Badrodin: Polri Telusuri Perolehan Senjata Ilegal Kelompok Santoso

Oleh Paramita Dewiyani
2015.08.21
150821_ID_BUSTAN_SENJATA_ILEGAL_VG_700.jpg Petugas memperlihatkan barang bukti kelompok teroris MIT pimpinan Santoso di kantor Polda Sulteng di Palu tanggal 31 Juli 2015.
BeritaBenar

Kapolri mengatakan bahwa Polri sedang menyelidiki peredaran senjata illegal yang digunakan oleh kelompok Santoso untuk melancarkan serangan di wilayah Poso.

Kelompok Mujahidin Indonesia Timur menggunakan senjata yang diperoleh dari negeri-luar untuk melancarkan serangan teror di wilâyah Poso, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti.

“Sejauh ini kami masih menelusuri tentang persenjataan yang diperoleh oleh kelompok Santoso. Penemuan kami sampai sekarang hanya menunjukkan bahwa persenjataan mereka diperoleh dari luar negeri. Bukti tersebut dapat dilihat dari jenis-jenis senjata yang mereka gunakan,” katanya kepada BeritaBenar hari Jumat.

“Yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana mereka memperoleh persenjataan tersebut dan siapa yang menjadi penyedia,” katanya seraya menjelaskan bahwa persenjataan kelompok teroris seringkali diselundupkan melalui daerah-daerah perbatasan yang tidak terjaga.

Kelompok Santoso masih di pegunungan

Badrodin mengatakan bahwa kelompok Santoso, yang juga dikenal dengan Abu Wardah dan Abu Yahya, saat ini diperkirakan masih berada di sekitar Pegunungan Langka, di wilayah Poso.

“Kami telah mengirimkan 140 personel tambahan dari Brimob Kelapa Dua [Jawa Barat] untuk membantu pengejaran tersangka teroris yang melarikan diri. Polri sudah mendiskusikan hal ini dengan TNI tapi belum meminta bantuan resmi,” jelas Badrodin hari Jumat.

Pengejaran dilakukan setelah baku tembak antara kepolisian dengan tersangka teroris di Pegunungan Auma, Desa Trimulya, Poso, tanggal 19 Agustus lalu.

Dalam pengejaran itu, Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah telah menerjunkan dua pleton personel Brimob.

Inspektur Satu (Iptu) Bryan Theophani Tatontos tewas dalam baku tembak tersebut.

Sementara itu, dari pihak miltan satu korban dilaporkan tewas bernama Bado alias Osama.

“Bado merupakan salah seorang yang berada dalam DPO [Daftar Pencaharian Orang] Kepolisian. Kami telah meminta keluarga Bado ikut dalam proses identifikasi,” kata Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Idham Asiz kepada BeritaBenar via telepon.

Jenazah Bado sampai sekarang masih berada di Rumah Sakit Bhayangkara untuk autopsi, jelas Idham.

Peta peredaran senjata ilegal teroris

Menurut Badrodin jumlah anggota dari kelompok Santoso yang ada di Poso diperkirakan masih ada sekitar 30 hingga 40 orang.

"Mereka bisa bergerak ke berbagai tempat untuk menambah kekuatan dan bisa membeli senjata dengan dana sumbangan dari simpatisan," tegas Badrodin.

Kapolri juga menambahkan meskipun jumlah mereka yang relatif kecil kelompok Santoso sangat gencar melakukan training persenjataan dan aktif melakukan perekrutan melalui keluarga, dan jejaring sosial termasuk YouTube, Twitter dan Facebook.

Kelompok Santoso diketahui juga telah tergabung dalam Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), menurut video deklarasi mereka yang diunggah di laman YouTube dan ditemukan setelah baku tembak beberapa bulan April lalu di Poso.

Santoso hingga saat ini memang tak kunjung tertangkap, selama ini hanya kaki tangannya saja yang berhasil disergap, baik ditembak mati atau ditangkap hidup-hidup.

“Kemampuan mereka mendapatkan senjata serta upaya perekrutan yang masih terus mereka jalankan ini yang harus kita waspadai,” tukas Badrodin.

Ali Fauzi, mantan jihadis yang pernah dilatih oleh kelompok teroris al-Qaeda, mengakui bahwa penyelundupan senjata untuk kepentingan persenjataan teroris di perbatasan sangat mudah dilakukan.

Ali mengatakan bahwa kondisi geografis mempersulit petugas keamanan untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh di perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia atau Indonesia dengan Filipina.

"Penyelundup menggunakan wilayah perbatasan yang biasanya berawa dan jauh dari penduduk. Karena penjagaan di wilayah seperti ini sangat minim,” katanya kepada BeritaBenar hari Jumat via telepone seraya mengatakan bahwa terkadang ia menyuap penduduk lokal.

“Terutama jika mereka melihat bawaan senjata. Ini agar mereka tidak melapor. Karena itu kerjasama dengan masyarakat lokal untuk mengetahui sindikat seperti ini sangat diperlukan,” tukas Ali.

Direktur Pencegahan Terorisme di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Hadimin beserta dengan kepolisian terus mengimbau kepada kelompok yang dipimpin Santoso alias Abu Wardah untuk menyerahkan diri dan mengimbau warga Poso untuk waspada.

“Keterlibatan aktif masyarakat merupakan bantuan yang tak ternilai,” katanya.

Komentar

Silakan memberikan komentar Anda dalam bentuk teks. Komentar akan mendapat persetujuan Moderator dan mungkin akan diedit disesuaikan dengan Ketentuan Penggunaan. BeritaBenar. Komentar tidak akan terlihat langsung pada waktu yang sama. BeritaBenar tidak bertanggung jawab terhadap isi komentar Anda. Dalam menulis komentar harap menghargai pandangan orang lain dan berdasarkan pada fakta.