di televisi militan Abu Sayyaf bersenjata lengkap dengan wajah ditutupi kain, mengelilingi para sandera.
“Kalau tak ada senjata mungkin saya tidak takut meski tetap khawatir,” ujarnya yang disambut anggukan istrinya.
Setelah mengetahui kabar pemerintah sedang menindaklanjut dan mengupayakan pembebasan anaknya dan sembilan ABK lain, ditambah keterangan dari perusahaan, tempat Bayu bekerja bahwa putranya dalam kondisi sehat, Sutomo merasa tenang.
Tetapi, firasat berbeda dirasakan Rahayu. Dia mengaku sudah merasakan akan ada kejadian buruk akan menimpa keluarganya. Hanya saja dia tidak tahu apa dan siapa yang akan terkena musibah.
“Saya gelisah saja, hampir seminggu tidak bisa tidur nyenyak, seperti mau kejadian sesuatu tapi tidak tahu apa,” tutur Rahayu, yang hampir selalu menengok telepon genggamnya.
Rencana menikah tahun depan
Bayu berencana menikahi Santi tahun depan. Ia bertemu sang tunangan ketika mereka sama-sama duduk di bangku SMPN2 Delanggu sembilan tahun yang lalu dimana mereka mulai menjalin kasih. Tamat SMP, Bayu yang ingin bekerja di pelayaran melanjutkan pendidikan pelayaran di Semarang dan Jakarta sebelum akhirnya bekerja di Banjarmasin.
Sejak bekerja di pelayaran, menurut Sutomo, anaknya ikut menyokong perekonomian keluarga, termasuk membangun rumah yang ditinggali mereka dan ketiga adik Bayu.
Bahkan Bayu diakui Rahayu merupakan tulang punggung keluarga karena dukungan darinya sangat besar mengingat ayah hanya seorang petani kecil dan ibu seorang buruh pabrik.
Santi mengatakan ia terus memantau perkembangan berita dan komunikasi dengan teman-teman Bayu di Banjarmasin. Dia berharap Bayu selalu berada dalam kondisi sehat dan segera dibebaskan.
Bayu terakhir menghubungi Santi pada 23 Maret sebelum berangkat berlayar. Saat itu, Bayu memberitahu akan berlayar ke Filipina.
Santi tak mau berpikir hal buruk meski kelompok Abu Sayyaf telah mengultimatum akan membunuh para sandera kalau sampai 8 April, uang tebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp 15 milyar, tidak dibayar.
Upaya penyelamatan
Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Lestari Priansari Marsudi dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis mengatakan, pemerintah sedang menjajaki opsi terbaik untuk membebaskan 10 ABK warga Indonesia.
“Upaya penyelamatan 10 ABK WNI terus dilakukan. Dalam tiga hari terakhir, koordinasi dan komunikasi semakin diintensifkan,” katanya.
Menurut Retno, komunikasi dia dengan Menlu Filipina sangat intensif. Komunikasi terakhir dilakukan, Kamis pagi. Komunikasi juga dilakukan dengan pihak keluarga ABK.
“Secara paralel, kolega saya juga lakukan komunikasi dengan para counterpart-nya. Penjajakan opsi terbaik terus dilakukan,” ujarnya.
Retno menambahkan pihaknya dari waktu ke waktu mendapatkan informasi tentang pergerakan, posisi dan kondisi para sandera.
”Dukungan Pemerintah Filipina sangat krusial bagi upaya yang akan kita lakukan. Indonesia menghargai kerja sama dan dukungan baik yang diberikan Filipina sejauh ini,” tuturnya.
Sementara itu seperti dilaporkan kantor berita Antara pada Rabu 30 Maret, pemerintah Filipina telah menemukan lokasi para pembajak di wilayah otoritas negara itu.
Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu juga dilaporkan telah menyiagakan polisi dan TNI untuk membantu penyelamatan ABK jika diperlukan.
Namun seperti dilansir media Filipina The Philippine Star, juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Brigjen. Restituto Padilla mengatakan bahwa AFP memiki kemampuan untuk melakukan mandat yang diberikan dan tentara Filipina tidak bisa mengijinkan angkatan bersenjata asing di Filipina tanpa adanya perjanjian sebelumnya.
Pemulihan trauma
Sutomo berharap, setelah anaknya dibebaskan nanti, perusahaan memperbolehkan Bayu pulang sementara waktu. Dia mengaku sudah menyampaikan keinginannya itu kepada perusahaan tempat Bayu bekerja dan disetujui pihak perusahaan.
Menurut dia, bukan tidak mungkin anaknya mengalami trauma psikis mengingat penyanderaan bukan hal yang umum terjadi. Selain itu, tidak diketahui seperti apa Bayu diperlakukan selama disandera.
“Saya ingin segera bertemu anak saya. Kalau dia dibebaskan nanti, biarkan di rumah sampai benar-benar pulih,” pungkas Sutomo.
Ismira Lutfia Tisnadibrata ikut memberikan kontribusi dalam artikel ini.